Tsunami yang terjadi di Indonesia menimbulkan kekhawatiran bahwa gelombang mematikan berikutnya akan dapat melenyapkan beberapa puluh badak Jawa yang masih hidup di alam liar, kata pihak otoritas konservasi pada hari Jumat.
Diperkirakan ada kurang dari 70 ekor spesies yang terancam punah ini, yang tinggal di sebuah taman nasional tidak jauh dari gunung berapi yang memicu gelombang pembunuh pada hari Sabtu (22/12).
Tak satu pun dari hewan-hewan itu yang diyakini ikut menjadi korban dalam bencana itu - yang menewaskan lebih dari 400 orang - tetapi pihak berwenang memperingatkan bahwa gelombang mematikan lainnya dapat menghantam wilayah itu.
Hal ini memberikan tekanan bagi para konservasionis di Taman Nasional Ujung Kulon, di ujung barat pulau utama Indonesia di Jawa, untuk mempercepat realisasi rencana jangka panjangnya untuk menemukan habitat sekunder yang cocok untuk badak-badak ini.

A Javan Rhino and its calf in Ujung Kulon national park. Source: AAP
"Adalah tugas kita untuk bekerja lebih keras guna menemukan habitat kedua karena bahayanya nyata," kata kepala Taman Nasional Mamat Rahmat kepada AFP.
"Kami beruntung bahwa kali ini tsunami tidak mempengaruhi badak Jawa. Tetapi ancaman itu ada, dan kami harus bertindak sesuai dengan hal itu."
Widodo Ramono, kepala Yayasan Konservasi Badak Indonesia, menambahkan: "Jika Anda hanya punya satu habitat dan terjadi tsunami berikutnya, badak-badak itu bisa seluruhnya tersapu bersih."
Rencana untuk menemukan rumah kedua bagi spesies ini telah berjalan selama sekitar delapan tahun, dengan para konservasionis mensurvei daerah-daerah di seluruh Jawa dan daerah tetangganya, Sumatra, tetapi sejauh ini tidak berhasil, katanya.
Ukuran habitat, iklim, sumber makanan dan air serta keamanan dari ancaman para pemburu adalah salah satu kriteria utamanya, kata Rahmat.
Tempat perlindungan badak di Taman Nasional ini berupa hutan hujan yang rimbun dengan luas sekitar 5.100 hektar serta aliran air tawar.
Makhluk pemalu ini, yang lipatan kulitnya memberikan penampilan seperti mengenakan lapisan pelindung, dulu pernah berjumlah ribuan dan tersebar di seluruh Asia Tenggara.

Members of the Javan Rhino Study and Conservation Area inspect Ujung Kulon National Park. Source: Getty
Tetapi, seperti juga spesies badak lainnya di dunia, perburuan dan perambahan manusia atas habitatnya telah menyebabkan penurunan populasi yang dramatis.
Perburuan liar, khususnya, merupakan ancaman terbesar, dengan cula badak yang digunakan dalam pengobatan tradisional Asia berharga sangat tinggi di pasar gelap meskipun kurangnya bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa cula tersebut berguna bagi pengobatan.