Pemerintah Victoria akhir pekan lalu meluncurkan kampanye Click for Vic untuk mempromosikan produsen lokal dan mendorong masyarakat membeli produk Victoria.
Program yang juga mencakup pengucuran dana bagi produsen lokal yang mengajukan proposal bisnis ini ditujukan untuk mendorong geliat ekonomi lokal yang tengah krisis dilanda pandemi.
Rossa dan Jonathan Learoyd memulai bisnisnya di saat banyak sektor usaha mulai kolaps akibat aturan pembatasan penyebaran virus corona yang diterapkan pemerintah.
“Saya memang senang dagang, kalau teman-teman perlu sesuatu saya selalu bilang saya bisa carikan. Sejak saya kecil, nenek saya buka toko buah dan sayuran di Indonesia. Jadi ini bukan hal baru,” kata Rossa.
“Tahun lalu kami berencana buka grosir untuk suplai pasokan ke restoran. Karena pandemi beberapa restoran yang sudah kontrak dengan kami tutup. Di awal pandemi banyak orang pulang ke Australia harus karantina mandiri, mereka butuh bantuan untuk beli barang kebutuhan esensial.”
Rossa dan Jonathan memulai Learoyd Fresh Geelong di awal Maret 2020, seminggu kemudian pemerintah Victoria menerapkan pembatasan virus corona tingkat tiga.
“Kami pakai mobil Honda Jazz, kursi belakangnya dilipat, untuk jemput stok di pasar dan ke konsumen. Kami sewa warehouse kecil dengan ruang dingin untuk menyimpan stok,” kata Rossa.
“Lalu saya utak-atik bikin website, promosi iklan lewat beberapa media dan Facebook juga ke teman-teman.”
Rossa kuliah kedokteran dan Jonathan belajar arsitektur dan manajemen konstruksi di Deakin University Geelong.

Jonathan dan Rossa Learoyd di Melbourne Market Epping yang merupakan pusat pemasok buah dan sayuran untuk seluruh negara bagian Victoria. Source: Rossa Learoyd
“Di Geelong kurang tersalurkan bisnis seperti ini, untuk restoran kebanyakan pemasok dari Melbourne. Di Melbourne sudah banyak yang online tapi mereka tidak menjangkau sampai ke Geelong.”
“Di Geelong belum ada jasa antar ke rumah yang menjalankan secara online, yang lain hanya pesan lewat telepon atau email. Kalau online jam berapa pun bisa pesan untuk diantar besoknya.”
Pandemi yang mengharuskan perkuliahan secara online memudahkan pasangan muda ini menjalankan bisnisnya.
“Beberapa mata kuliah yang harus praktek tidak bisa diambil. Jadi sedikit subjek yang tersedia. Tidak sulit, asal kumpul penugasan tepat waktu,” kata Rossa yang juga aktivis kelompok tari Saman Melbourne sejak tahun 2016.
Membangun reputasi di pasar
Rossa dan Jonathan menjemput pasokan dari Melbourne Market di Epping, pada Minggu dan Kamis dini hari.
“Berangkat dari Geelong jam 1.30 pagi. Sampai di pasar jam 3 pagi. Biasanya waktu tidur saya di mobil,” kata Rossa.
Ketika mengawali bisnis ini tidak mudah bagi Rossa untuk membuka akses dengan pemasok di pasar.
“Awalnya karena belum kenal banyak orang kami dicuekin. Apalagi kami masih beli stok sedikit, satu kotak atau setengah kotak. Itupun masih menawar,” kata Rossa.
“Tapi saya pikir, tidak apa, lama-lama juga kenal. Pokoknya saya rajin mengenalkan diri, saya dari Geelong. Sekarang kami hanya tunggu di van di tempat parkir, tinggal telepon, stok dikirim.”
Menurut Rossa ada perbedaan cara menawar di pasar antara di Australia dan Indonesia.
“Di sini kan ada kelasnya, premium kelas 1, kelas 2. Kalau mau beli kita tanya bakal bisa berapa lama tahan di ruang dingin, kalau mereka bilang tidak lama lagi, kita coba negosiasikan harganya karena tinggal beberapa hari,” kata Rossa.
“Kalau di Indonesia lihat barang kan langsung ditawar.”
Australia dikenal memiliki standar kualitas makanan yang sangat tinggi, sehingga bahan makanan yang masih sangat baik namun karena kekurangan sedikit menjadi dianggap tidak layak dijual.
“Di toko orang beli dengan kualitas yang mereka lihat dan mereka pilih. Kalau pesan online ekspektasinya lebih tinggi. Konsumen memilih foto, ekspektasinya lebih segar, lebih bersih,” kata Rossa.
“Apel kalau ada tergores, lubang atau warna coklat sedikit, kami tidak berikan ke konsumen. Kami sumbangkan ke lembaga yang menyalurkan makanan secara gratis untuk orang yang membutuhkan.”
Tetap perlu toko
Meski sudah berniaga secara online, Learoyd akan membuka toko pada pertengahan September di Ocean Grove, suburb dimana banyak rumah berlibur yang pada musim panas ramai orang datang untuk berselancar.
“Toko perlu sebagai display untuk orang yang ragu untuk belanja online,” kata dia.
“Selama ini konsumen kami paling banyak dari Ocean Grove. Di sana sudah ada satu toko buah dan sayur. Kami punya kualitas beda, dan beda target pasar, jadi tidak khawatir untuk buka di sana,” kata Rossa.
“Ke depan kami berencana buka beberapa toko di Geelong dimana banyak konsumen kami dan yang belum ada toko buah dan sayuran, juga buka di daerah regional lain seperti Ballarat dan Bendigo yang belum banyak pilihan untuk belanja online.”
Menurut Rossa, biaya untuk mengoperasikan toko memang akan jauh lebih besar daripada hanya berjualan online.
“Nanti total akan ada 22 orang yang bekerja dan jadwal kerja dua shift untuk dua tim. Karena sedang corona, untuk mencegah resiko penyebaran. Jadi tim A dan tim B tidak akan bercampur,” kata dia.
Rossa tetap optimistis bisnis online pesan antar tetap akan berkelanjutan ketika pandemi usai dan orang merasa aman belanja keluar.

Source: Rossa Learoyd
“Lockdown pertama sempat berhenti sebulan, kami uji di situ. Penjualan tetap stabil. Konsumen yang sudah pesan akan pesan lagi, jadi reguler. Jadi yang penting menjaga relasi dengan konsumen,” kata Rossa.
“Konsumen reguler biasanya belanja seminggu sekali, saat tidak lockdown belanja lebih sedikit. Saat lockdown belanja pisang, apel langsung dua kilogram karena beberapa supermarket membatasi pembelian, sering tidak cukup untuk satu keluarga. Kalau kami akan penuhi berapa pun pesanan.”
Mendukung bisnis lokal
Rossa menyambut baik kampanye Click for Vic yang diluncurkan Pemerintah Victoria.
Ia melihat sekitar 75 persen buah dan sayuran yang diperdagangkan produksi Victoria, sisanya dari Queensland, dan impor.
“Memang produk Queensland lebih murah dan tahan lama, kalau produk Victoria lebih mahal dan kurang tahan lama. Misalnya timun Lebanon dari Queensland karena dari udara tropis bisa tahan tiga minggu, yang dari Victoria hanya bisa 10 hari.”
“Kalau kampanye itu berhasil akan bagus buat bisnis online. Kalau masyarakat mendukung, bisnis lokal akan bertahan. Dan bagusnya di sini memang ada semangat untuk mendukung bisnis lokal,” kata dia.
Apa yang membuat sebuah bisnis apalagi yang baru seperti Learoyd untuk dianggap sebagai bisnis lokal oleh masyarakat?
“Masyarakat melihat dari kualitas dan harga, layanan yang ditawarkan lebih memuaskan daripada toko ritel besar,” kata dia.
“Penting untuk menjaga relasi. Saya biasanya kasih bonus, untuk pembelian yang kelima atau kesepuluh. Juga komunikasi yang baik. Kadang ada human error, staf lupa memasukkan suatu pesanan, hari itu juga kami antarkan.”
Untuk promosi, Rossa hanya memanfaatkan posting berbayar di Facebook yang biayanya tidak mahal dan bisa menyasar segmen yang tertarget secara lokasi. Sesekali ia membagikan hadiah di Facebook.
Rossa mengatakan pemerintah Geelong dan dewan kota cukup mendukung eksistensi bisnis di wilayahnya dengan mempromosikan di facebook dan Instagram.
“Beberapa radio di Geelong karena banyak bisnis tutup jadi mereka kesulitan dapat iklan. Mereka menawarkan iklan gratis kepada bisnis lokal.”
Sekitar 70 persen pelanggan Learoyd adalah ibu-ibu berusia 30-40 tahun, dan sisanya orang lanjut usia.
“Buat mama-mama muda ini paling mudah karena mereka tidak bisa bebas keluar dan sedang tidak bisa menitipkan anak di child care atau anak sedang home learning.”
“Buat orang-orang tua, banyak yang mengatakan website kami sangat mudah. Ada juga beberapa orang lanjut usia yang dipesankan oleh anaknya. Jadi sampai saat ini kami tidak merasa perlu untuk pakai aplikasi, karena tidak semua orang akan mau download.”
Durian, lengkuas, kangkung
Learoyd membangun reputasinya dengan menyediakan buah dan sayuran Asia yang tidak mudah ditemukan di toko swalayan, seperti lengkuas, mangga untuk rujak, atau buah impor seperti lengkeng, jambu, leci, durian.
“Ternyata banyak yang suka dan butuh, tapi di Geelong tidak ada. Saya pernah buka pesanan durian, dalam lima jam terjual habis. Saya ikut mengantarkan, dan yang beli tidak hanya orang Asia.”
“Saya juga jadi tahu ternyata konsumen orang Indonesia cukup banyak di Geelong. Biasanya mereka paling senang kalau ada sayuran Asia, misalnya kangkung, labu, jambu.”
Sejak awal Rossa menerapkan prosedur pengantaran tanpa kontak.
“Sebelum masker diwajibkan semua staf sudah pakai masker, dan selalu memakai hand sanitizer,” kata Rossa.
“Sejam sebelum antar, kami kirim email, sepuluh menit sebelum sampai rumah konsumen kami kirim SMS. Begitu sampai letakkan barang, pencet bel atau ketok pintu, kembali ke mobil,” kata dia.
Rossa yang kelulusannya harus tertunda sampai tahun depan mengatakan nantinya dia tidak lagi ingin menjalani profesi dokter umum secara penuh waktu.
“Mungkin nanti kerja sebagai GP cukup tiga hari, sisanya urus bisnis,” kata dia.
Ketika ditanya berapa porsi perbandingan ia memikirkan urusan sayuran dan buah dengan kedokteran, ia mengatakan “80 persen untuk sayuran dan buah, sisanya kedokteran.”