Tim tanggap darurat bergegas untuk menjangkau para korban selamat karena lebih dari 1.300 orang telah meninggal dunia akibat banjir dan tanah longsor dahsyat di Indonesia, Sri Lanka, dan Thailand — dengan hampir 1.000 orang hilang.
Hujan monsun lebat selama berhari-hari menggenangi wilayah yang luas, membuat ribuan orang terlantar dan banyak yang bertahan di atap dan pohon menunggu bantuan.
Banjir dan tanah longsor menewaskan sedikitnya 1.303 orang, dengan 753 orang dipastikan meninggal dunia di Indonesia, 410 di Sri Lanka, dan 181 di Thailand, kata pihak berwenang.
Di Indonesia, negara yang paling terdampak, tim penyelamat kesulitan mengakses desa-desa di Pulau Sumatra, di mana jalanan terendam banjir dan jembatan ambruk.
Setidaknya 650 orang masih hilang, menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
Sejumlah helikopter dan kapal telah dikerahkan, tetapi para pejabat memperingatkan bahwa cuaca yang memburuk dan infrastruktur yang rusak memperlambat operasi yang dijalankan.
Banjir dan tanah longsor di Sumatra Utara menghanyutkan jutaan meter kubik kayu yang ditebang, kata pihak berwenang, memicu kekhawatiran publik bahwa penebangan liar mungkin berkontribusi terhadap bencana tersebut.
Batang Toru, kawasan hutan yang rimbun, telah berubah menjadi lahan yang dipenuhi kayu-kayu patah dan rumah-rumah yang hancur. Jalan-jalan telah lenyap, digantikan oleh sungai-sungai lumpur.

Rescuers work to recover the bodies of flood victims in Tanah Datar in West Sumatra, Indonesia. Source: Anadolu, Getty / Adi Prima
"Deforestasi dan pembangunan yang tak terkendali telah mengikis ketahanan Batang Toru. Tanpa restorasi yang mendesak dan perlindungan yang lebih ketat, banjir ini akan menjadi hal yang biasa," ujarnya.
Bencana terparah di Sri Lanka dalam beberapa tahun terakhir
Tim penyelamat yang dipimpin pihak militer di Sri Lanka menyisir daerah-daerah yang terdampak banjir untuk mencari 336 orang yang masih hilang akibat Siklon Ditwah, menurut Pusat Penanggulangan Bencana.
Jalan-jalan terblokir oleh tanah longsor dan jembatan-jembatan runtuh, sehingga akses menjadi sulit.
Di Kandy, warga kesulitan air bersih dan mengandalkan air minum yang dikemas yang diambil dari mata air alami. Pihak berwenang memperingatkan kondisi dapat memburuk karena hujan diperkirakan akan turun lebih banyak dalam beberapa hari mendatang.
Presiden Sri Lanka, Anura Kumara Dissanayake, menggambarkan bencana ini sebagai bencana terparah yang menimpa negara ini dalam sejarah terkini, dan mengatakan masih mustahil untuk mengetahui jumlah korban secara pasti.
Ia memperingatkan bahwa jumlah korban kemungkinan jauh lebih tinggi daripada angka yang diketahui saat ini.
Ia mengatakan lembaga-lembaga pemerintah sedang berupaya menjangkau masyarakat yang terisolasi.
Sementara di Thailand selatan, pembersihan telah dimulai di jalan-jalan dan gedung-gedung setelah banjir besar melanda lebih dari 1,5 juta rumah tangga dan 3,9 juta orang.
Pihak berwenang sedang berupaya memulihkan infrastruktur, termasuk sambungan air dan listrik.
— Dengan laporan tambahan dari kantor berita PA Media melalui Australian Associated Press
Share
