My concern is that not many people understand all the opportunities that learning Indonesian language has to offer.Wes Fraser
How Australian high school student found his love for Indonesian language

Wes Fraser visited Yogyakarta, Indonesia, July 2025. Credit: Supplied/Wes Fraser
Australian Year 12 student Wes Fraser shared on how he came to love Indonesian culture and language.
Speaker 1
SBS Indonesian, kali ini pendengar, terima kasih kebersamaan Anda dan sudah bergabung dengan saya di ujung telpon. Ada teman baru saya dari Melbourne, ada Wes Fraser. Hai Wes, apa kabar?
Speaker 2
Halo saya baik sekali hari ini, apa kabar?
Speaker 1
Baik. Wes ini pendengar saat ini duduk di kelas 12 di Dromona College
di Victoria, betul ya?
Speaker 2
Ya, betul.
Speaker 1
Menarik sekali pendengar karena di akhir tahun lalu, Wes ini menjadi pemenang untuk lomba pidato bahasa Indonesia NILA. Pada saat itu temanya teknologi ya, Wes?
Speaker 2
Ya, betul. Pidato saya berdasarkan teknologi di bidang ilmu kedokteran.
Speaker 1
Karena dengar-dengar, Wes ini
ingin menjadi dokter begitu?
Speaker 2
Ya, betul.
Speaker 2
Luar biasa. Oke, kita menghubungi Wes kali ini, pendengar. Untuk lebih kenalan dengan Wes dan juga ingin tahu. Ini sejago apa sebenarnya bahasa Indonesia-mu? Wes, ini belajar bahasa Indonesia dari kelas berapa? Dari tahun kapan kalau ingat?
Speaker 2
Ya, jadi saya
mulai belajar bahasa Indonesia sejak saya duduk di kelas tujuh di Dromana College. Dari sana saya jatuh cinta pada kebudayaan Indonesia dan terus belajar bahasa Indonesia sampai sekarang. Saya sekarang duduk di kelas 12 dan masih belajar bahasa Indonesia.
Speaker 1
Awal mula itu karena apa? Maksudnya kadang
bahasa Indonesia itu dipilih karena paling mudah misalnya diantara bahasa lain. Atau karena ya adanya cuma itu misalnya yang ditawarkan di sekolah. Kalau kamu kenapa, Wes?
Speaker 2
Ya, jadi di sekolah saya ada pilihan antara dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia atau bahasa Jepang. Dan saya lebih tertarik akan
bahasa Indonesia karena negara Indonesia lebih dekat dengan negara Australia. Jadi saya tertarik akan hubungan antara kedua negara. Lalu saya ingin berkunjung ke negara Indonesia, yaitu kesempatan yang sudah saya ikuti tahun ini.
Speaker 1
Pada bulan apa, Wes?
Speaker 2
Ya, saya sudah mengunjungi negara Indonesia bersama
dengan rombongan sekolah selama dua minggu di bulan Juli.
Speaker 1
Baru saja berarti ya, dan itu sempat mengunjungi kemana saja.
Speaker 2
Ya, jadi untuk pengalaman itu saya pergi ke kota Yogyakarta, lalu ke Pulau Bali.
Speaker 1
Bagi yang melihat Wes Fraser ini, mungkin sempat lihat di YouTube-nya, pada saat itu mungkin kan
scripted, atau mungkin ada latihannya begitu ya Wes. Tapi ini harus disclaimer, kalau obrolan kita kali ini, nggak ada scriptnya, betul ya Wes?
Speaker 2
Ya betul, ini hanya dari pikiran saya.
Speaker 1
Langsung ya Wes, bahkan tidak ada list pertanyaan yang saya berikan ke kamu, betul?
Speaker 2
Ya, saya sedikit khawatir, tapi
Sudah tidak ada banyak masalah, mudah-mudahannya.
Speaker 1
Ya, tidak. Sejauh ini bagus, tidak ada masalah, Wes. Dan apakah ada mungkin dari keluarga, teman dekat yang juga belajar bahasa Indonesia atau mungkin ada hubungannya dengan Indonesia begitu sehingga lebih membuatmu terdorong untuk ingin belajar?
Speaker 2
Ya, itu hal yang mengherankan sekali menurut saya karena tidak ada seorang pun di keluarga saya yang sudah belajar Bahasa Indonesia atau mempunyai hubungan antara negara kedua. Jadi saya orang pertama dalam keluarga saya yang belajar Bahasa Indonesia, tapi dalam kelompok teman saya ada beberapa murid
lain yang juga belajar Bahasa Indonesia di kelas saya.
Speaker 1
Dan kamu rasa nih kalau level 0 sampai 10 begitu ya, Wes, kemampuan bahasamu ada di titik yang mana?
Speaker 2
Oh, saya jauh dari lancar. Tapi saya berusaha sekali untuk memperbaiki keterampilan bahasa saya. Jadi mungkin 7 saya kurang pasti.
Speaker 1
Ini sudah
seperti 9,5 mungkin kalau menurut saya, Wes.
Speaker 2
Terima kasih. Saya pasti bukan orang asli.
Speaker 1
Kalau kemarin sebulan Juli sempat mengunjungi Indonesia, Jogja, dan Bali. Apakah sebenarnya bahasa yang Wes pelajari di sekolah itu memang berguna? Atau mungkin bahasanya beda lagi yang dipakai. Bagaimana, Wes?
Speaker 2
Saya sangat suka menggunakan keterampilan bahasa saya di negara Indonesia. Saya meluangkan banyak waktu untuk memperbaiki kerampilan bahasa saya. Sehingga saya senang sekali untuk akhirnya menggunakan kerampilan ini. Dan orang-orang Indonesia sangat senang bahwa saya juga bisa berbahasa Indonesia.
Mereka heran sekali bahwa ada orang yang di luar negara Indonesia yang belajar bahasa Indonesia khususnya. Orang bule.
Speaker 1
Wes, tapi dengan rencanamu ingin studi kedokteran, begitu. Apakah menurutmu, Wes, bahasa Indonesia ini bagaimanapun, akan bisa berguna dan bisa digunakan, aplikatif, begitu. Bisa
dipakai untuk karirmu.
Speaker 2
Ya, tentu saja. Menurut saya, belajar bahasa apapun berguna sekali di bidang-bidang apapun juga. Jadi untuk saya, saya juga ingin terus berkuliah bahasa Indonesia pada masa depan saat kalau saya masuk universitas tambahan dengan berkuliah ilmu kedokteran supaya pada masa depan
kalau saya bekerja di rumah sakit, kalau di Australia atau di negara Indonesia, saya bisa berbicara dengan Saya bisa membantu orang-orang di Indonesia kalau ada kekurangan peralatan yang lumayan, saya bisa ke sana untuk membantu orang-orang lain.
Speaker 1
Dengan menurunnya jumlah atau minat yang berbahasa
Indonesia atau mungkin juga kelas bahasa Indonesia yang ada di Australia pada umumnya begitu ya. Ada komentar nggak, Wes?
Speaker 2
Ya, jadi menurut saya yang membuat saya sedikit sedih adalah jumlah orang yang belajar bahasa Indonesia makin lama makin menurun. Hal ini cukup mengkhawatirkan karena negara
Indonesia dan negara Australia sangat dekat. Dan kami perlu memastikan ada hubungan erat antara kedua negara. Dan saya khawatir tidak ada banyak orang yang memahami semua kesempatan yang ditawarkan oleh belajar bahasa Indonesia.
Speaker 1
Dan termasuk dirimu juga pada saat ada kesempatan untuk ikut NAILA
tahun lalu ini langsung diambil, langsung maju atau sempat pikir-pikir atau siapa yang mendorong, Wes?
Speaker 2
Ya, jadi ibu guru, Ibu Anggrini mendorong saya untuk ikut dalam lomba NAILA Untuk memperbaiki keterampilan bahasa saya. Oleh karena itu, saya dengan, maaf, dengan bantuan beliau, saya bisa berpidato
dengan rajin. Dan juga meningkatkan keterampilan berpidato umum. Dan keterampilan bahasa saya. Dan saya berterima kasih sekali untuk bantuan Ibu Anggraini.
Speaker 1
Dan kalau tujuannya Ibu Anggraini untuk memperbaiki keterampilanmu, eh ternyata juara, Wes. Begitu kan berarti? Sangat bagus berarti?
Speaker 2
Iya.
Speaker 1
Dan
pada saat itu pendengar, Wes pada saat tahun lalu menang NAILA ini kelas 11. Dan kategori yang diikuti untuk kategori senior, berarti kelas 11 dan 12. Betul ya Wes?
Speaker 2
Iya, betul.
Speaker 1
Berarti, maaf, berarti kamu mengalahkan mereka yang ada di kelas 12, gimana rasanya tuh?
Speaker 2
Ya, saya sedikit heran bahwa saya melawan murid-murid
yang duduk di kelas 12, bahkan saya hanya di kelas 11.
Speaker 1
Luar biasa sekali berarti, Wes. Ini ada kata-kata atau bagian apa dalam bahasa Indonesia itu yang paling sulit untuk dihafalkan atau dilafalkan? Ada tidak? Menurutmu apa?
Speaker 2
Ya, aspek yang paling sulit mengenai belajar bahasa Indonesia adalah
mendengarkan orang-orang berbahasa Indonesia dan memahami apa yang mereka katakan karena tentu saja saya percaya Ibu tahu, orang Indonesia berbicara dengan cepat. Jadi sulit sekali untuk mendengarkan apa yang mereka katakan.
Speaker 1
Nah itu sama juga kalau saya mendengarkan kamu berbicara bahasa Inggris juga
mungkin begitu ya, Wes. Terdengarnya sangat cepat begitu ya. Ya. Wes Fraser, terima kasih banyak sudah bergabung bersama SBS Indonesian.
Speaker 2
Terima kasih.









