Catatan: Informasi yang diungkapkan dalam wawancara ini bersifat umum, bukan saran kesehatan, dan mungkin tidak sesuai dengan situasi pribadi Anda. Hubungi tenaga kesehatan/dokter Anda untuk mendapatkan saran yang jelas mengenai situasi Anda.
Berita mengenai peristiwa kekerasan atau bencana alam dapat membuat anak merasa cemas, takut, atau marah. Dampaknya bisa terlihat dalam bentuk keluhan, atau melalui perubahan perilaku.
Reneta Kristiani, psikolog klinis anak, dosen psikologi di Unika Atma Jaya, dan kandidat doktor Early Childhood Education di Monash University, mengatakan reaksi seperti takut, sedih, gelisah, atau kaget setelah mendengar tragedi besar adalah hal yang wajar, karena anak sedang memproses ancaman terhadap rasa aman mereka.
Orang tua tidak perlu menghindari topik tersebut, menurut Kristiani, tetapi hadir dan membantu anak memahami apa yang terjadi.
Untuk anak prasekolah, Kristiani mengatakan orang dewasa dapat membantu anak dengan mengenali dan menamai emosi mereka, serta memberikan rasa aman lewat kalimat sederhana. Alih-alih memberi penjelasan panjang, fokuslah menenangkan tubuh dan perasaan anak––misalnya dengan memeluk, mengatur napas bersama, dan menjaga rutinitas tidur serta makan, kata Kristiani.

Clinical child psychologist Reneta Kristiani. Credit: Supplied/Reneta Kristiani
Lalu, anak sebaiknya tidak terus-menerus terpapar berita, karena hal itu dapat memperpanjang kecemasan dan membuat anak merasa bahaya ada di mana-mana, ujar Kristiani.
Menurut Kristiani, salah satu pegangan praktis yang dibahas adalah pendekatan “3L”: Look–Listen–Link. Look berarti memastikan kebutuhan dasar dan keamanan anak terpenuhi. Listen berarti benar-benar mendengarkan tanpa mengecilkan perasaan anak, karena respons tiap anak bisa berbeda. Link berarti menghubungkan anak dan keluarga ke dukungan yang tepat bila diperlukan––misalnya guru, konselor sekolah, atau tenaga kesehatan.
Untuk anak yang mengalami bencana secara langsung, Kristiani mengatakan, urutannya tetap sama: pastikan aman, penuhi kebutuhan dasar, lalu pulihkan rutinitas pelan-pelan.
Aktivitas sederhana seperti bermain, menggambar, bercerita, dan kembali ke jadwal harian dapat membantu anak memulihkan rasa “hidup normal”, menurut Kristiani. Pada anak yang lebih besar, memberi peran kecil yang aman––misalnya membantu membagikan barang atau menyiapkan kebutuhan––dapat menumbuhkan rasa berdaya dan kendali, ujar Kristiani.
Orang tua dapat mempertimbangkan konsultasi dengan tenaga medis atau dokter jika kecemasan pada anak menetap lebih dari satu bulan, makin berat, dan mengganggu fungsi sehari-hari, ujar Kristiani.
Dengarkan podcast ini selengkapnya.










