SBS Indonesia sempat meliput di lokasi. Suasana terlihat ramai dengan banyak pemilih yang mengantri di depan gerbang KJRI dan di antara Tempat - Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang telah dipersiapkan.
Menurut ketua Panitia Pemilihan Luar Negeri Melbourne (PPLN Melbourne) Isvet Novera, dalam Pemilu kali ini terhitung ada 12,357 warga negara Indonesia dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Luar Negeri di Melbourne, yang mencakup negara bagian Victoria dan Tasmania.
Sedangkan menurut Ketua Panitia Pengawasan Pemilu (Panwaslu) Melbourne Mulyoto Pangestu, terdapat sekitar 10 persen atau 1,200 jumlah pemilih yang termasuk dalam Daftar Pemilih Tambahan Luar Negeri di Melbourne. Padahal, jumlah surat suara lebih yang diberikan oleh KPU hanya 2 persen alias sekitar 200-250 surat suara.
“Yang masuk baru 20 persen lebih sedikit. Yang belum datang 70 persen. Apakah setelah jam 4 akan ada banjir pemilih, kita lihat nanti,” jelas Mulyoto saat diwawancarai di lokasi.
Keadaan ini memang agak meresahkan, alias “ngeri-ngeri sedap,” seloroh beliau.
Untuk menyikapi kemungkinan gangguan teknis seperti data ganda Pemilu, telah diterapkan beberapa strategi, jelas Isvet.
“Kita sudah menggunakan data Sidalih - Sistem Data Pemilih yang terbesar di pusat. Untuk data ganda sudah jauh berkurang. Tidak zero tapi sudah jauh berkurang,” ucap beliau,
“Dari jakarta sudah melakukan beberapa kali sortiran. Semua data dalam negeri dan luar negeri di cross-check.”
Langkah ini mengurangi kemungkinan seorang pemilih bisa terdaftar di lebih dari satu lokasi - di Indonesia dan Australia sekaligus, misalnya.
Penghitungan suara akan dilakukan tanggal 14 Februari, sesuai penyelenggaraan di Indonesia, tambah Isvet,
Menurut beliau, dari KPU telah memberi kelonggaran bagi mereka yang mendadak harus pindah TPS dari dalam negeri ke luar negeri.
“Dari KPU memberi kelonggaran, boleh pindah memilih H-7 untuk orang yang pindah dari dalam negeri ke luar negeri,” jelas beliau.
“Boleh lagi sekarang pada Hari H dari satu negara ke negara lain. Misalnya dari Singapura ke Melbourne masih kita terima. Jadi sudah sangat diperlonggar aturannya.”
Aturan seputar Pemilu kerap disiarkan lewat ranah medsos, tambah beliau lagi.

SBS Indonesian berbincang dengan para pemilih
Di Australia, kampanye partai politik dan calon legislatif masih bisa diselenggarakan pada hari H alias hari pencoblosan. Lazim terlihat partai-partai politik membagikan brosur dan berkampanye di TPS.
Namun, Pemilu Indonesia mengenal masa tenang, yaitu masa di mana kampanye tidak diperbolehkan mendekati hari H. Saat berada di lokasi pencoblosan pun dilarang mengenakan atribut partai atau pasangan calon (paslon).
Rupa-rupanya, ada cukup banyak warga Indonesia yang lupa akan masa tenang ini, mungkin karena sudah lama berdomisili di Australia,
“Karena di sini masa tenangnya tanggal 10, kita putuskan pada hari pemilu tidak ada yang boleh membawa atribut. Tapi dari beberapa pemilu sebelumnya dan tadi pagi ada saja orang yang mungkin saking semangatnya mengenakan baju yang ada gambarnya paslon,” cerita Mulyoto,
“Mereka mungkin bukan ingin kampanye tapi ingin pamer, ‘Saya lho pendukungnya’. Ya sudah. Terpaksa kami larang. Ada yang kami pinjami baju supaya ditutup atau silahkan pulang ganti baju.”
Sampai saat ini, tidak ada rencana untuk memberlakukan pengecualian perihal masa tenang untuk Pemilu Indonesia di Australia.
“Kalau di indonesia dinyatakan tidak boleh mengenakan atribut ya kita harus mengikuti itu.”
Sedangkan untuk kampanye di Australia, sebenarnya boleh saja, asal mendapat izin dari pemerintah Australia setempat, tidak hanya meminta izin dari KJRI atau Panwaslu.
“Jadi tentunya orang mau kampanye di Melbourne ada syaratnya. Katakanlah mereka mau kampanye di Federation Square tidak izin ke City Council, ya tidak diizinkan,” jelas Mulyoto.
Melek Pemilu di Luar Negeri
Mereka yang selama masa kampanye berada di Melbourne biasanya mendapatkan info seputar partai-partai politik atau figur calon dari media seperti debat antara paslon yang disiarkan di Youtube atau melalui diskusi di grup-grup seperti grup Whatsapp.
Ani, Mahasiswi PhD Monash University yang ditemui SBS Indonesia di TPS Melbourne, memanfaatkan daftar caleg yang didapatnya lewat brosur untuk mencari tahu lebih banyak soal caleg-caleg di Dapil asalnya, yaitu di Yogyakarta.
“Teman-teman (sesama WNI di luar negeri) cukup proaktif mencari informasi itu. Sekarang banyak sumber yang bisa diakses online,” jelasnya.
Anggota PPLN Melbourne Juni 2023 Credit: Ricky Onggokusumo
Tiga WNI yang ditemui SBS Indonesia di lokasi: Narto, Doni dan Wayan, menyatakan bahwa mereka tidak memperoleh informasi dari sumber apapun selain dari lingkup pergaulan mereka.
“Enggak ada informasi. Kita cari sendiri. Berusaha tanya teman saja,” jelas mereka.




