
Community: Family trips or gifts? How Indonesian families in Australia celebrate end-of-year holidays

Family trips or gifts? Source: Moment RF / Evgeniia Siiankovskaia/Getty Images
Indonesian parents living in Australia share their thoughts on making the most of the summer holidays––whether that means visiting Indonesia or buying gifts for their children.

Pendengar, seperti yang kita ketahui, musim liburan akhir tahun adalah periode
yang sibuk bagi keluarga di Australia. Libur sekolah yang panjang ditambah dengan
suasana perayaan di bulan Desember, membuat banyak keluarga merencanakan
sesuatu yang spesial untuk anak-anak mereka. Bagi diaspora Indonesia, musim
liburan seperti ini mungkin membuat para orang tua dihadapkan pada keputusan,
apakah mengunjungi Indonesia atau membelikan anak-anak hadiah atau mungkin
keduanya. Dan pilihan mana yang para orang tua anggap lebih bermanfaat untuk
anak-anak mereka. Berikut perbincangan saya dengan Arini Suryokusumo Alliod dan
Maizar Rasyid yang berbagi pandangan mereka tentang hal ini. Mbak Arini, saat
-ini bergabung dari mana? -Dari Sydney.
Dan bagaimana nih? Kan ini sudah mendekati Natal, Tahun Baru dan juga liburan di
bulan Januari ya, summer holiday. Ada rencana liburan kah Anda dan keluarga?
Jadi aku mau spend Natalan dengan suami. Nah, setelah Natal karena suami aku harus
kerja, gak bisa ambil cuti, aku sama anak-anak pulang ke Bogor. Biasanya kami
ke Bogor dua kali setahun lah pas lagi libur panjang.
Ini seru banget sepertinya, berarti sering juga ya bawa anak-anak ke Indonesia?
Lumayan karena deket [tertawa]. Dulu kami tinggal di Prancis, wuh susah banget mau
pulang tiketnya mahal [tertawa]. Kalau di sini kan udah deket dan tiketnya relatif
lebih murah lah. Jadi ya lumayan sering sih, heeh.
Nah, berbicara soal liburan akhir tahun nih, sebagai orang tua, Anda lebih memilih
mana? Investasi uang untuk family trip atau beli anak-anak hadiah seperti hadiah
-Natal atau apa nih? -Well, kita kayaknya dua-duanya kali.
Soalnya kan kalau Natal itu, it's about the cultural thing gitu kan. Anak-anak
kalau nggak dikasih hadiah juga ya, ya ngarep lah gitu. Jadi kita pasti beliin
hadiah. Cuma biasanya kalau libur panjang pasti jalan-jalan juga. Jadi it depends on
the investment sih. Tapi basically ya karena kita juga budgetnya lumayan ya buat
Natal dan anak-anak waktu itu kan ulang tahunnya November jadi kayaknya
berdekatanlah gitu. Baru ulang tahun harus beli hadiah lagi gitu. Jadi biasanya kami
kalau yang kayak gini kita budgetnya pulangnya ke Indonesia. Karena pertama
relatif lebih murah, kan kita tinggal di rumah orang tua kemudian juga living
costnya juga lebih, lebih murah ya entertainentnya juga lebih murah gitu
dibandingin di Australi. Jadi kami biasanya kalau mau milih holiday yang
murah meriah tapi jangan dipikirin tiketnya ya [tertawa]. Murah meriah kita
-biasa ke Indonesia gitu. -Baik. Dan ini kalau anak-anak sendiri nih,
kalau ditanya mereka lebih excited mana diajak jalan-jalan atau dapat hadiah atau
-mungkin dua-duanya ya? -Dua-duanya lah namanya anak-anak. Dan
biasanya kami liburan juga kebanyakan kalau aku bawa ke Indonesia aku nanya
mereka maunya apa gitu. Jadi mereka udah, karena udah terbiasa, udah tahu aku, aku
mau ini mama, mau ini, mau ini. Terus biasanya liburannya juga aku campur dengan
kegiatan seperti kayak kursus-kursus gitu. Karena kan kita tiga minggu. Jadi
senang-senang tapi juga ada belajarnya jugalah jadi enggak terlalu, eh, ini.
Kayak misalnya kursus tenis atau kursus berenang atau apa. Karena kan di Indonesia
juga lebih murah ya. Jadi dua-duanya [tertawa].
Dan sepertinya nih yang lasting impactnya untuk anak-anak nih pengalaman travelling
-bareng keluarga atau bagaimana ya? -Mungkin impactnya, mreka, mereka udah
terbiasa mungkin ya. Oh ya, aku tadi belum bilang ya, anakku kan kembar nih, cowok
sebelas tahun nih. Jadi mereka itu ya udah biasa setiap liburan itu aku lebih ke
invest pasti jalan-jalan pasti keluar gitu enggak, enggak stay in Sydney. Karena aku
pikir-pikir juga kan kita tinggal di Sydney bisa ngelakuin in weekend lah kalau
mau Senin nih kan. Nah mereka sih jadi udah terbiasa dan karena udah sebelas
tahun saya juga lebih gampang lah bawanya, mereka udah mandiri, bawa tas sendiri,
ngepack sendiri, jadi, em, they're used to traveling anyways, gitu.
Dan ini kan anak-anak berarti dibesarkan di luar Indonesia karena suami Anda juga
bukan orang Indonesia. Tapi tentunya dengan ibunya Anda mempunyai akar
Indonesia, gitu ya. Apakah pengalaman dengan mungkin dibawa ke Indonesia, gitu,
dua tahun sekali atau sebagainya itu bisa menjadi cara mereka untuk ada koneksi
dengan budaya Indonesia dan keluarga besar?
Ya, ada, ada. Karena kebetulan kan aku keluarganya itu cukup besar, ya, dan cukup
guyub lah namanya juga keluarga Indonesia, ya. Jadi mereka memang kalau
pulang tuh udah langsung, "Oh mau ketemu pakde ini, mau ketemu tante ini." gitu,
terus mau ketemu ponakan.
Karena aku juga dari keluarga ibu saya tuh aku sepupunya tuh hampir tiga puluh kan,
jadi banyak banget. Dan dari sisi bapaknya dia enggak punya sepupu kan. Jadi mereka
senang gitu ke Indonesia dan udah tahu mau kemana-kemana gitu. Kadang-kadang aku
pernah, aku pernah ngajakin beberapa kali misalnya ke dulu ada ART kan tinggal di
kampung gitu ya. Terus aku ajakin ke kampung nginep di situ terus mereka main
dengan anak-anak, anak-anak kampung situ lah meskipun bahasanya kan mereka bahasa
Sunda ya. Tapi bisalah terus main di sungai atau apa and they enjoy it gitu
loh. Dan ya biasanya sih, ya lumayan sih dan karena saya dari kecil itu mereka
sudah terbiasa dengan bahasa Indonesia, kalau pulang ke Indonesia biasanya berapa
hari gitu udah langsung lancar lagi gitu. Jadi kayak inget lagi. Jadi, I don't think
they have any problems, they love-- mereka senang banget pulang ke Indonesia
-[tertawa]. -Banyak benefitnya berarti ya Mbak ya.
Selain untuk melihat anak-anak tentang alam dan juga masalah bahasa gitu ya.
Bagaimana dengan budaya sendiri? Jadi memperkuat gak kayak anak-anak mempunyai
-jati diri Indonesia? -Aku gak terlalu perhatiin ya, tapi mereka
kalau ditanya orang gitu, orang mana? Mereka pasti bilang, benar-benar bilang
gitu orang Prancis dan orang Indonesia gitu. Terus mereka bilang aku lahir di
Indonesia. I think mungkin di satu pihak mereka jadi kebawa tanpa disadari kali ya.
Kayak misalnya mereka suka pakai sarung gitu, terus makanannya juga lumayan
gampang ya jadi kayak anakku yang satu tuh-Sekali waktu aku makan, apa namanya,
semur jengkol gitu, Mama lagi makan apa gitu? Aku bilang jangan, jangan, jangan
[tertawa]. Soalnya cuma dikit. Nah,
dia suka gitu loh, suka jengkol lah apa lah terus pedes-pedes juga, Mama sambel,
mama sambel deh, yang sambal ABC gitu. Aku pikir kadang-kadang aku bilang kamu tuh
kayak orang Indonesia, nggak bisa hidup tanpa sambal ABC [tertawa]. Gitulah
pokoknya yang satu sih enggak terlalu ya. Dan mereka suka, enggak tahu ya, mereka
merasa seorang Indonesia gitu. Nah, begitu di sini karena mereka bahasa Inggrisnya
enggak terlalu lancar biasanya sama aku suka ngomong pakai bahasa Inggris. Tapi
otomatis sih kalau ke Indonesia ya mereka ya ngomong Indonesia juga.
Berarti kedepannya Mbak Rini ingin anak-anak kuat ya dengan budaya
-Indonesianya juga, ya? -Iya maunya ke situ, ya. Karena kan biar
-gimana kan ibunya orang Indonesia. Heeh. -Dan di era sekarang kan anak-anak
sepertinya terpapar kultur konsumerisme begitu, ya. Terutama di musim liburan.
Bagaimana cara anda menyeimbangkan keinginan untuk membahagiakan anak dengan
mengajarkan mereka bahwa kebahagiaan itu enggak selalu dari barang?
Kita sudah membiasakan dari kecil hanya bisa dapat mainan lah kasarnya ya mainan
atau barang baru itu hanya pada Natal dan Tahun Baru. Jadi di luar itu mereka sudah
terbiasa dari kecil enggak, enggak meminta apa-apa karena enggak, karena nggak
dapet, nggak mungkin dapet lah gitu. Jadi, they don't really ask for anything
actually. Which is probably a good thing, I mean, karena udah terbiasa di otak
mereka oke kalau gua ulang tahun ya, ya gua nggak dapat apa-apa gitu. Jadi kayak
misalnya mereka pergi ke toko gitu, eh lucu nih gini, terus, eee, mama ini nanti
buat ulang tahun aku ya, gitu. Which is ulang tahunnya kan masih November, tapi
dia enggak akan bilang, "Mama aku mau sekarang." gitu. Pasti langsung yang,
"Mama, buat ulang tahun aku nanti ya." Jadi, udah terpatri di otak mereka sih.
Ini kan kadang nih kalau kita pulang ke Indonesia nih sudah spend tiket, sudah
jalan-jalan mungkin tidak terlalu mahal sih. Tapi ada juga nih ekspektasi untuk
bawa oleh-oleh gitu ya. Ini bagaimana anda menavigasi ini?
Nggak sih udah terbiasa mereka [tertawa] ga minta oleh-oleh. Karena kan keluarga
aku juga ngelihat lah, aku bawa anak itu kan bawaannya udah banyak, kan? Kalau
paling nitipnya tuh hal-hal sepele lah, maksudnya bukan hal-hal kecil kayak
misalnya, vitamin. Kita biasa kalau di Australia kan selalu mereka nitipnya
vitamin tuh. Terus, ya biasanya lah gantungan kunci atau something, tapi aku
sih karena mungkin sering juga pulang ke Indonesia ya, orang-orang juga nggak
-terlalu expect oleh-oleh sih. -Mba Arini terima kasih ya atas obrolannya.
Iya. Sama-sama.
-Halo Maizar, apa kabar? -Halo baik, ya gimana kabarnya juga?
Baik, Maizar. Jadi ini saat ini Maizar adalah warga Perth, ya?
-Iya, di Perth. -Dan Anda bergabung dari mana nih?
-Sekarang lagi di Jakarta. -Apakah Anda sudah memulai liburan duluan
nih karena akhir tahun atau bagaimana di Jakarta?
Oh yes, kita sudah mulai liburan sebenarnya sih anak-anak belum libur cuman
kita apply ke sekolah untuk minta early liburannya. Karena biasanya kita kalau
akhir tahun kan lumayan lah ya maksudnya waktunya kan panjang bisa sebulanan lebih
kan, so mungkin kita manfaatin untuk ajak anak-anak ke Indonesia gitu mungkin
-liburan kemana, ya. -Bertemu keluarga juga kah di Indonesia?
Ya sama keluarga kan sebagian dari sisi saya kan istri Indonesia tapi udah warga
Australia, karena lahir di Australia, jadi saya coba ajak anak-anak biar lebih kenal
lah sama keluarga yang di Indonesia gitu loh. Jalan-jalan sekitar Jakarta biar, you
know, ada ikatannya anak-anak lah sama di Indonesia gitu. Biar tahu perbedaan di
Perth sama di Indonesia bagaimana gitu kan. So, kehidupannya juga kebetulan kan
ini udah, last year kita udah bawa anak-anak juga. And hari ini ya sekarang
kita bawa lagi nah, mereka excited sih mereka, dia suka di Jakarta.
Dan ini kan nih di akhir tahun nih di Australia ini lumayan istimewa selain yang
tadi anda sebutkan bahwa kita ada libur panjang, kita juga
banyak sekali nih kayak seperti budaya beli kado gitu ya,
kalau untuk anda sendiri lebih prefer mana nih beli kado kah atau lebih prefer
liburan, menghabiskan waktu dengan keluarga?
Ya. Kita lebih prefer ke liburan ya. Bawa anak-anak karena udah descendant juga
mungkin yang karena anaknya yang cowok kan lahirnya kan pas banget lagi liburan ya.
Kita kadang juga adain rencana ulang tahun buat dia juga gitu.
Kalau dari anak-anak sendiri lebih excited yang mana diajak traveling atau dapat
-hadiah atau dua-duanya? -Mereka lebih traveling [tertawa]. Apalagi
kalau ke Indonesia, oh dia lebih suka ke Indonesia. Terakhir yang cowok, yang cowok
pernah lahir kita bawa katanya dia nggak mau, dia mau tinggal di Jakarta dibilang.
-Dia lebih suka di Jakarta [tertawa]. -Wow luar biasa. Dan ini berarti anak-anak
-lahirnya di Australia berarti, ya? -Iya semua lahir di Australia tiga-tiganya.
Jadi dia besar juga di Australia. Jadi ya gitulah kita coba biar memperkenalkan
-asal-usul mereka dari mana. -Nah, ini kan untuk membawa ke Indonesia
berarti kan ini untuk exposure ke budayanya Anda ya. Dan menurut anda ini
mengapa penting untuk anak-anak untuk connect ke budaya Anda?
Jadi kayak budaya aja ya, biar kebudayaan kehidupan dia di Indonesia kayak gimana
-gitu loh. Jadi -saya sedih juga ke
Keluarga. Jadi dia memperkenalkan ke
saudara-saudaranya. Kan dari sisi istri kan dia belum pernah ada sepupu lah ya.
Jadi dia gak pesona ada sepupu di Australia, jadi ya cuma ada di Indo
-[tertawa]. -Jadi sengaja ya. Bagaimana dengan bahasa,
apakah supaya anak-anak makin lancar bahasa Indonesia atau memang mereka sudah
-lancar? -[tertawa] Nah itu juga yang kedua, supaya
dia bisa lebih praktis bahasa Indonesianya, memperlancar karena kan dia
sama sepupunya kan lebih ngomong ke Indonesia, kan. Karena istri saya kan
lahirnya di Australia, di Perth, jadi kalau ngomong ke anak-anak tuh udah biasa
Inggris. Nah, jadi ya cuman awal saya yang kadang-kadang bahasa Indonesia dicampur,
tapi ya kayak gitulah bisanya. Kayak istri kan lahir di sana, jadi kalau udah
terbiasa di sana kan ngomongnya Inggris kan. Orang tuanya istri ngomong ke anaknya
Indonesia, dibalas bahasa Inggris, kan. Kayak gitulah. Juga jadi, ya anak-anak
kayaknya hilang, ya, bahasa Indonesianya. Nah, karena kan anak udah agak gede, kita
di sini waktu tahun lalu kita bawa, dia lebih banyak komunikasi sama
sepupu-sepupunya. Dia itu banyak, banyak lah kosakatanya lah, bahasa Indonesianya
-lah. -Dan tadi kan, Maizar, sempat bilang juga
kalau dibawa ke Jakarta juga supaya melihat kehidupan di Jakarta berbeda
dengan Perth. Mengapa ini penting untuk mereka?
Iya, istilahnya, istilahnya kalau kita bawa anak-anak sering ajak keluar yang
lain budayanya, ke luar negeri lah istilahnya, ya. Kalau di Australia ke
Melbourne atau istilahnya kan sama aja satu Australia. Kalau misalnya keluar
Australia, kan, dia bisa pikirannya lebih terbuka gitu loh. Oh, di Indonesia ada
kesejangannya kan lebih tinggi, ada yang lebih kaya atau lebih-- ekonominya lebih
kurang mampu, dilihat di jalan, oh, ini kok ada orang minta-minta tuh apa, ada
tukang ngamen, gitu lah [tertawa]. Kan lain sama di Australia. Terutama di Perth
ya. Di Perth kan apa-apa jam lima udah tutup shopping center, enggak ada atraksi
anak-anak pulang sekolah, ya, kan? Di rumah mungkin ada aktivitas, tapi kalau di
sini dia bisa lihat, oh, dua puluh empat jam, lebih banyak entertain terus
-trafficnya juga. -Dan ini ada juga kah pertimbangan seperti
ini, kan, terbang ke Indonesia berlima, ya, lumayan juga sih biaya tiket dan
sebagainya. Pernah nggak terpikir, wah, kalau segini banyak, sih, mendingan beli
kado aja lah buat anak-anak atau beli mainan aja lah buat anak-anak biar mereka
-happy? -Kita sih-- karena, kalau kita, ya,
sebenarnya saya, istri, gitu, kan capek kerja terus ya. Setahun kan kita di
Australia kan dapat lagi lah kerja full time dapat satu bulan annual leave, kan.
Nah, kita coba inisiatifin, kita udah capek, udah, you know, capek dengan kerja
terus, you know, di Australia. Kita pulang kerja, paling pulang ke rumah, you know.
Kita kan butuh ada hiburan juga gitu, ya. Nah kita mikirnya, oh, kenapa nggak pas
liburan panjang kita pulang ke Indonesia? Lebih panjang, durasinya lebih panjang
ketimbang yang cuman dua minggu segala macam. Kita bilang, oh, sebulan kita bisa,
you know, spend time di Indonesia gitu. Ketemu keluarga. Ya kita sih mikirnya gitu
lebih baik liburan karena liburan lebih ke memorinya dia lah, ya gitu. Lebih
-berkesan lah. -Baik, Pendengar. Itu tadi perbincangan
kami. Maizar, terima kasih ya atas waktunya.
Ya, sama-sama. Terima kasih juga.











