Prestasi Jakarta Membaik, Kini di Urutan 7 Kota Termacet Dunia

Menurut data terbaru dari Tom Tom Traffic Index, kepadatan lalu lintas di Jakarta pada tahun 2018 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.

Bundaran HI during Twilight

Jakarta's traffic has improved, sitting at 7th in 2018 based on Tom Tom Traffic Index. Source: Getty Images

Menurut data terbaru dari Tom Tom Traffic Index, kepadatan lalu lintas di Jakarta pada tahun 2018 mengalami penurunan.

Berdasarkan indeks tersebut, tingkat kemacetan kota Jakarta berada pada urutan ke 7, setelah pada 2017 berada di ranking ke-4 dunia.

Pada hari Kamis lalu, Tom Tom Traffic Index menyampaikan berita ini melalui akun Twitternya.
Tom Tom Traffic Index menyediakan data kepadatan jalanan dari 403 kota di 56 negara di dunia, secara gratis dan langsung. Dalam websitenya disebutkan bahwa data ini disediakan untuk membantu kota-kota di dunia memerangi tantangan mobilitas.

Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kepadatan jalanan ibukota Jakarta di tahun 2018 turun 8 persen, tercatat sebesar 53 persen setelah sebesar 61 persen di 2017. Hal ini berarti bahwa kepadatan jalan di Jakarta telah berkurang bahkan sebelum pemerintahan Jokowi meresmikan MRT pada 24 Maret yang lalu.
Salah satu pengguna Twitter mengatakan bahwa menurutnya pengurangan kepadatan jalan ini dikarenakan pengoperasian kebijakan 'plat nomor ganjil-genap'.
Jakarta, yang pernah mendapat gelar sebagai 'kota termacet di dunia', telah berjuang untuk memudarkan stigma ini.

Metode 3 in 1 sempat dioperasikan saat jaman pemerintahan Gubernur Sutiyoso, dimana hanya mobil pribadi yang berpenumpang 3 orang atau lebih yang diperbolehkan lewat di "Kawasan Pembatasan Penumpang" yang meliputi beberapa wilayah padat di ibukota.

Dipandang tidak efektif, 3 in 1 kemudian digantikan dengan kebijakan pembatasan kendaraan bernomor plat ganjil dan genap. 

Diberlakukan dari Senin hingga Jumat kecuali saat libur nasional, kebijakan ini mengharuskan kendaraan bernomor plat ganjil untuk boleh melewati kawasan seperti Bundaran Patung Kuda, Bank Indonesia, Sarinah dan Hotel Indonesia saat tanggal ganjil, dan sebaliknya nomor genap saat tanggal genap.

Menurut Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) DKI Jakarta, Andri Yansyah, proporsi jumlah kendaraan yang platnya diakhiri nomor ganjil dan genap relatif seimbang, yaitu 50,05% dan 49,95%, dengan nol (0) dianggap genap. Oleh karenanya, peraturan Ganjil Genap ini diharapkan dapat memberi solusi dari kemacetan kota Jakarta.
Kini ditambah dengan MRT (Moda Raya Terpadu) yang sudah beroperasi dan LRT (Lintas Rel Terpadu) yang sudah melalui masa uji coba publik, masih harus dilihat apakah tingkat kemacetan kota Jakarta tahun ini akan semakin berkurang. 

Share

Published

Updated

By Tia Ardha

Share this with family and friends


Follow SBS Indonesian

Download our apps
SBS Audio
SBS On Demand

Listen to our podcasts
Independent news and stories connecting you to life in Australia and Indonesian-speaking Australians.
Ease into the English language and Australian culture. We make learning English convenient, fun and practical.
Get the latest with our exclusive in-language podcasts on your favourite podcast apps.

Watch on SBS
SBS Indonesian News

SBS Indonesian News

Watch it onDemand
Prestasi Jakarta Membaik, Kini di Urutan 7 Kota Termacet Dunia | SBS Indonesian