Community: Family trips or gifts? How Indonesian families in Australia celebrate end-of-year holidays

family trips or gifts

Family trips or gifts? Source: Moment RF / Evgeniia Siiankovskaia/Getty Images

Indonesian parents living in Australia share their thoughts on making the most of the summer holidays––whether that means visiting Indonesia or buying gifts for their children.


The end of the year in Australia means summer school holidays. With the festive season in December, many families are planning something special for their kids.

For Indonesian diaspora families, planning the end-of-year break involves weighing different options. A trip to Indonesia offers children the chance to connect with their culture, spend time with extended family, and develop a sense of identity. But there are other ways to celebrate, including gifts for the kids.
Sydney resident Arini Suryokusumo Alliod and her family during a holiday in Bali (L) and Perth resident Maizar Rasyid and his family during a holiday in Jakarta.
Sydney resident Arini Suryokusumo Alliod and her family during a holiday in Bali (L) and Perth resident Maizar Rasyid and his family during a holiday in Jakarta. Credit: Supplied/Arini Suryokusumo Alliod/Maizar Rasyid
Listen to SBS Indonesian's conversation with Arini Suryokusumo Alliod and Maizar Rasyid, two Indonesian parents in Australia, as they share their experiences and perspectives on what works best for their children's development.

Listen to the full podcast.

Listen to SBS Indonesian on Mondays, Wednesdays, Fridays and Sundays at 3pm.
Follow us on Facebook and Instagram, and don't miss our podcasts.

Pendengar, seperti yang kita ketahui, musim liburan akhir tahun adalah periode

yang sibuk bagi keluarga di Australia. Libur sekolah yang panjang ditambah dengan

suasana perayaan di bulan Desember, membuat banyak keluarga merencanakan

sesuatu yang spesial untuk anak-anak mereka. Bagi diaspora Indonesia, musim

liburan seperti ini mungkin membuat para orang tua dihadapkan pada keputusan,

apakah mengunjungi Indonesia atau membelikan anak-anak hadiah atau mungkin

keduanya. Dan pilihan mana yang para orang tua anggap lebih bermanfaat untuk

anak-anak mereka. Berikut perbincangan saya dengan Arini Suryokusumo Alliod dan

Maizar Rasyid yang berbagi pandangan mereka tentang hal ini. Mbak Arini, saat

-ini bergabung dari mana? -Dari Sydney.

Dan bagaimana nih? Kan ini sudah mendekati Natal, Tahun Baru dan juga liburan di

bulan Januari ya, summer holiday. Ada rencana liburan kah Anda dan keluarga?

Jadi aku mau spend Natalan dengan suami. Nah, setelah Natal karena suami aku harus

kerja, gak bisa ambil cuti, aku sama anak-anak pulang ke Bogor. Biasanya kami

ke Bogor dua kali setahun lah pas lagi libur panjang.

Ini seru banget sepertinya, berarti sering juga ya bawa anak-anak ke Indonesia?

Lumayan karena deket [tertawa]. Dulu kami tinggal di Prancis, wuh susah banget mau

pulang tiketnya mahal [tertawa]. Kalau di sini kan udah deket dan tiketnya relatif

lebih murah lah. Jadi ya lumayan sering sih, heeh.

Nah, berbicara soal liburan akhir tahun nih, sebagai orang tua, Anda lebih memilih

mana? Investasi uang untuk family trip atau beli anak-anak hadiah seperti hadiah

-Natal atau apa nih? -Well, kita kayaknya dua-duanya kali.

Soalnya kan kalau Natal itu, it's about the cultural thing gitu kan. Anak-anak

kalau nggak dikasih hadiah juga ya, ya ngarep lah gitu. Jadi kita pasti beliin

hadiah. Cuma biasanya kalau libur panjang pasti jalan-jalan juga. Jadi it depends on

the investment sih. Tapi basically ya karena kita juga budgetnya lumayan ya buat

Natal dan anak-anak waktu itu kan ulang tahunnya November jadi kayaknya

berdekatanlah gitu. Baru ulang tahun harus beli hadiah lagi gitu. Jadi biasanya kami

kalau yang kayak gini kita budgetnya pulangnya ke Indonesia. Karena pertama

relatif lebih murah, kan kita tinggal di rumah orang tua kemudian juga living

costnya juga lebih, lebih murah ya entertainentnya juga lebih murah gitu

dibandingin di Australi. Jadi kami biasanya kalau mau milih holiday yang

murah meriah tapi jangan dipikirin tiketnya ya [tertawa]. Murah meriah kita

-biasa ke Indonesia gitu. -Baik. Dan ini kalau anak-anak sendiri nih,

kalau ditanya mereka lebih excited mana diajak jalan-jalan atau dapat hadiah atau

-mungkin dua-duanya ya? -Dua-duanya lah namanya anak-anak. Dan

biasanya kami liburan juga kebanyakan kalau aku bawa ke Indonesia aku nanya

mereka maunya apa gitu. Jadi mereka udah, karena udah terbiasa, udah tahu aku, aku

mau ini mama, mau ini, mau ini. Terus biasanya liburannya juga aku campur dengan

kegiatan seperti kayak kursus-kursus gitu. Karena kan kita tiga minggu. Jadi

senang-senang tapi juga ada belajarnya jugalah jadi enggak terlalu, eh, ini.

Kayak misalnya kursus tenis atau kursus berenang atau apa. Karena kan di Indonesia

juga lebih murah ya. Jadi dua-duanya [tertawa].

Dan sepertinya nih yang lasting impactnya untuk anak-anak nih pengalaman travelling

-bareng keluarga atau bagaimana ya? -Mungkin impactnya, mreka, mereka udah

terbiasa mungkin ya. Oh ya, aku tadi belum bilang ya, anakku kan kembar nih, cowok

sebelas tahun nih. Jadi mereka itu ya udah biasa setiap liburan itu aku lebih ke

invest pasti jalan-jalan pasti keluar gitu enggak, enggak stay in Sydney. Karena aku

pikir-pikir juga kan kita tinggal di Sydney bisa ngelakuin in weekend lah kalau

mau Senin nih kan. Nah mereka sih jadi udah terbiasa dan karena udah sebelas

tahun saya juga lebih gampang lah bawanya, mereka udah mandiri, bawa tas sendiri,

ngepack sendiri, jadi, em, they're used to traveling anyways, gitu.

Dan ini kan anak-anak berarti dibesarkan di luar Indonesia karena suami Anda juga

bukan orang Indonesia. Tapi tentunya dengan ibunya Anda mempunyai akar

Indonesia, gitu ya. Apakah pengalaman dengan mungkin dibawa ke Indonesia, gitu,

dua tahun sekali atau sebagainya itu bisa menjadi cara mereka untuk ada koneksi

dengan budaya Indonesia dan keluarga besar?

Ya, ada, ada. Karena kebetulan kan aku keluarganya itu cukup besar, ya, dan cukup

guyub lah namanya juga keluarga Indonesia, ya. Jadi mereka memang kalau

pulang tuh udah langsung, "Oh mau ketemu pakde ini, mau ketemu tante ini." gitu,

terus mau ketemu ponakan.

Karena aku juga dari keluarga ibu saya tuh aku sepupunya tuh hampir tiga puluh kan,

jadi banyak banget. Dan dari sisi bapaknya dia enggak punya sepupu kan. Jadi mereka

senang gitu ke Indonesia dan udah tahu mau kemana-kemana gitu. Kadang-kadang aku

pernah, aku pernah ngajakin beberapa kali misalnya ke dulu ada ART kan tinggal di

kampung gitu ya. Terus aku ajakin ke kampung nginep di situ terus mereka main

dengan anak-anak, anak-anak kampung situ lah meskipun bahasanya kan mereka bahasa

Sunda ya. Tapi bisalah terus main di sungai atau apa and they enjoy it gitu

loh. Dan ya biasanya sih, ya lumayan sih dan karena saya dari kecil itu mereka

sudah terbiasa dengan bahasa Indonesia, kalau pulang ke Indonesia biasanya berapa

hari gitu udah langsung lancar lagi gitu. Jadi kayak inget lagi. Jadi, I don't think

they have any problems, they love-- mereka senang banget pulang ke Indonesia

-[tertawa]. -Banyak benefitnya berarti ya Mbak ya.

Selain untuk melihat anak-anak tentang alam dan juga masalah bahasa gitu ya.

Bagaimana dengan budaya sendiri? Jadi memperkuat gak kayak anak-anak mempunyai

-jati diri Indonesia? -Aku gak terlalu perhatiin ya, tapi mereka

kalau ditanya orang gitu, orang mana? Mereka pasti bilang, benar-benar bilang

gitu orang Prancis dan orang Indonesia gitu. Terus mereka bilang aku lahir di

Indonesia. I think mungkin di satu pihak mereka jadi kebawa tanpa disadari kali ya.

Kayak misalnya mereka suka pakai sarung gitu, terus makanannya juga lumayan

gampang ya jadi kayak anakku yang satu tuh-Sekali waktu aku makan, apa namanya,

semur jengkol gitu, Mama lagi makan apa gitu? Aku bilang jangan, jangan, jangan

[tertawa]. Soalnya cuma dikit. Nah,

dia suka gitu loh, suka jengkol lah apa lah terus pedes-pedes juga, Mama sambel,

mama sambel deh, yang sambal ABC gitu. Aku pikir kadang-kadang aku bilang kamu tuh

kayak orang Indonesia, nggak bisa hidup tanpa sambal ABC [tertawa]. Gitulah

pokoknya yang satu sih enggak terlalu ya. Dan mereka suka, enggak tahu ya, mereka

merasa seorang Indonesia gitu. Nah, begitu di sini karena mereka bahasa Inggrisnya

enggak terlalu lancar biasanya sama aku suka ngomong pakai bahasa Inggris. Tapi

otomatis sih kalau ke Indonesia ya mereka ya ngomong Indonesia juga.

Berarti kedepannya Mbak Rini ingin anak-anak kuat ya dengan budaya

-Indonesianya juga, ya? -Iya maunya ke situ, ya. Karena kan biar

-gimana kan ibunya orang Indonesia. Heeh. -Dan di era sekarang kan anak-anak

sepertinya terpapar kultur konsumerisme begitu, ya. Terutama di musim liburan.

Bagaimana cara anda menyeimbangkan keinginan untuk membahagiakan anak dengan

mengajarkan mereka bahwa kebahagiaan itu enggak selalu dari barang?

Kita sudah membiasakan dari kecil hanya bisa dapat mainan lah kasarnya ya mainan

atau barang baru itu hanya pada Natal dan Tahun Baru. Jadi di luar itu mereka sudah

terbiasa dari kecil enggak, enggak meminta apa-apa karena enggak, karena nggak

dapet, nggak mungkin dapet lah gitu. Jadi, they don't really ask for anything

actually. Which is probably a good thing, I mean, karena udah terbiasa di otak

mereka oke kalau gua ulang tahun ya, ya gua nggak dapat apa-apa gitu. Jadi kayak

misalnya mereka pergi ke toko gitu, eh lucu nih gini, terus, eee, mama ini nanti

buat ulang tahun aku ya, gitu. Which is ulang tahunnya kan masih November, tapi

dia enggak akan bilang, "Mama aku mau sekarang." gitu. Pasti langsung yang,

"Mama, buat ulang tahun aku nanti ya." Jadi, udah terpatri di otak mereka sih.

Ini kan kadang nih kalau kita pulang ke Indonesia nih sudah spend tiket, sudah

jalan-jalan mungkin tidak terlalu mahal sih. Tapi ada juga nih ekspektasi untuk

bawa oleh-oleh gitu ya. Ini bagaimana anda menavigasi ini?

Nggak sih udah terbiasa mereka [tertawa] ga minta oleh-oleh. Karena kan keluarga

aku juga ngelihat lah, aku bawa anak itu kan bawaannya udah banyak, kan? Kalau

paling nitipnya tuh hal-hal sepele lah, maksudnya bukan hal-hal kecil kayak

misalnya, vitamin. Kita biasa kalau di Australia kan selalu mereka nitipnya

vitamin tuh. Terus, ya biasanya lah gantungan kunci atau something, tapi aku

sih karena mungkin sering juga pulang ke Indonesia ya, orang-orang juga nggak

-terlalu expect oleh-oleh sih. -Mba Arini terima kasih ya atas obrolannya.

Iya. Sama-sama.

-Halo Maizar, apa kabar? -Halo baik, ya gimana kabarnya juga?

Baik, Maizar. Jadi ini saat ini Maizar adalah warga Perth, ya?

-Iya, di Perth. -Dan Anda bergabung dari mana nih?

-Sekarang lagi di Jakarta. -Apakah Anda sudah memulai liburan duluan

nih karena akhir tahun atau bagaimana di Jakarta?

Oh yes, kita sudah mulai liburan sebenarnya sih anak-anak belum libur cuman

kita apply ke sekolah untuk minta early liburannya. Karena biasanya kita kalau

akhir tahun kan lumayan lah ya maksudnya waktunya kan panjang bisa sebulanan lebih

kan, so mungkin kita manfaatin untuk ajak anak-anak ke Indonesia gitu mungkin

-liburan kemana, ya. -Bertemu keluarga juga kah di Indonesia?

Ya sama keluarga kan sebagian dari sisi saya kan istri Indonesia tapi udah warga

Australia, karena lahir di Australia, jadi saya coba ajak anak-anak biar lebih kenal

lah sama keluarga yang di Indonesia gitu loh. Jalan-jalan sekitar Jakarta biar, you

know, ada ikatannya anak-anak lah sama di Indonesia gitu. Biar tahu perbedaan di

Perth sama di Indonesia bagaimana gitu kan. So, kehidupannya juga kebetulan kan

ini udah, last year kita udah bawa anak-anak juga. And hari ini ya sekarang

kita bawa lagi nah, mereka excited sih mereka, dia suka di Jakarta.

Dan ini kan nih di akhir tahun nih di Australia ini lumayan istimewa selain yang

tadi anda sebutkan bahwa kita ada libur panjang, kita juga

banyak sekali nih kayak seperti budaya beli kado gitu ya,

kalau untuk anda sendiri lebih prefer mana nih beli kado kah atau lebih prefer

liburan, menghabiskan waktu dengan keluarga?

Ya. Kita lebih prefer ke liburan ya. Bawa anak-anak karena udah descendant juga

mungkin yang karena anaknya yang cowok kan lahirnya kan pas banget lagi liburan ya.

Kita kadang juga adain rencana ulang tahun buat dia juga gitu.

Kalau dari anak-anak sendiri lebih excited yang mana diajak traveling atau dapat

-hadiah atau dua-duanya? -Mereka lebih traveling [tertawa]. Apalagi

kalau ke Indonesia, oh dia lebih suka ke Indonesia. Terakhir yang cowok, yang cowok

pernah lahir kita bawa katanya dia nggak mau, dia mau tinggal di Jakarta dibilang.

-Dia lebih suka di Jakarta [tertawa]. -Wow luar biasa. Dan ini berarti anak-anak

-lahirnya di Australia berarti, ya? -Iya semua lahir di Australia tiga-tiganya.

Jadi dia besar juga di Australia. Jadi ya gitulah kita coba biar memperkenalkan

-asal-usul mereka dari mana. -Nah, ini kan untuk membawa ke Indonesia

berarti kan ini untuk exposure ke budayanya Anda ya. Dan menurut anda ini

mengapa penting untuk anak-anak untuk connect ke budaya Anda?

Jadi kayak budaya aja ya, biar kebudayaan kehidupan dia di Indonesia kayak gimana

-gitu loh. Jadi -saya sedih juga ke

Keluarga. Jadi dia memperkenalkan ke

saudara-saudaranya. Kan dari sisi istri kan dia belum pernah ada sepupu lah ya.

Jadi dia gak pesona ada sepupu di Australia, jadi ya cuma ada di Indo

-[tertawa]. -Jadi sengaja ya. Bagaimana dengan bahasa,

apakah supaya anak-anak makin lancar bahasa Indonesia atau memang mereka sudah

-lancar? -[tertawa] Nah itu juga yang kedua, supaya

dia bisa lebih praktis bahasa Indonesianya, memperlancar karena kan dia

sama sepupunya kan lebih ngomong ke Indonesia, kan. Karena istri saya kan

lahirnya di Australia, di Perth, jadi kalau ngomong ke anak-anak tuh udah biasa

Inggris. Nah, jadi ya cuman awal saya yang kadang-kadang bahasa Indonesia dicampur,

tapi ya kayak gitulah bisanya. Kayak istri kan lahir di sana, jadi kalau udah

terbiasa di sana kan ngomongnya Inggris kan. Orang tuanya istri ngomong ke anaknya

Indonesia, dibalas bahasa Inggris, kan. Kayak gitulah. Juga jadi, ya anak-anak

kayaknya hilang, ya, bahasa Indonesianya. Nah, karena kan anak udah agak gede, kita

di sini waktu tahun lalu kita bawa, dia lebih banyak komunikasi sama

sepupu-sepupunya. Dia itu banyak, banyak lah kosakatanya lah, bahasa Indonesianya

-lah. -Dan tadi kan, Maizar, sempat bilang juga

kalau dibawa ke Jakarta juga supaya melihat kehidupan di Jakarta berbeda

dengan Perth. Mengapa ini penting untuk mereka?

Iya, istilahnya, istilahnya kalau kita bawa anak-anak sering ajak keluar yang

lain budayanya, ke luar negeri lah istilahnya, ya. Kalau di Australia ke

Melbourne atau istilahnya kan sama aja satu Australia. Kalau misalnya keluar

Australia, kan, dia bisa pikirannya lebih terbuka gitu loh. Oh, di Indonesia ada

kesejangannya kan lebih tinggi, ada yang lebih kaya atau lebih-- ekonominya lebih

kurang mampu, dilihat di jalan, oh, ini kok ada orang minta-minta tuh apa, ada

tukang ngamen, gitu lah [tertawa]. Kan lain sama di Australia. Terutama di Perth

ya. Di Perth kan apa-apa jam lima udah tutup shopping center, enggak ada atraksi

anak-anak pulang sekolah, ya, kan? Di rumah mungkin ada aktivitas, tapi kalau di

sini dia bisa lihat, oh, dua puluh empat jam, lebih banyak entertain terus

-trafficnya juga. -Dan ini ada juga kah pertimbangan seperti

ini, kan, terbang ke Indonesia berlima, ya, lumayan juga sih biaya tiket dan

sebagainya. Pernah nggak terpikir, wah, kalau segini banyak, sih, mendingan beli

kado aja lah buat anak-anak atau beli mainan aja lah buat anak-anak biar mereka

-happy? -Kita sih-- karena, kalau kita, ya,

sebenarnya saya, istri, gitu, kan capek kerja terus ya. Setahun kan kita di

Australia kan dapat lagi lah kerja full time dapat satu bulan annual leave, kan.

Nah, kita coba inisiatifin, kita udah capek, udah, you know, capek dengan kerja

terus, you know, di Australia. Kita pulang kerja, paling pulang ke rumah, you know.

Kita kan butuh ada hiburan juga gitu, ya. Nah kita mikirnya, oh, kenapa nggak pas

liburan panjang kita pulang ke Indonesia? Lebih panjang, durasinya lebih panjang

ketimbang yang cuman dua minggu segala macam. Kita bilang, oh, sebulan kita bisa,

you know, spend time di Indonesia gitu. Ketemu keluarga. Ya kita sih mikirnya gitu

lebih baik liburan karena liburan lebih ke memorinya dia lah, ya gitu. Lebih

-berkesan lah. -Baik, Pendengar. Itu tadi perbincangan

kami. Maizar, terima kasih ya atas waktunya.

Ya, sama-sama. Terima kasih juga.

END OF TRANSCRIPT

Share
Follow SBS Indonesian

Download our apps
SBS Audio
SBS On Demand

Listen to our podcasts
Independent news and stories connecting you to life in Australia and Indonesian-speaking Australians.
Ease into the English language and Australian culture. We make learning English convenient, fun and practical.
Get the latest with our exclusive in-language podcasts on your favourite podcast apps.

Watch on SBS
SBS Indonesian News

SBS Indonesian News

Watch it onDemand