Mengapa hubungan China dan Australia terjun bebas?

Hubungan Australia-China semakin memburuk dengan kecepatan yang tidak terbayangkan hanya enam bulan lalu.

China Australia relations

China Australia relations Source: AAP

Dalam beberapa tahun terakhir ini, telah terjadi peristiwa balas membalas antara China dan Australia yang telah membuat hubungan bilateral kedua negara menjadi panas dingin.

Dua orang jurnalis Australia yang berada di China, Bill Birtles dari ABC dan Mike Smith dari Australian Financial Review terpaksa melarikan diri dari China menyusul intimidasi oleh badan-badan keamanan dan pemberlakuan larangan keluar.
Australian journalists Michael Smith (L) and Bill Birtles (R) were forced to leave China after being questioned by police.
Australian journalists Michael Smith (L) and Bill Birtles (R) were forced to leave China after being questioned by police. Source: Twitter via Bill Birtles
Sementara itu di Australia, Badan keamanan Australia menggerebek properti beberapa jurnalis China pada bulan Juni sehubungan dengan investigasi gangguan asing yang melibatkan anggota parlemen NSW Shaoquett Moselmane.  Dan juga sarjana dari China, baru-baru ini menerima surat dari Departemen Dalam Negeri, yang memberitahukan bahwa visa Australia mereka dibatalkan karena saran dari ASIO tentang dugaan risiko terhadap keamanan nasional.

Mereka termasuk: kepala biro Layanan Berita China Australia, Tao Shelan; Kepala biro China Radio International Sydney, Li Dayong; sarjana China terkemuka dan komentator media Profesor Chen Hong; dan sarjana studi Australia terkemuka lainnya, Li Jianjun.
Chinese scholars Li Jianjun (top left) and Chen Hong (top right) and media officials Li Dayong (bottom left) and Tao Shelan (bottom right).
Chinese scholars Li Jianjun (top left) and Chen Hong (top right) and media officials Li Dayong (bottom left) and Tao Shelan (bottom right). Source: ABC Australia
Dengan tidak adanya tanda-tanda meredanya ketegangan politik antara Australia dan China, bahaya besar dari semua ini adalah terkikisnya hubungan ekonomi dan antar-warga yang dulunya adalah perekat yang menyatukan hubungan.

Jika ini terjadi, peristiwa beberapa hari ini mungkin hanya menjadi titik awal dalam pemisahan bilateral yang lebih luas yang menawarkan sedikit prospek untuk perlindungan - apalagi kemajuan - kepentingan nasional Australia.

Kritikan Australia terhadap China

Kemarahan dan ketidakpercayaan antara kedua negara telah menggelembung di bawah permukaan selama bertahun-tahun.

Berulang kali Australia meluncurkan serangan-serangan terhadap China

  • Australia menuduh China melakukan upaya untuk memengaruhi pengambilan keputusan di Canberra setelah terungkap sumbangan dari pengusaha Tiongkok kepada politisi lokal.
  • Australia menjadi negara pertama yang secara terbuka melarang perusahaan teknologi raksasa China Huawei terlibat dalam jaringan 5G-nya, dengan alasan keamanan nasional.
  • Australia juga mengkritik tindakan China terhadap warga Muslim Ughir.
  • Australia juga mengkritik penanganan China terhadap Hong Kong.
  • Kemudian Australia juga menginginkan penyelidikan internasional terhadap asal usul munculnya Covid-19 di China
Timbul pertanyaan, sampai dimana kedua negara ini akan terus berselisih dan mengapa mereka meresikokan hubungan dagang yang menguntungkan khususnya bagi Australia?

Sementara itu perdagangan antara Australia dengan China, pelanggan terbesarnya semakin berkembang pesat.

Tanggapan China

China mungkin sangat marah dengan Australia, tetapi dengan  perekonomian China yang terus tumbuh, mereka tetap haus akan sumber daya alam Australia.  Jadi, bijih besi, batu bara, dan gas alam cair terus mengalir ke China, dan turis serta pelajar China, pendapatan ekspor Australia yang sangat besar terus mengalir ke Australia.

Meskipun manfaat ekonomi terus berlanjut, banyak hal yang berubah secara dramatis pada tahun 2020 ini.

Pemicu sebenarnya tahun ini adalah seruan Australia untuk penyelidikan asal-usul Covid-19, yang pertama kali terdeteksi di kota Wuhan di China.  

Kemarahan Beijing tidak hanya ditujukan pada retorika politik tetapi juga pada sikap Australia tentang keseimbangan kekuatan global.

China menanggapinya dengan bahasa yang sangat tidak diplomatis, mengatakan bahwa Australia telah disuruh bekerja oleh AS dalam perang propagandanya.

Retorika dari pihak China sangat tajam.  Jurubicara Kementrian Luar negeri China Zhao Lijian mengatakan: “Jangan melakukan tindakan yang mempengaruhi pertukaran budaya antara kedua negara yang dapat merusak kepercayaan bersama.”

China, yang menyadarai bahwa perdagangan Australia sangat membutuhkan pasar di China, membalas retaliasi dengan tindakan ekonomi:

  • Menaikkan tarif jelai atau barley 80,5%
  • Membatasi ekspor daging dan hasil laut dari Australia
  • Mengenakan tarif 200% terhadap ekspor anggur Australia
  • Menangkap jurnalis Australia di China, Cheng Lei dengan tuduhan membahayakan keamanan ansional.
  • Beijing juga memperingatkan mahasiswa China akan tindakan rasisme terhadap warga Asia di Australia, yang disangkal oleh pM Morrison meskipun telah banyak bukti nyata kejadian rasisme itu di mana-mana.

Hubungan semakin memburuk

Hubungan antara kedua negara semakin memburuk setelah pada hari Senin 30 November, Juru Bicara Luar Negeri China, Zhao Lijian mengunggah sebuah gambar di akun Twitter pribadinya yang menunjukkan seorang tentara Australia membunuh seorang anak dengan menggorok lehernya.

Tweet Mr Zhao mengatakan: "Terkejut dengan pembunuhan warga sipil Afghanistan & tahanan oleh tentara Australia.  Kami sangat mengutuk tindakan seperti itu, dan menyerukan agar mereka bertanggung jawab."

Awal bulan November ini, sebuah laporan menemukan "informasi yang dapat dipercaya" menyebutkan bahwa 25 tentara Australia terlibat dalam pembunuhan 39 warga sipil dan tahanan Afghanistan antara 2009 dan 2013.  Temuan dari penyelidikan Angkatan Pertahanan Australia (ADF) memicu kecaman luas, dan sekarang sedang diselidiki oleh polisi.

Australian Broadcasting Corporation melaporkan bahwa ABC telah menemukan "bukti kredibel" dari pembunuhan di luar hukum dan "budaya pejuang" dalam unit elit.  Tuduhan tersebut termasuk bahwa tentara junior didorong untuk menembak tahanan sebagai pembunuhan pertama mereka.  Namun laporan ADF tidak mendukung tuduhan tersebut.
Picture to depict Australian Soldier killing a child with a knife
Picture to depict Australian Soldier killing a child with a knife Source: Lijian Zhao Tweet
Gambar yang di Tweet oleh Zhao itu memang bukanlah gambar asli, dan tampaknya ditujukan pada tuduhan yang dilaporkan sebelumnya bahwa tentara elit Australia menggunakan pisau untuk membunuh dua anak laki-laki Afghanistan berusia 14 tahun.  

Namun PM Australia Scott Morrison melihatnya gambar tersebutsebagai sebuah gambar yang menjijikan.

Australia telah meminta Twitter untuk menghapus kiriman tersebut dari platformnya, dengan menyebutnya sebagai "disinformasi".  Morrison menggambarkan postingan itu sebagai "benar-benar menjijikkan, sangat ofensif, sangat keterlaluan".

"Pemerintah China harus benar-benar malu dengan posting ini. Itu membuat mereka berkurang di mata dunia," katanya. "Itu adalah citra palsu dan penghinaan yang mengerikan bagi pasukan pertahanan kami."

Ia menambahkan bahwa Australia telah menetapkan proses yang transparan untuk menyelidiki dugaan kejahatan perang, seperti yang diharapkan dari negara yang "demokratis, liberal".

Morrison kemudian mengakui bahwa ada ketegangan "tidak diragukan lagi" antara kedua negara, tetapi mengatakan: "Ini bukan cara Anda menghadapinya."

Ia memperingatkan Beijing bahwa negara-negara lain di seluruh dunia sedang mengawasi tindakannya terhadap Australia.
Menanggapi pernyataan PM Morrison, juru bicara Kementrian Luar Negeri China Hua Chunying mengatakan:

“Pembunuhan yang brutal oleh pasukan Australia telah dikutuk dengan keras oleh komunitas internasional.  Apakah reaksi yang keras dari pihak Australia terhadap Tweet kolega kami itu menunjukkan persetujuan pihak Australia terhadap tindakan pasukannya membunuh penduduk sipil dengan darah dingin, namun tidak membolehkan orang lain mengutuk tindakan kejam itu?  Nyawa warga Afgan berharga.”

“PM Australia mengatakan seharusnya China merasa malu ….. bukankah itu keputusan pemerintah Australia untuk mengirimkan pasukannya ke Afganistan? …. Dan setelah terbukti bahwa pasukan Australia melakukan kejahatan yang keji, bukankah selayaknya pemerintah Australia yang seharusnya merasa malu atas pembunuhan pasukannya terhadap rakyat sipil?”

Dan sekarang bagaimana?

Badan independent yang mempelajari hubungan internasional terutama antara China dan Australia Lowry Institute menyimpulkan bahwa Australia menyambut baik perdagangan yang berkembang dengan China.   

Namun, kurang menyambut investasi oleh entitas milik negara China, yang mencerminkan kekhawatiran tentang sistem politik otoriter China dan kemungkinan motif strategis.

  • Mengelola kebangkitan China akan lebih mudah bagi Australia jika pemerintah berikutnya memperbaiki hubungan dengan negara Asia Utama yang lain dan pengaturan kebijakan domestik Austalia,
  • memanfaatkan kekayaan sumber daya alam untuk memaksimalkan pengaruh internasional, dan
  • menerapkan kerangka kebijakan yang jelas untuk hubungan dengan China.
Pemerintah perlu mengembangkan strategi regional yang koheren dan mengartikulasikan pendekatan jangka panjang yang tahan lama untuk hubungan dengan China yang mendukung perdagangan dan menjabarkan prinsip-prinsip yang jelas dan konsisten untuk investasi kedaulatan asing sambil menggarisbawahi bahwa Australia tidak akan berkompromi pada kepentingan strategis inti atau nilai-nilainya.

 


Share

Published

Updated

By SBS Indonesian
Presented by Ricky Onggokusumo
Source: ABC Australia, SBS

Share this with family and friends


Follow SBS Indonesian

Download our apps
SBS Audio
SBS On Demand

Listen to our podcasts
Independent news and stories connecting you to life in Australia and Indonesian-speaking Australians.
Ease into the English language and Australian culture. We make learning English convenient, fun and practical.
Get the latest with our exclusive in-language podcasts on your favourite podcast apps.

Watch on SBS
SBS Indonesian News

SBS Indonesian News

Watch it onDemand