'Queensland Chef of the Year' Alfan Musthafa Satukan Bahan Australia dan Proses Tradisional Masakan Indonesia

Chef Alfan trophy.jpg

Credit: Supplied/Alfan Musthafa/Shika Finnemore

Chef Alfan Musthafa berbagi cerita perjalanannya memenangkan gelar bergengsi Queensland Chef of the Year 2025.


Head Chef dan pemilik Warisan Brisbane, Alfan Musthafa, mengaku bahwa dirinya suka berkompetisi dan menguji keahlian sendiri.

"Saya suka melatih skill untuk mengukur talenta sendiri," ungkapnya kepada SBS Indonesian.

Kemenangan dalam ajang bergengsi tahunan ini bukanlah kemenangan yang disiapkan satu atau dua bulan saja, tetapi telah ia persiapkan dari tiga tahun sebelumnya.

Chef Alfie—panggilan akrab koki asli Cirebon ini di Australia—mengatakan dirinya selalu mendaftar untuk kompetisi ini setiap tahun sejak 2022 tetapi tidak pernah masuk sebagai finalis.

"Tapi setiap ada kompetisinya saya datang, untuk melihat prosesnya seperti apa, chefnya masak apa, penjuriannya seperti apa," ujar Chef Alfie.
Chef Alfan food.jpg
Chef Alfan Musthafa's winning dish—grilled chilli marinated (Maranggi Spice paste) wagyu beef rump MB 10 with lemon myrtle, butternut puree, crispy lion's mane mushrooms, zucchini flower and mountain pepper. Credit: Supplied/Alfan Musthafa
Dengan sistem kompetisi semacam "black box", para finalis baru mengetahui bahan utama yang akan mereka olah 30 menit sebelum waktu memasak dimulai.
Saya percaya bahwa makanan yang akan saya sajikan--menyatukan bahan dasar Australia dengan proses tradisional makanan Indonesia itu sendiri--merupakan suatu hal yang menarik, yang punya nilai tersendiri.
Chef Alfan Musthafa, Queensland Chef of the Year 2025
Bagaimana perjalanannya mencapai gelar prestisius ini dan apa sarannya untuk mereka terinspirasi menekuni profesi ini?

Dengarkan perbincangan ini selengkapnya.

Dengarkan SBS Indonesian setiap hari Senin, Rabu, Jumat, dan Minggu jam 3 sore.
Ikuti kami di Facebook dan Instagram, serta jangan lewatkan podcast kami.

Terbayang tidak sih, Chef? Ketika tahun 2005 memulai kuliah di tata boga begitu

ya, kemudian untuk bahwa dua puluh tahun berikutnya nih akan menjadi Queensland

Chef of The Year. Itu terbayang tidak sih, Chef?

Sama sekali nggak ada rencana ke sana, nggak ada pikiran ke sana. Cita-cita pun

gak ada. Maksudnya, terlibat di pikiran pun nggak ada sama sekali. Terbersit pun

tidak, gitu ya? Gak ada, gak ada betul. Sama sekali, sedetik pun gak ada. Cuma

memang aku suka masak, terus kebetulan waktu di Bali juga, sempat mengikuti

beberapa kompetisi memasak juga di Bali. Terus pada tahun 2008, kalau saya nggak

salah, pada 2008 juga saya pemegang medali emas untuk kompetisi

Pasta and Noodle Junior Championship Se-Asia, itu diadakan di Jakarta pada saat

itu, pada saat salon kuliner. Jadi ya, jadi suka berkompetisi, suka

melatih skills segala macem untuk mengukur

talenta sendiri segala macem. Nah sebenarnya ini bukan kemenangan ini, bukan

kemenangan yang disiapkan satu atau dua bulan, tapi sudah dari tiga tahun yang

lalu gitu loh. Jadi acara Queensland Chef of the Year itu sendiri kan acara tahunan.

Jadi dari tahun 2022, itu saya sudah mulai mendaftar. Oke. Tapi tidak pernah

lolos menjadi finalist. Oke. Tapi yang saya lakukan pada saat itu dari tahun 2022

itu setiap ada acaranya, setiap ada kompetisinya, saya datang untuk melihat

prosesnya seperti apa, Chefnya masak apa, penjuriannya seperti apa, segala macam.

Nah, dari tahun 2022 itu selalu mendaftar setiap tahun. 2023 saya coba

lagi, enggak lolos lagi. 2024 saya coba lagi, enggak lolos lagi. Nah, kebetulan

2025 saya mendapatkan kesempatan terpilih sebagai 20 besar finalis untuk maju ke

laga

live cooking.

Dan di live cooking ini adalah yang finalnya atau bagaimana atau ada beberapa

-tahap lain lagi sebelum final, Chef? -Ada dua tahap. Jadi dari seleksi online

sekitar tiga ratus pendaftar hanya dipilih dua puluh finalis untuk maju ke live

cooking pada hari H-nya.

Diadakan dua hari, 12 Oktober dan 13 Oktober. Nah, pada hari pertama itu, dari

dua puluh finalis dibagi menjadi lima kelompok. Satu kelompok terdiri dari empat

chef. Mereka akan bertanding

dengan waktu memasak satu jam, lalu chef dengan nilai tertinggi akan dipilih dalam

lima ronde tersebut. Chef yang memiliki nilai tertinggi melaju ke grand final di

hari selanjutnya untuk merebut gelar Queensland Chef of the Year. Pada saat

hari pertama, saya dihadapi dengan tiga chef lainnya. Dia

executive chef dari wedding event

restoran or something like that. Terus ada juga dari

five stars hotel dari Sunshine Coast kalau nggak salah, terus ada juga dari The Star

Hotel. Pada saat ronde pertama itu, saya chef yang mendapatkan nilai tertinggi.

Akhirnya lolos ke grand final sehari selanjutnya.

Yang hari pertama dulu, Chef. Ini apakah ada tanda kutip bocoran atau mungkin ada

hint begitu ya bahwa di tanggal 12 itu yang diminta adalah memasak menu A B C D,

-begitu Chef? -Gak ada. Jadi sistem kompetisinya itu

seperti black box. Oke. Jadi

para juri akan memberitahukan bahan utama yang harus kita pakai, proteinnya tiga

puluh menit sebelum waktu memasak mulai.

Oke

bagaimana rasanya dalam tiga puluh menit mikir itu Chef?

Ya

mau nggak mau harus pikir.

Iya jadi [tertawa] aku sendiri gak tau. Intinya pada saat itu tiga puluh menit

sebelum proses memasak mulai, semua chef didatangkan ke arena,

disiapkan dapurnya masing-masing, lalu juri mengumumkan bahannya ini, ini, ini,

kalian harus pakai ini, ini. Terus diberi waktu selama tiga puluh menit untuk

membuat menu, dua menu, makanan pembuka dan makanan utama

-dan masing-masing empat porsi. -Kemudian untuk esok harinya apakah serupa

-juga? -Sama.

Nggak dikasih tahu ingredients segala macam gitu ya, Chef ya?

Betul, sama. Dan lalu di Grand Final, karena namanya Grand Final, mereka

menambahkan satu ingredient yang kita harus pakai, yaitu Indigenous Australian

-Herbs. -Nah, itu apakah sesuatu yang pernah

digunakan dalam masakanmu sebelumnya, Chef?

Sebelumnya, saya pakai. Ada beberapa herbs yang sudah sempat saya pakai sebelumnya,

cuman dalam bentuk kering. Dalam bentuk

-apa namanya, herb kering atau dried. -Yang ini dalam bentuk segar begitu ya?

Yang ini dalam bentuk segar masih fresh, yes, betul.

Dan kalau saya baca di website mereka, Chef Alvi ini dipuji karena skill,

creativity dan Queensland Flavours-nya loh. Ini berarti apakah

pada saat itu memang sesuatu yang menurut Chef Alvi ini ini kayak senjata

pamungkas begitu atau sebetulnya [tertawa]

belum, ini masih kemampuan saya yang biasa begitu, Chef?

-[tertawa] Enggak, enggak, enggaklah. -Gimana tuh?

[tertawa] Gimana ya? Sebenarnya saya hanya mengikuti apa yang, apa yang disediakan

gitu. Saya hanya meracik dengan bahan-bahan yang sudah disediakan oleh

juri dengan ide, dengan kreativitas, dengan pengetahuan yang saya punya yang

saya dapat dari 2005

saya mulai kuliah di tata boga. Jadi pada saat juri mengumumkan Indigenous

Australian Herbs, ada beberapa sekitar lebih dari lebih dari lima belas item.

Saya melihat ada satu bahan namanya lemon myrtle itu karakteristiknya

menyerupai campuran

daun jeruk, kemangi terus agak sedikit lemony dan peppery. Dan saya pikir ini

aroma dan karakteristik dan rasa seperti ini sebenarnya menyerupai makanan

Indonesia. Jadi saya menggabungkan dengan ide masakan-- makanan Indonesia

yang mau saya bikin pada saat itu menggunakan bahan-bahan Indigenous

-Australia. -Apakah pada saat itu juga

yakin bahwa ini pasti

tanda kutip diuntungkan dengan backgroundmu mengenal masakan Indonesia

begitu? Apakah pada saat itu juga percaya diri untuk oke tampaknya bisalah ini masuk

begitu, Chef?

Sebenarnya percaya diri, percaya diri dalam artian bukan meninggikan diri bahwa

saya-- bahwa juri akan terkesima dengan makanan saya. Cuma saya pikir bahwa-- saya

percaya bahwa makanan yang akan saya sajikan menyatukan bahan dasar Australia

dengan proses tradisional makanan Indonesia itu sendiri. Ini merupakan suatu

hal yang menarik yang, yang punya nilai tersendiri gitu loh.

Iya dan ternyata memang juri sepakat begitu ya chef?

-Betul. -Aduh, ini selain dapat piala besar itu

chef yang sekarang mungkin dipajang di restoran atau di rumah chef?

-Ada di restoran. -[tertawa] Ada di restoran. Mendapat apa

-lagi chef kalau boleh dibagikan? -Ada uang cash. Jadi uang cash itu sekitar

dua ribu lima ratus untuk pemenang sekaligus tambahan dua ratus lima puluh

dolar untuk setiap grup-- uh, pemenang grup. Terus ada beberapa hadiah

-apresiasi dari para sponsor juga. -Tambah semakin ramai tidak Warisan pasca

-kemenanganmu? -Pastinya [tertawa] jadi itu, event itu

sebenarnya hari Minggu dan Senin. Jadi hari pertama itu hari Minggu lalu finalnya

hari Senin. Nah, kebetulan Warisan sendiri tutup pada hari Minggu Senin. Jadi

buka hanya Selasa sampai Sabtu. Hari Senin kita, kita-- aku sama staf-staf yang

lain juga pada ikut support di lokasi. Kita senang, kita rayain bareng-bareng,

terus pulang ke rumah, terus besok pagi berangkat kerja lagi, buka restoran itu,

malam booking langsung menanjak. Kita sendiri bingung, oh no! Saya harus telepon

lagi, telepon, telepon, telepon, cari chef tambahan suruh kerja malam ini karena

booking kita melonjak ini.

Dan apakah, apakah mereka kemudian juga meminta menu yang ada lemon myrtle itu ya,

-yang seperti kemarin begitu Chef? -Iya, enggak.

Enggak, cuman

sebagian besar mungkin sekitar lebih dari enam puluh persen tamu yang datang di

minggu itu mereka selalu, selalu nyapa ke aku, "Hai, selamat ya, sudah... apa...

atas kemenangannya." "Oh, iya terima kasih." "Ya, aku lihat dari berita, aku

lihat dari Instagram, aku dengar dari ini dari itu," gitu. Jadi mereka itu

datang karena, karena pengen tahu karena sebenarnya event ini event-event besar di

Brisbane sendiri, di Queensland sendiri, event yang sangat besar jadi banyak

penontonnya. Jadi begitu, begitu mereka mengumumkan siapa pemenangnya, siapa chef

terbaik tahun ini mereka selalu mencari biodatanya itu di mana, dia bekerja di

mana. Mereka mau coba makanannya seperti apa.

Dan apakah juga kemudian komunitas Indonesia mungkin di Queensland di

Brisbane juga

banyak yang kemudian menyapamu atau menghubungimu atau mengajak sesuatu

-project gimana itu Chef? -Beberapa iya, ada beberapa ada yang

datang, ada yang mengikuti beritanya, ada yang nonton juga. Cuman untuk masyarakat

Indonesia sendiri, untuk teman-teman Indonesia yang ada di sana sendiri justru

baru datang atau baru, baru kenal dengan saya, baru tahu tentang warisan dan

chefnya itu setelah berita yang di Indonesia mulai marak jadi sekitar mungkin

-satu dua minggu terakhir ini. -Oke, jadi ini baik untuk dirimu, nama

-baikmu dan juga nama bisnis gitu ya Chef? -Betul [tertawa]

Chef, ada mungkin yang bisa disampaikan kalau kita bicara mengenai profesi ini

begitu ya Chef. Ini kan, well, saya tidak pernah menjalani, saya mendengar bahwa

sangat tidak mudah sekali effort yang kita put into it dan juga hours we put into

-it. -Betul.

Ada yang bisa disampaikan mungkin Chef untuk mereka yang aspired to be a chef

mungkin di luar sana, yang mempertimbangkan karir ini mungkin, bahwa

tampaknya kan kita melihat sekarang dari cooking show misalnya, wah enak nih

kayaknya jadi chef gitu kan terkenal, waduh gitu. Tapi sebenarnya harus mawas

diri mungkin di balik itu--ada yang bisa disampaikan Chef?

Betul, yang bisa saya sampaikan mungkin kurangi menonton acara televisi memasak.

[tertawa] Karena aslinya nggak seperti itu. Tidak... tidak semanis cerita Disney.

Jadi

mungkin dikemas karena untuk acara entertainment di TV, jadi mungkin dikemas

secara lebih manis. Tapi faktanya dunia dapur itu perlu kerja keras, perlu

dedikasi, perlu

pengorbanan yang cukup besar gitu loh. Ditambah lagi kerja berat, kita bekerja

dengan minyak panas, dengan air panas, dengan api segala macam yang harus angkat

barang segala macam. Tapi intinya kalau kita sudah bertekad, kalau kalian sudah

punya hati yang kuat bahwa saya mau jadi chef apapun

yang akan saya hadapi, saya harus hadapi sampai saya menjadi chef terbaik untuk

diri saya sendiri atau untuk orang lain juga. Jadi gitu, jadi pokoknya jangan

menyerah, tetap, tetap jalanin cita-cita kamu, tetap raih mimpi kamu untuk menjadi

seorang chef yang handal dan

intinya jangan pernah berhenti, kalau capek boleh istirahat atau jalan pelan

tapi jangan pernah berhenti, tetap harus jalan.

Right. Chef Alfie, terima kasih waktunya bersama SBS Indonesian, Chef.

Sama-sama, Tia. Terima kasih banyak.

END OF TRANSCRIPT

Share
Follow SBS Indonesian

Download our apps
SBS Audio
SBS On Demand

Listen to our podcasts
Independent news and stories connecting you to life in Australia and Indonesian-speaking Australians.
Ease into the English language and Australian culture. We make learning English convenient, fun and practical.
Get the latest with our exclusive in-language podcasts on your favourite podcast apps.

Watch on SBS
SBS Indonesian News

SBS Indonesian News

Watch it onDemand