Sebuah uji klinis untuk menguji vaksin coronavirus pada manusia akan dimulai Senin pekan depan, menurut pejabat pemerintah AS.
Peserta pertama akan menerima vaksin eksperimental untuk menguji potensi efek sampingan - tetapi mereka tidak akan diinfeksikan virus itu sendiri.
Uji coba ini didanai oleh National Institutes of Health dan akan dilangsungkan di Seattle, kata pejabat itu kepada Associated Press.
Uji coba ini akan melibatkan 45 sukarelawan sehat di Kaiser Permanente Washington Health Research Institute.
Tetapi bahkan jika tes berjalan dengan baik, para ahli mengatakan itu bisa memakan waktu lebih dari satu tahun untuk mengembangkan dan sepenuhnya vaksin tersebut.
Profesor Paul Young, kepala sekolah kimia dan molekul biosains universitas, mengatakan tim yang trerdiri dari 20 orang telah bekerja "sepanjang waktu" selama tiga minggu untuk mempercepat proses, mengidentifikasi dan mereplikasi protein kunci dalam virus covid - yang menjadi dasar kandidat dari vaksin mereka.
Perusahaan farmasi, Inovio Pharmaceuticals juga akan memulai tes keamanan calon vaksinnya bulan depan dengan beberapa lusin sukarelawan di University of Pennsylvania dan pusat pengujian di Kansas City, Missouri, yang akan dilanjutkan dengan penelitian serupa di Cina dan Korea Selatan.
Hingga saat ini, masih belum ada perawatan yang terbukti efektif.

A coronavirus patient is getting treatment at a hospital in Wuhan in central China's Hubei province. Source: AAP
Di Cina, para ilmuwan telah menguji kombinasi obat HIV terhadap virus corona baru, serta obat eksperimental bernama remdesivir yang sedang dikembangkan untuk memerangi Ebola.
Di A.S., Pusat Medis Universitas Nebraska juga mulai menguji remdesivir di beberapa orang Amerika yang diditeksi terjangkit COVID-19 setelah dievakuasi dari kapal pesiar di Jepang.
Perkembangna Vaksin di Australia
Di Australia, para peneliti dari Brisbane mengatakan mereka berada dalam jangkauan untuk menemukan obat untuk COVID-19 tetapi membutuhkan sumbangan untuk mempercepat penelitian tersebut.
Dalam pengujian laboratorium, dua obat dikatakan telah menghentikan virus corona dan percobaan klinis pada manusia siap untuk dimulai. Satu obat mengobati malaria, yang lain HIV.
Profesor David Paterson, Dokter Penyakit Menular RBWH yang mengawasi penelitian mengatakan obat itu "efektif" tetapi mereka belum menentukan apakah "satu lebih baik daripada yang lain".
Paterson mengatakan ada "potensi" bahwa obat ini "dapat menyembuhkan infeksi".
Meskipun pakar di Cina telah melakukan uji coba obat-obatan HIV tanpa hasil, tetapi menurut Prof Paterson, dalam penelitian tabung reaksi kedua obat itru secara efektif membunuh virus.

Professor David Paterson, director of the University of Queensland Centre for Clinical Research and infectious disease physician at the RBWH Source: Supplied
"Kami akan berkoordinasi dengan rumah sakit di NSW dan Victoria sehingga kami semua dapat bekerja pada protokol umum untuk mendapatkan jawaban secepat mungkin," kata Paterson kepada 7News.
Jika percobaan berhasil, dalam tiga bulan peneliti harus tahu apakah obat ini efektif dalam mengobati COVID-19.
Uji coba dapat dimulai dalam beberapa minggu tetapi para peneliti membutuhkan $ 750.000 untuk mendanainya.