Culture: How learning Indonesian language can be made 'as close as possible' to Australian students

learning Indonesian

How to make learning Indonesian language be as "close as possible" to Australian students Credit: Pixabay

One of Victoria's Indonesian language teachers, Helena Anggraeni, shares how Indonesian language teaching is conducted in her classroom and how it impacts the students.


Helena Anggraeni teaches Indonesian language at Dromana Secondary College in Victoria. She has been teaching Indonesian in Australia since 2008.

Ms Anggraeni said that the number of students studying this subject decreases as they progress to higher a grade.

"They [students] are thinking about whether language can help their careers," Ms Anggraeni told SBS Indonesian, discussing on how students in Year 9 begin to consider their majors and career interests and whether learning a language is relevant.
Ms Anggraeni said that besides career considerations, culture also plays an important role in attracting Australian students to study Indonesian language.
If the culture is interesting, they are interested in the language.
Helena Anggraeni - Indonesian language teacher, Dromana Secondary College
With informal or slang Indonesian used in most of everyday conversation, Ms Anggraeni admitted that learning the language is challenging. She said Indonesian language needs to be "made as close as possible" to students' everyday lives.

What methods do Ms Anggraeni use to teach Indonesian to her students? What teaching ideas do she think can make Indonesian "more interesting" for Australian students?

Listen to the full podcast.

Listen to SBS Indonesian on Mondays, Wednesdays, Fridays and Sundays at 3pm.
Follow us on Facebook and Instagram, and don't miss our podcasts.

SBS Indonesian, pendengar, telah bergabung kali ini bersama dengan teman baru saya

dari Melbourne, Ibu Helena Anggraeni. Apa kabar?

Baik, Bu. Apa kabar?

Baik, terima kasih sudah boleh diganggu. Ini saya teleponnya saat akhir pekan

pendengar karena Ibu Helena ini sibuk sekali during the week saat Senin sampai

Jumat begitu ya karena Ibu guru yang berdedikasi sekali. Ibu boleh perkenalkan

dulu profesinya dan juga mengajar di mana Ibu?

Oh iya, jadi saya mengajar di SMU Dromana College di

Victoria.

-Saya mengajar kelas 8, 9, 10, 11 dan 12. -Untuk

-pelajaran? -Bahasa Indonesia.

Right. Ibu, ini kalau belajar dari delapan sampai dua belas, saya bertanya dulu,

kalau di Victoria itu apakah kelas tujuh itu mereka harus pilih salah satu bahasa

-asing atau bagaimana? -Ya, jadi kalau di Victoria wajib untuk

belajar bahasa. Di sekolah saya kebetulan ada dua pilihan bahasa, bahasa Indonesia

dan bahasa Jepang. Jadi waktu mereka kelas tujuh, mereka harus milih mau belajar

bahasa Indonesia atau belajar bahasa Jepang. Lalu harus belajar bahasa itu

sampai kelas delapan.

Lalu kelas sembilan dan seterusnya itu kan penjurusan. Jadi mereka boleh milih mau

-belajar bahasa Indonesia atau tidak. -Oke, kita bicara mungkin jumlah minat ini

berbeda-beda setiap tahun ya. Tapi kalau rata-rata saja sepanjang

Ibu Helena mengajar di Dromana College, which is sudah berapa tahun Ibu, kurang

lebih?

Dua setengah tahun. Saya cukup baru di Dromana College.

Ya, ini saya

tahu Ibu berarti dari selama dua setengah tahun ini jumlahnya rata-rata berapa Ibu?

-Berapa anak? -Jumlah peminat belajar bahasa memang

selalu menurun ya karena murid-murid pada waktu mereka kelas sembilan itu sudah

mulai berpikir, aku akan menjadi apa suatu hari nanti, cita-citanya akan menjadi

apa. Jadi, mereka sudah memikir apakah bahasa itu bisa membantu karir mereka.

Jadi, untuk gambaran saja di Dromana College, itu ada tujuh kelas bahasa

Indonesia. Tujuh kali dua puluh lima murid ya kurang lebih.

Lalu itu kelas sembilannya, tahun depan

kami ada tiga kelas bahasa Indonesia. Kasarannya misalnya tiga dikali dua puluh

gitu. Jadi, memang

jumlahnya menurun ya dari tujuh kelas sampai menurun jadi tiga kelas. Dan kelas

sepuluhnya, kebetulan tahun depan saya punya empat belas murid.

Jadi cukup drastis ya penurunan dari tiga kelas menjadi hanya empat belas murid.

Tetapi itu cukup normal Bu kalau di Victoria ya setahu saya cuma Victoria.

Cukup normal menurunnya jumlah murid seperti itu. Lalu kelas sebelas tahun

depan ada lima murid dan kelas dua belas saya ada lima murid juga.

Hingga lulus begitu bisa dibilang lulus adalah lima murid berbahasa Indonesia

-begitu bu ya? -Betul.

Kalau dibilang lima, ini untuk Dromana College begitu. Apakah setahu Ibu berarti

di sekolah-sekolah lain yang mungkin menawarkan pelajaran bahasa Indonesia juga

ini hitungannya udah bagus atau ini rata-rata sama atau

kurang sih gitu kalau Ibu melihat?

Kalau kita mau lihat presentase memang kecil ya, tetapi cukup lumrah

di sekolah-sekolah lain juga kurang lebih di bawah sepuluh. Kalau ada yang di atas

sepuluh, kita langsung tepuk tangan. Luar biasa gitu. Seperti saya bilang tadi

mungkin karena kemungkinan pekerjaan, lapangan pekerjaan suatu hari nanti,

minatnya juga mungkin berkurang. Dan memang susah ya, belajar bahasa itu memang

susah, nggak untuk semua orang. Waktu saya SMA dulu juga saya tidak memilih

kuliah IPA karena saya tidak tertarik dalam bidang itu. Jadi, minat murid ya

terlihat sekali pada waktu kelas sepuluh, sebelas pada

-waktu mereka pemilihan pelajaran. -Mungkin juga pendengar, wah ini Dromana

College saya pernah dengar namanya begitu kan beberapa kali muridnya ini

ada satu yang pernah saya interview, Wes Fraser, kemudian juga salah satu juga yang

berbincang dengan SBS Indonesian pada saat itu di acara musik, kemudian sangat

pandai begitu berbahasa Indonesia. Ibu, sebenarnya anak-anak ini dari awalnya

memang sudah punya bibit kepandaian bicara bahasa Indonesia atau gimana sih, Bu?

Lucu bu sebenarnya salah satu murid saya kemarin itu--yang lancar ya yang kemarin

diwawancara di SBS--itu

mengirim saya video dia waktu dia kelas tujuh.

Ya ampun bahasanya berantakan sekali dan dia berkata, "Wah, tidak mungkin saya akan

meneruskan bahasa Indonesia." Tetapi ya seiring waktu, semakin belajar, semakin

jatuh cinta kepada kebudayaannya. Itu awalnya memang budaya sih harusnya. Kalau

budayanya menarik, mereka tertarik akan bahasanya. Jadi sekarang dia mau jadi

vlogger. Dia sekarang di Sulawesi, Bu. Di Sulawesi, mau ke Toraja. Mau

nge-vlog, mau melihat-lihat Indonesia. Tapi karena kepandaian bahasa Indonesianya

lancar sekali, dia pede, percaya diri untuk pergi ke daerah yang cukup terpencil

ya, yang gak banyak bulenya. Karena kebanyakan

murid yang sudah lulus lah atau murid-murid yang belajar bahasa Indonesia

tuh ya ke Bali kan ya dengan keluarganya. Tetapi ini tiga murid saya sekarang ada di

Sulawesi percaya diri. Mereka percaya bahwa mereka akan aman, mereka bisa

berpetualang melihat keindahan budaya Indonesia, alam Indonesia, dan mereka bisa

komunikasi dengan orang lokal.

Ada triknya tidak sih, Bu? Mengajar anak-anak, remaja, ini kan sulit ya.

Maksudnya, adakah triknya tersendiri untuk membuat belajar bahasa Indonesia ini

mungkin lebih mudah, lebih menyenangkan, itu tergantung gurunya atau gimana sih,

-Bu? -Oh, banyak Bu, banyak faktornya. Kalau

misalnya mau lihat dari teknis ya misalnya, worksheets-nya yang kita berikan

ke mereka. Jangan terlalu

banyak pertanyaan dalam satu halaman misalnya. Hal-hal kecil seperti itu. Jadi

cuman delapan pertanyaan. Kalau bisa hebat kamu, luar biasa. Mereka senang, mereka

jadi merasa, oh aku bisa ini gitu. Kalau dikasih worksheet pertanyaannya lima

belas, nggak bisa setengahnya, terus mereka putus semangat. Hal-hal seperti

itu. Juga saya memutar banyak film, video-video untuk membuat mereka tertarik,

mereka menonton film Ada Apa Dengan Cinta, itu film paling bagus bahasanya ya.

Memang film lama sih tapi bahasanya bagus. Lalu banyak sekarang reel-reel di

Instagram yang

cukup menarik yang mereka bisa tonton

di sela-sela pelajaran. Dan memang harus

kreatif ya sebagai guru. Harus diajak berbicara dalam bahasa Indonesia. Dibuat

sedekat mungkin dengan kehidupan mereka sehari-hari

agar mereka bisa, apa, bisa mencari hubungan yang realistis gitu

dengan bahasanya. Seperti kita dulu belajar bahasa Inggris ya Bu, ya. Kita kan

selalu dikelilingi oleh bahasanya. Selalu dikelilingi oleh musik dalam bahasa

Inggris. Film-film dalam bahasa Inggris. Jadi kita mudah untuk kita belajar bahasa

Inggris. Sedangkan murid-murid ini tidak. Jadi, kita harus, saya biasanya

mengelilingi mereka dengan bahasa, lewat budaya dan lewat lagu-lagu, film, begitu.

Apakah itu memang terstruktur misalnya ada di kurikulumnya begitu ya, panduannya

jelas, atau guru itu lebih baik improvisasi begitu Ibu?

Kalau saya sendiri, kadang kalau ada reel yang bagus saya putar saja di kelas. Tapi

satu reel dalam satu pelajaran jadi tidak terlalu banyak. Kalau lagu itu saya

masukkan ke dalam latihan mendengarkan. Waktu Ibu wawancara dengan Wes Fraser, dia

kan berkata salah satu hal yang paling sulit itu adalah pada waktu latihan

mendengarkan.

Nah, saya kasih lagu, saya beri lagu, terus liriknya saya hapus, beberapa lirik

saya hapus, lalu mereka harus mendengar, lalu harus mengisi liriknya apa. Ya itu

salah satu cara untuk memasukkan materi ini ke dalam kurikulum.

Juga kalau menonton film,

ada pertanyaan setelah itu. Karakter dalam film Ada Apa Dengan Cinta seperti apa?

Siapa yang menurutmu yang paling dominan misalnya? Lalu

tolong

buatlah ending yang baru gitu misalnya dari film ini. Seperti itu bu, jadi banyak

-yang kreatif. -Tadi juga menarik Bu Helena bilang membuat

bahasa ini dekat dengan si siswa begitu ya di lingkungannya. Sedangkan kalau kita

bicara bahasa Indonesia itu kan yang dekat dengan kita

sebenarnya nggak terlalu bahasa baku ya Ibu karena banyak juga kita pakai bahasa

-nggak baku. Itu bagaimana Ibu? -Susah ya. Jadi itulah makanya saya harus

mencari materi yang bahasanya bagus. Ada A pa Dengan Cinta itu filmnya bahasanya

bagus sekali kecuali gue dan lo nya di tengah-tengah itu. Dan saya ceritakan

kalau gue lo itu ya tolong dianggap kamu dan saya atau kamu dan aku. Susah

mencari materi yang bahasanya baku. Dan mereka berlibur ke Bali dengan keluarga,

orang-orang di sana berbahasanya bahasa slang gitu ya. Betul. Dan murid-murid saya

waktu menjawab dalam bahasa baku ditertawakan.

-Betul. -Lalu mereka tanya, "Miss, kenapa mereka

menertawakan kami?". Saya berkata, "Oh, karena bahasa kalian lebih bagus dari

bahasa mereka. Jangan khawatir mereka mungkin juga terheran kok bisa bahasa

Indonesia," gitu. Dan ya hal-hal itulah yang harus saya tekankan ke mereka.

Ibu ada

tipsnya tidak sih untuk membuat bahasa Indonesia itu menarik begitu atau semakin

menarik untuk anak muda sehingga

kemungkinan akhirnya lima mungkin di tahun-tahun mendatang di kelas dua belas

itu akan bisa sepuluh, akan bisa lima belas anak gitu Ibu.

Susah ya Bu ya,

seberapa gencarnya kita sebagai guru untuk mempromosikan bahasa ini, tetap kalau

mereka tidak akan menggunakannya di masa depan,

susah untuk mendorong mereka. Tapi menurut saya sih kalau di universitas, tingkat

universitas itu lebih banyak universitas yang menawarkan bahasa mungkin akan lebih

menarik tuh, soalnya kebanyakan yang memilih bahasa Indonesia di kelas sebelas

itu memang mau meneruskan sampai universitas. Jadi sebelas, dua belas kan

VCE kasarannya itu benar benar penjurusan serius gitu. Kalau mereka akan meneruskan

ke universitas, mereka harus memikirkan universitas mana yang ada kursus bahasa

Indonesianya. Jadi misalnya kembali lagi seperti si Wes Fraser, dia ingin menjadi

seorang dokter. Di universitas pilihannya ada jurusan bahasa Indonesia. Itu

beruntung sekali. Coba kalau ada

salah satu murid saya yang lain itu ingin menjadi insinyur, tetapi di universitasnya

tidak ada pilihan bahasa Indonesia. Jadi ya semuanya memang banyak faktornya Bu,

ya. Dan seperti Ibu tanyakan sebelumnya, tips-tipsnya apa, ya kembali ke guru,

kembali ke kurikulum, kalau bisa mengikutsertakan semua

film-film, hal-hal yang menarik bagi mereka, yang, yang

lebih relevan ke kehidupan mereka sehari-hari. Itu sih saran saya. Lebih

memperbanyak hal-hal seperti itu daripada hanya duduk di kelas, menterjemahkan

kata-kata. Dan mungkin program PenPal Bu kalau ada kesempatan bisa berhubungan

dengan sekolah-sekolah di Indonesia. Apa, video chat dengan murid-murid di

Indonesia.

END OF TRANSCRIPT

Share
Follow SBS Indonesian

Download our apps
SBS Audio
SBS On Demand

Listen to our podcasts
Independent news and stories connecting you to life in Australia and Indonesian-speaking Australians.
Ease into the English language and Australian culture. We make learning English convenient, fun and practical.
Get the latest with our exclusive in-language podcasts on your favourite podcast apps.

Watch on SBS
SBS Indonesian News

SBS Indonesian News

Watch it onDemand