Di seluruh dunia, termasuk Australia, rumah potong hewan atau pabrik daging menjadi salah satu lingkungan kerja yang banyak menjadi klaster penularan virus corona.
Amerika Serikat mencatat lebih dari 17.000 kasus COVID-19 dari pekerja pabrik daging.
Di Melbourne, penularan di pabrik Cedar Meats terkait dengan lebih dari 100 kasus COVID-19.
Rumah potong hewan memiliki risiko lebih tinggi untuk penularan COVID-19 daripada banyak tempat kerja lainnya.
Suhu dingin, ruang sempit di jalur produksi, dan udara kering di rumah jagal dinilai sebagai lahan subur penularan virus.
Belum lama ini dua rumah jagal hewan di Melbourne - Somerville Meats dan JBS Meats – mendapati karyawan yang positif terinfeksi corona.
Jam kerja yang panjang, kontak dekat yang berkepanjangan, dan kesulitan mempraktikkan jarak fisik dianggap menjadi lebih sulit untuk mempertahankan peraturan aman COVID di rumah potong hewan.
Seorang pemegang work and holiday visa dari Indonesia, Vita Nur Khasanah menceritakan pengalamannya bekerja di rumah jagal hewan di Rockhampton, Queensland.

88 cases have been linked to the Cedar Meats facility in Victoria. Source: AAP
Vita mengatakan sejak pandemi mulai, pabrik tempatnya bekerja memasang instalasi monitor suhu tubuh.
“Seperti terowongan yang harus dilewati oleh karyawan ketika masuk pabrik. Ada kamera dan ketika masuk seperti ditembak sinar infra merah,” kata Vita.
“Pengerjaan alat itu tiga minggu. Sebelumnya monitor suhu tubuh dengan alat yang mengukur ke dahi.”
Di pabrik daging Vita bekerja di bagian membersihkan organ (ouval).
“Setelah sapi dipotong kepalanya, organnya dikeluarkan. Saya di bagian yang membersihkan hati, jantung dan jeroan dari lemak.”
Pada bagiannya, ada enam orang yang bekerja di satu meja panjang yang masih ideal untuk menjaga jarak antarpekerja.
Vita mengatakan tidak semua bagian di rumah potong hewan bersuhu dingin.
“Tubuh sapi kan panas. Kalau ruangan dingin, lemak akan membeku jadi sulit dipotong,” kata dia.
“Kill floor dikondisikan pada suhu ruang.”
Menurut Vita situasi kerja yang berbeda pada saat pandemi adalah petugas quality assurance (QA) yang ketat memantau pekerja.
“Kalau ada yang ngobrol terlalu dekat, QA akan langsung menegur. Supervisor juga mengingatkan. Mereka juga memonitor lewat kamera,” kata Vita.
Selain itu pada jam makan siang di kantin, satu meja dibatasi empat orang pada meja dipasang pembatas.
Vita mengatakan, hingga saat ini, di pabrik tempatnya bekerja belum ada kasus corona.