Terbayang tidak sih, Chef? Ketika tahun
2005 memulai kuliah di tata boga begitu
ya, kemudian untuk bahwa dua puluh tahun
berikutnya nih akan menjadi Queensland
Chef of The Year. Itu terbayang tidak sih,
Chef?
Sama sekali nggak ada rencana ke sana,
nggak ada pikiran ke sana. Cita-cita pun
gak ada. Maksudnya, terlibat di pikiran
pun nggak ada sama sekali. Terbersit pun
tidak, gitu ya? Gak ada, gak ada betul.
Sama sekali, sedetik pun gak ada. Cuma
memang aku suka masak, terus kebetulan
waktu di Bali juga, sempat mengikuti
beberapa kompetisi memasak juga di Bali.
Terus pada tahun 2008, kalau saya nggak
salah, pada 2008 juga saya pemegang medali
emas untuk kompetisi
Pasta and Noodle Junior Championship
Se-Asia, itu diadakan di Jakarta pada saat
itu, pada saat salon kuliner. Jadi ya,
jadi suka berkompetisi, suka
melatih skills segala macem untuk mengukur
talenta sendiri segala macem. Nah
sebenarnya ini bukan kemenangan ini, bukan
kemenangan yang disiapkan satu atau dua
bulan, tapi sudah dari tiga tahun yang
lalu gitu loh. Jadi acara Queensland Chef
of the Year itu sendiri kan acara tahunan.
Jadi dari tahun 2022, itu saya sudah
mulai mendaftar. Oke. Tapi tidak pernah
lolos menjadi finalist. Oke. Tapi yang
saya lakukan pada saat itu dari tahun 2022
itu setiap ada acaranya, setiap ada
kompetisinya, saya datang untuk melihat
prosesnya seperti apa, Chefnya masak apa,
penjuriannya seperti apa, segala macam.
Nah, dari tahun 2022 itu selalu mendaftar
setiap tahun. 2023 saya coba
lagi, enggak lolos lagi. 2024 saya coba
lagi, enggak lolos lagi. Nah, kebetulan
2025 saya mendapatkan kesempatan terpilih
sebagai 20 besar finalis untuk maju ke
Dan di live cooking ini adalah yang
finalnya atau bagaimana atau ada beberapa
-tahap lain lagi sebelum final, Chef?
-Ada dua tahap. Jadi dari seleksi online
sekitar tiga ratus pendaftar hanya dipilih
dua puluh finalis untuk maju ke live
Diadakan dua hari, 12 Oktober dan 13
Oktober. Nah, pada hari pertama itu, dari
dua puluh finalis dibagi menjadi lima
kelompok. Satu kelompok terdiri dari empat
chef. Mereka akan bertanding
dengan waktu memasak satu jam, lalu chef
dengan nilai tertinggi akan dipilih dalam
lima ronde tersebut. Chef yang memiliki
nilai tertinggi melaju ke grand final di
hari selanjutnya untuk merebut gelar
Queensland Chef of the Year. Pada saat
hari pertama, saya dihadapi dengan tiga
chef lainnya. Dia
executive chef dari wedding event
restoran or something like that. Terus ada
juga dari
five stars hotel dari Sunshine Coast kalau
nggak salah, terus ada juga dari The Star
Hotel. Pada saat ronde pertama itu, saya
chef yang mendapatkan nilai tertinggi.
Akhirnya lolos ke grand final sehari
selanjutnya.
Yang hari pertama dulu, Chef. Ini apakah
ada tanda kutip bocoran atau mungkin ada
hint begitu ya bahwa di tanggal 12 itu
yang diminta adalah memasak menu A B C D,
-begitu Chef?
-Gak ada. Jadi sistem kompetisinya itu
seperti black box. Oke. Jadi
para juri akan memberitahukan bahan utama
yang harus kita pakai, proteinnya tiga
puluh menit sebelum waktu memasak mulai.
bagaimana rasanya dalam tiga puluh menit
mikir itu Chef?
mau nggak mau harus pikir.
Iya jadi [tertawa] aku sendiri gak tau.
Intinya pada saat itu tiga puluh menit
sebelum proses memasak mulai, semua chef
didatangkan ke arena,
disiapkan dapurnya masing-masing, lalu
juri mengumumkan bahannya ini, ini, ini,
kalian harus pakai ini, ini. Terus diberi
waktu selama tiga puluh menit untuk
membuat menu, dua menu, makanan pembuka
dan makanan utama
-dan masing-masing empat porsi.
-Kemudian untuk esok harinya apakah serupa
Nggak dikasih tahu ingredients segala
macam gitu ya, Chef ya?
Betul, sama. Dan lalu di Grand Final,
karena namanya Grand Final, mereka
menambahkan satu ingredient yang kita
harus pakai, yaitu Indigenous Australian
-Herbs.
-Nah, itu apakah sesuatu yang pernah
digunakan dalam masakanmu sebelumnya,
Chef?
Sebelumnya, saya pakai. Ada beberapa herbs
yang sudah sempat saya pakai sebelumnya,
cuman dalam bentuk kering. Dalam bentuk
-apa namanya, herb kering atau dried.
-Yang ini dalam bentuk segar begitu ya?
Yang ini dalam bentuk segar masih fresh,
yes, betul.
Dan kalau saya baca di website mereka,
Chef Alvi ini dipuji karena skill,
creativity dan Queensland Flavours-nya
loh. Ini berarti apakah
pada saat itu memang sesuatu yang menurut
Chef Alvi ini ini kayak senjata
pamungkas begitu atau sebetulnya [tertawa]
belum, ini masih kemampuan saya yang biasa
begitu, Chef?
-[tertawa] Enggak, enggak, enggaklah.
-Gimana tuh?
[tertawa] Gimana ya? Sebenarnya saya hanya
mengikuti apa yang, apa yang disediakan
gitu. Saya hanya meracik dengan
bahan-bahan yang sudah disediakan oleh
juri dengan ide, dengan kreativitas,
dengan pengetahuan yang saya punya yang
saya mulai kuliah di tata boga. Jadi pada
saat juri mengumumkan Indigenous
Australian Herbs, ada beberapa sekitar
lebih dari lebih dari lima belas item.
Saya melihat ada satu bahan namanya lemon
myrtle itu karakteristiknya
daun jeruk, kemangi terus agak sedikit
lemony dan peppery. Dan saya pikir ini
aroma dan karakteristik dan rasa seperti
ini sebenarnya menyerupai makanan
Indonesia. Jadi saya menggabungkan dengan
ide masakan-- makanan Indonesia
yang mau saya bikin pada saat itu
menggunakan bahan-bahan Indigenous
-Australia.
-Apakah pada saat itu juga
tanda kutip diuntungkan dengan
backgroundmu mengenal masakan Indonesia
begitu? Apakah pada saat itu juga percaya
diri untuk oke tampaknya bisalah ini masuk
Sebenarnya percaya diri, percaya diri
dalam artian bukan meninggikan diri bahwa
saya-- bahwa juri akan terkesima dengan
makanan saya. Cuma saya pikir bahwa-- saya
percaya bahwa makanan yang akan saya
sajikan menyatukan bahan dasar Australia
dengan proses tradisional makanan
Indonesia itu sendiri. Ini merupakan suatu
hal yang menarik yang, yang punya nilai
tersendiri gitu loh.
Iya dan ternyata memang juri sepakat
begitu ya chef?
-Betul.
-Aduh, ini selain dapat piala besar itu
chef yang sekarang mungkin dipajang di
restoran atau di rumah chef?
-Ada di restoran.
-[tertawa] Ada di restoran. Mendapat apa
-lagi chef kalau boleh dibagikan?
-Ada uang cash. Jadi uang cash itu sekitar
dua ribu lima ratus untuk pemenang
sekaligus tambahan dua ratus lima puluh
dolar untuk setiap grup-- uh, pemenang
grup. Terus ada beberapa hadiah
-apresiasi dari para sponsor juga.
-Tambah semakin ramai tidak Warisan pasca
-kemenanganmu?
-Pastinya [tertawa] jadi itu, event itu
sebenarnya hari Minggu dan Senin. Jadi
hari pertama itu hari Minggu lalu finalnya
hari Senin. Nah, kebetulan Warisan
sendiri tutup pada hari Minggu Senin. Jadi
buka hanya Selasa sampai Sabtu. Hari
Senin kita, kita-- aku sama staf-staf yang
lain juga pada ikut support di lokasi.
Kita senang, kita rayain bareng-bareng,
terus pulang ke rumah, terus besok pagi
berangkat kerja lagi, buka restoran itu,
malam booking langsung menanjak. Kita
sendiri bingung, oh no! Saya harus telepon
lagi, telepon, telepon, telepon, cari
chef tambahan suruh kerja malam ini karena
booking kita melonjak ini.
Dan apakah, apakah mereka kemudian juga
meminta menu yang ada lemon myrtle itu ya,
-yang seperti kemarin begitu Chef?
-Iya, enggak.
sebagian besar mungkin sekitar lebih dari
enam puluh persen tamu yang datang di
minggu itu mereka selalu, selalu nyapa ke
aku, "Hai, selamat ya, sudah... apa...
atas kemenangannya." "Oh, iya terima
kasih." "Ya, aku lihat dari berita, aku
lihat dari Instagram, aku dengar dari
ini dari itu," gitu. Jadi mereka itu
datang karena, karena pengen tahu karena
sebenarnya event ini event-event besar di
Brisbane sendiri, di Queensland sendiri,
event yang sangat besar jadi banyak
penontonnya. Jadi begitu, begitu mereka
mengumumkan siapa pemenangnya, siapa chef
terbaik tahun ini mereka selalu mencari
biodatanya itu di mana, dia bekerja di
mana. Mereka mau coba makanannya seperti
apa.
Dan apakah juga kemudian komunitas
Indonesia mungkin di Queensland di
banyak yang kemudian menyapamu atau
menghubungimu atau mengajak sesuatu
-project gimana itu Chef?
-Beberapa iya, ada beberapa ada yang
datang, ada yang mengikuti beritanya, ada
yang nonton juga. Cuman untuk masyarakat
Indonesia sendiri, untuk teman-teman
Indonesia yang ada di sana sendiri justru
baru datang atau baru, baru kenal dengan
saya, baru tahu tentang warisan dan
chefnya itu setelah berita yang di
Indonesia mulai marak jadi sekitar mungkin
-satu dua minggu terakhir ini.
-Oke, jadi ini baik untuk dirimu, nama
-baikmu dan juga nama bisnis gitu ya Chef?
-Betul [tertawa]
Chef, ada mungkin yang bisa disampaikan
kalau kita bicara mengenai profesi ini
begitu ya Chef. Ini kan, well, saya tidak
pernah menjalani, saya mendengar bahwa
sangat tidak mudah sekali effort yang kita
put into it dan juga hours we put into
Ada yang bisa disampaikan mungkin Chef
untuk mereka yang aspired to be a chef
mungkin di luar sana, yang
mempertimbangkan karir ini mungkin, bahwa
tampaknya kan kita melihat sekarang dari
cooking show misalnya, wah enak nih
kayaknya jadi chef gitu kan terkenal,
waduh gitu. Tapi sebenarnya harus mawas
diri mungkin di balik itu--ada yang bisa
disampaikan Chef?
Betul, yang bisa saya sampaikan mungkin
kurangi menonton acara televisi memasak.
[tertawa] Karena aslinya nggak seperti
itu. Tidak... tidak semanis cerita Disney.
mungkin dikemas karena untuk acara
entertainment di TV, jadi mungkin dikemas
secara lebih manis. Tapi faktanya dunia
dapur itu perlu kerja keras, perlu
pengorbanan yang cukup besar gitu loh.
Ditambah lagi kerja berat, kita bekerja
dengan minyak panas, dengan air panas,
dengan api segala macam yang harus angkat
barang segala macam. Tapi intinya kalau
kita sudah bertekad, kalau kalian sudah
punya hati yang kuat bahwa saya mau jadi
chef apapun
yang akan saya hadapi, saya harus hadapi
sampai saya menjadi chef terbaik untuk
diri saya sendiri atau untuk orang lain
juga. Jadi gitu, jadi pokoknya jangan
menyerah, tetap, tetap jalanin cita-cita
kamu, tetap raih mimpi kamu untuk menjadi
seorang chef yang handal dan
intinya jangan pernah berhenti, kalau
capek boleh istirahat atau jalan pelan
tapi jangan pernah berhenti, tetap harus
jalan.
Right. Chef Alfie, terima kasih waktunya
bersama SBS Indonesian, Chef.
Sama-sama, Tia. Terima kasih banyak.
END OF TRANSCRIPT