Dari kecil, langit menjadi rumah kedua bagi Tori Nikolau, sementara ia ikut terbang bersama dengan ayahnya, Tony, yang adalah seorang pilot.
"Saat itu ketika terbang dan berguling-guling dengan pesawat, saya biasa melihat ke kedua orangtua saya... dengan seringai lebar di wajah saya," kata wanita berusia 23 tahun itu kepada NITV News.
"Adrenalin dan kenyataan bahwa pesawat ini membawa kita terbang ke angkasa itu sangat luar biasa!"
"Saya merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya, itu yang bisa saya gambarkan. Saya merasa lengkap."
Saat, di usia ke 17 tahun, Ms Nikolau mulai serius mempertimbangkan karir di bidang penerbangan, sang ayah kesulitan menahan kegembiraannya.

Tori Nikolau spent much of her childhood in the cockpit of planes and helicopters. Source: Supplied
"Saya awalnya berusaha berpura-pura untuk tidak peduli... namun kenyataannya, hal itu sangat menggembirakan bagi saya dan saya pikir wow, dia benar-benar serius akan hal ini," ujar Mr Nikolau, yang adalah seorang Kapten dari maskapai Virgin Australia.
Namun kegembiraan tersebut tidak berlangsung lama.
Sesaat setelah memulai pelatihan guna memperoleh ijin penerbang pribadi, Tori yang saat itu berusia 20 tahun mendapati bahwa ia memiliki kista di bagian bawah tulang punggungnya.
Terpaksa meninggalkan belajarnya, Tori kemudian melakukan tiga putaran operasi dalam enam bulan, memaksanya berbaring di tempat tidur, dan membuat mimpinya terancam.
"Hal itu sangat mempengaruhi badan Anda dan Anda merasa sangat lelah," ungkap Ms Nikolau.
"Anda merasa sangat tidak berguna, merasa tidak dapat melakukan apapun. Dan saat itulah saya berpikir, apakah saya akan membaik? Apakah saya akan dapat benar-benar memilih aviasi sebagai pilihan karir?"
Setelah 12 bulan, Ms Nikolau membaik dan mampu melanjutkan pelatihan penerbangnya.
Kemudian tahun lalu, keluarga itu kembali mengalami hambatan yang menyakitkan, ketika sang ibu Tamara didiagnosa dengan kanker kandung kemih.
"Saya berusaha mencari medium, keseimbangan untuk berusaha belajar tapi juga berusaha untuk ada di sisi Ibu," ungkap Ms Nikolai.
"Saat itu merupakan saat yang sangat berat, namun ia berhasil melaluinya dan ia adalah wanita yang kuat. Saya sangat bersyukur, bersyukur atas keluarga saya."
Meski mengalami berbagai hambatan, namun pada bulan Oktober lalu Ms Nikolai berhasil menyelesaikan kursus intensif selama 18 bulan di Australian Wings Academy di Gold Coast untuk kemudian menjadi penerbang komersial perempuan pribumi pertama Australia.
Kini, dirinya berfokus untuk mendapatkan pekerjaan dengan maskapai penerbangan komersial besar.
"Kami sangat, sangat bangga akan komitmen dan determinasinya, dan yeah sangat senang akan hal ini," ujar sang ibu Tamara.

Tori's parents, Tamara and Tony, are incredibly proud of her achievements. Source: Supplied
Di penjuru Australia, hanya sekitar lima persen dari pilot komersial adalah wanita.
Sebagai perempuan pribumi yang bangga dengan darah Aborigin dari ibunya dan Yunani dari sang ayah, Ms Nikolau mengatakan ia memiliki lebih banyak hal untuk dibuktikan.
"Orang-orang bertanya, 'dari mana asalmu dan apa latar belakangmu?', dan saya akan menjawab saya pribumi dan saya juga Yunani. Dan mereka akan, cukup kaget," ungkapnya.
"Anda melalui banyak rintangan dan orang berpikir 'oh dia mendapatkan bantuan untuk mendapat yang ia inginkan', tapi pada akhirnya tidak ada orang lain yang duduk dan belajar untuk saya, tidak ada yang membantu mengerjakan ujian saya, tidak ada orang lain yang membantu mengerjakan ujian terbang saya - itu semua hasil kerja keras dan belajar saya."
"Saya berharap dapat menginspirasi para perempuan di luar sana untuk melakukan apa yang ingin mereka lakukan dalam hidup, dan untuk tahu bahwa akan ada rintangan yang akan menghambat, namun Anda akan dapat melewatinya dengan determinasi , semangat, dan dorongan kuat yang ada dalam diri Anda."

Tori now hopes to find a job with a commercial airline. Source: Supplied
Share
