Sekelompok Muslim Australia mengirim pesan keras kepada Australian Federation of Islamic Councils (AFIC) setelah lembaga itu menggelar pertemuan dengan One Nation pada 10 September 10 -- mengatakan, "Anda tidak mewakili kami."
AFIC, organisasi masyarakat Muslim tertinggi di Australia, bertemua pemimpin One Nation New South Wales Mark Latham untuk mendikusikan rancangan UU kemerdekaan beragama yang akan dia ajukan di senat NSW.
Rancangan UU ini ditujukan untuk mengamandemen UU Anti Diskriminasi, dan bisa memberikan perlindungan bagi pekerja dalam bidang keyakinan agama dalam kondisi yang mirip dengan Israel Folau. Ini mendapat dukungan dari kelompok seperti Association of Independent and Catholic Schools, tapi dikritik oleh kelompok gereja lainnya dan Diversity Council Australia.
"Sebuah angin segar menyaksikan gairah Latham untuk bertarung untuk keyakinan Australia (termasuk Islam) dan menempatkannya pada lapangan permainan yang merata,” kata Dawah Support Officer AFIC Mohamed dalam pernyataan publik.
AFIC didirikan oleh sekelompok tokoh Musilim pada tahun 1964 untuk mewakili "kebutuhan dan aspirasi" Muslim di Australia.
Tidak semua pihak setuju dengan sikap AFIC tentang kerjasama baru mereka.
Rabea Khan, seorang pengacara di Melbourne, dengan beberapa orang lainnya, membuat pernyataan publik mengutuk pertemuan itu, merinci tentang riwayat One Nation dan Mark Latham yang membangun kebencian terhadap komunitas Muslim di Australia.
Pernyataan publik itu telah ditandatangani oleh lebih dari 100 pihak dari komunitas Muslim, termasuk guru, akademisi, jurnalis dan pengacara.
"Saya sungguh malu, saya pikir itu cara paling tepat untuk menjelaskannya," kata Khan kepada The Feed.
"Tidak hanya komunitas tapi orang kulit berwarna di negara ini harus hidup dengan meningkatnya permusuhan terhadap mereka selama 23 tahun terakhir, sejak One Nation ada.
"Mereka mau membuat penyelidikan apakah kami adalah agama atau ideologi politik radikal, itu kebijakan resmi mereka."
Kebijakan One Nation tentang Islam termasuk pelarangan kedatangan dari negara-negara Islam yang dikenal sebagai sumber radikalisme seperti cara Amerika Serikat, penyelidikan -seperti menurut Khan - kepada apakah Islam adalah agama atau "ideologi politik totaliter” yang merusak demokrasi, dan pelarangan terhadap burka.
Ketua AFIC Dr Rateb Jneid mengatakan kepada The Feed organisasi Muslim itu memperhatikan tentang sejarah Islamophobia dan xenophobia One Nation tapi percaya Mark Latham sedang “memutar kebijakan One Nation”.

A combined picture of One Nation Senator Pauline Hanson taking off a burqa during Senate Question Time at Parliament House in Canberra, August 17, 2017. Source: AAP
“One Nation adalah satu-satunya partai politik yang cukup berani untuk membidik masalah yang akan menmbawa komunitas beragama kepada sejumlah perlindungan. Hampir 50 kelompok Muslim berbeda ikut serta dengan mereka, tidak hanya AFIC,” kata Dr Jneid kepada The Feed.
“Pelayanan terbaik yang bisa diberikan komunitas Muslim adalah untuk memenangkan hati dan pikiran pengkiritk dan yang berbeda dengan kami. Dalam hal ini, pertemuan AFIC dengan Mark Latham adalah sebuah pertemuan untuk melayani kepentingan bersama.”
AFIC telah dituduh tidak mewakili luasnya spektrum masyarakat Muslim dengan komite eksekutifnya yang semua laki-laki. Khan percaya organisasi ini tidak memahami pengalaman nyata perempuan Muslim, yang lebih cenderung menerima serangan Islamophobia berdasarkan analisis terhadap kejahatan kebencian.
The Islamophobia Register merilis sebuah studi tahun 2019 yang menemukan 70 persen serangan Islamophobia publik terjadi atas perempuan Muslim.
"Ini benar-benar contoh kuat tentang bagaimana AFIC tidak mewakili komunitas," kata Khan.
"Tidak hanya mereka semua pria, terutama perkumpulan orang paruh baya, lebih dari itu, mereka tidak berkonsultasi dengan cara yang berarti dengan komunitas, yang mengikutkan perempuan dan masyarakat yang lebih beragam."
Meskipun tim eksekutif saat ini yang semuanya pria, Dr Jneid mengatakan ada beberapa perempuan pada kepengurusannya selama ini.
"Ada banyak kelompok perempuan pada keanggotaan kamu dan kami juga punya nota kesepahaman dengan Muslim Women Australia. Kami punya lebih banyak pekerja perempuan daripada pria," kata Dr Jneid.
Dr Jneid mengatakan dua anggota staf yang mengerjakan masukan AFIC untuk usulan Latham adalah perempuan, yaitu Legal Support Officer Ali dan Da'wa Support Officer Mohamed.
Meskipun tidak ada perempuan hadir dalam moment foto bersama dengan Mark Latham.
Khan percaya dukungan kepada pernyataan publik mereka yang mengkritik AFIC - yang saat ini telah memiliki 135 tanda tangan - menunjukkan pandangan AFIC tidak sepenuhnya representatif.

Photo posted to AFIC's website following their meeting with Mark Latham. Source: Australian Federation of Islamic Councils
"Pernyataan ini memungkinkan orang yang tidak didengarkan di organisasi ini, atau dalam proses ini untuk memungkinkan mereka bersuara dan didengarkan," kata dia.
Khan merasa mendukung rancangan itu akan membuat kerugian daripada kebaikan kepada masyarakat Muslim Australia.
"Rancangan itu tidak akan menyelesaikan masalah kebebasan berbicara atau segala macam fitnah di luar konteks organisasi, sesungguhnya, ini sangat terbatas," kata dia.