Kemarahan anti lockdown: Apakah pembatasan di Melbourne terlalu berat dan terlalu lama?

Kemarahan anti lockdown di Melbourne menunjukkan wujudnya lewat protes selama tiga akhir pekan berturut-turut. Apakah pengunjuk rasa melecehkan hukum pada waktu yang salah untuk alasan yang salah? Apakah kegaduhan melawan lockdown bisa dibenarkan? Alice Matthews menyelidikinya untuk The Case.

Sudah tiga akhir pekan berturut-turut pengunjuk rasa di Melbourne melampiaskan kemarahan mereka pada lockdown. Meskipun mudah untuk menganggap mereka sebagai pengikut teori konspirasi, demonstran itu hanyalah bagian yang terlihat dari perasaan marah yang berkembang di masyarakat.

Melbourne menanggung salah satu lockdown paling panjang dan paling berat, bahkan melebihi Wuhan dimana virus corona bermula. Bisa dimengerti orang Victoria putus asa, kelelahan, dan frustrasi.
Apakah lockdown terlalu berat, dan terlalu lama? Apakah gelombang kedua wabah di Victoria adalah hasil dari manajemen yang buruk? Atau nasib buruk? 

Pekan ini The Case melihat tiga hal yang perlu dipahami bila bicara tentang gelombang kedua di Victoria; karantina hotel, lockdown, dan rencana jalan keluar dari pembatasan.

Karantina hotel

Wabah seperti di Victoria bisa terjadi dimana saja. Apakah gelombang kedua tak terelakkan dimana saja, tapi Melbourne yang bernasib buruk? 

Belum tentu. 

Profesor Nancy Baxter, kepala School of Population and Global Health di University of Melbourne mengatakan sementara nasib buruk memainkan perannya dalam penyebaran, "Kita, sampai batas tertentu, menentukan nasib kita sendiri dengan tidak memiliki kontrol yang memadai atas karantina hotel saat dimulai.”

Kontrol yang tidak memadai adalah pernyataan yang menghaluskan. Pemerintah Victoria memilih untuk tidak mengunakan polisi dan militer untuk mengawal karantina hotel, sebagai gantinya memakai kontraktor swasta. Pilihan itu adalah bencana.

Pada penyelidikan terhadap karantina hotel terungkap jika penjaga tidak dilatih dalam pengendalian infeksi; mereka bekerja sampingan dengan gejala, pulang pergi bekerja dengan rekan yang positif COVID, dan dilaporkan tidur dengan tamu. Tamu bahkan diizinkan keluar ke masyarakat saat mereka menunggu hasil tes dan beberapa yang hasil tesnya positif menumpang taxi dan Uber kembali ke hotel dari ruang pemeriksaan gawat darurat. 

“Saya bisa mengatakan pastinya ya... ini semua dari karantina hotel,” kata Professor Baxter. 

Faktanya, penyelidikan tentang kecerobohan itu mengungkapkan 99 persen kasus gelombang kedua di Victoria bisa dilacak dari karantina hotel. Tapi saat kasus menggelembung, Menteri Utama Daniel Andrews menyalahkan keluarga besar di suburb pinggiran untuk penyebaran.

Pada konferensi pers 20 Juni, Andrews mengatakan, “sebagian besar, angka didorong oleh keluarga - yang kumpul ramai-ramai dan tidak mengikuti anjuran tentang jarak dan kebersihan.”

Ketika Andrews bicara tentang keluarga besar di suburb pinggiran, orang Melbourne tahu kalau itu artinya keluarga besar etnis. Meskipun keluarga bisa menyebarkan COVID-19, itu tidak akan menjadi masalah jika pemerintah tidak mengacaukan karantina hotel sejak awal.

Membuat masalah kian buruk, penelusuran kontak yang dimaksudkan untuk melacak penyebaran kurang sumber daya dan dirancang buruk. Kalau penelusuran kontak melakukan fungsinya sejak awal, maka Victoria mungkin seperti New South Wales saat ini, bukan seperti Wuhan saat lockdown.

Lockdown

Apakah lockdown proporsional dan dapat dibenarkan?

Tentu tidak dalam beberapa kasus.

Saat COVID-19 menyebar di daerah kaya, sembilan menara perumahan publik - dua tanpa kasus terkonfirmasi sama sekali - ditempatkan dalam penahanan yang direstui negara, tidak pernah ada yang lebih ketat terjadi di Australia. Tanpa peringatan, penghuni diputus dari perawatan medis, makanan yang layak, susu formula, udara segar, produk pembersih; hak asasi dasar mereka.

Hannah Fesseha adalah pengacara pada Inner Melbourne Community Legal dan bekerja di lapangan dengan penghuni tower. Dia mengatakan lockdown di perumahan publik "dalam pengertian hukum yang paling murni adalah sebuah penahanan, orang ditahan, kebebasan mereka benar-benar dirampas".

Dan mungkin simbol paling jitu dari penahanan itu adalah 'pagar kawat lapangan latihan' yang ditempatkan pemerintah Victoria di salah satu menara.

Fesseha yang mengadvokasi pemindahan pagar menyebutnya sebagai kandang.

"Diberi tahu bahwa Anda bisa berjalan-jalan di dalam kurungan yang diawasi oleh polisi, dengan anggota masyarakat yang lebih luas melihat ke dalam [dan] mencoba mencari tahu apa yang terjadi, harus berjalan-jalan seperti hewan di kebun binatang itu sangat merendahkan, itu tidak manusiawi dan seharusnya tidak pernah terjadi," kata Fesseha.

Dia mengatakan ada standar ganda dalam cara lockdown digulirkan di Melbourne. "Daera Vicoria lainnya mendapat peringatan, [dan] penjelasan tentang pembatasan," kata dia. "Penghuni perumahan publik tidak mendapat peringatan apa pun, hanya konferensi pers."

Dalam pernyataan tanggal 4 Juni, Andrews mengatakan, “batas-batas yang sempit dan ruang bersama komunitas di dalam blok apartemen besar itu virus bisa menyebar seperti kebakaran. Dan seperti api, kita perlu menempatkan perimeter di sekitarnya dan menghentikannya menyebar.”

Sebelum konferensi pers Andrews usai, ratusan petugas polisi sudah turun ke kawasan hunian itu untuk melaksanakan lockdown.

“Menutup tower begitu saja, itu memalukan,” kata Profesor Nancy Baxter. “Apakah Anda akan melakukan itu di bagian Melbourne lainnya?”

Di seluruh kota metropolitan Melbourne, jam malam dari jam 8 malam hingga jam 5 pagi diterapkan dan polisi mengeluarkan hampir $ 3 juta denda untuk orang yang melanggar. Daniel Andrews mengakui jika jam malam tidak diterapkan berdasarkan anjuran kesehatan atau bahkan permintaan dari polisi.

Rencana jalan keluar

Jam malam kini lebih pendek satu jam tapi tidak akan dicabut paling cepat sampai 26 Oktober, dan bahkan kasus baru perlu di bawah lima (berdasarkan rata-rata harian selama 14 hari) dan lima kasus tak diketahui (berdasarkan rata-rata harian selama 14 hari). Jika itu ukurannya, maka NSW seharusnya juga dalam lockdown saat ini, bukannya dekat dengan kondisi seperti biasa.

Mengapa kita berada dalam penguncian yang ketat [dan] begitu lama? ” tanya Profesor Baxter. “Agar kita dapat membuka diri terhadap bagian Australia lainnya... jumlah kasus kita harus sangat rendah, rendah seperti ke titik yang tidak dapat dicapai oleh banyak yurisdiksi setelah gelombang kedua."

Peta rencana Victoria keluar dari lockdown terlihat terlalu berhati-hati. Itu seperti rencana sebuah negara akan dieliminasi, meskipun Daniel Andrews tidak akan pernah menyebutnya begitu.

Profesor Baxter mengatakan jika rencana itu berjalan, “akan jadi satu-satunya tempat di dunia yang berhasil …. Jadi dari perspektif kesehatan publik, menarik untuk mengamatinya.”

Mengatasi kasus saat penguncian masih berlaku mungkin juga merupakan cara paling jitu untuk menghindari gelombang ketiga dan mengendalikan virus. Dan kita harus menghadapi, mengunci Victoria lagi akan benar-benar menjadi mimpi buruk.

Tetapi bagaimana jika mengejar nol kasus akhirnya menyebabkan lebih banyak kerusakan daripada virus itu sendiri?

Victoria diperkirakan akan kehilangan 300.000 pekerjaan sebagai akibat dari pandemi. Itu adalah 300 ribu orang yang mungkin tidak bisa membayar sewa rumah atau cicilan dan bisa dalam risiko masalah kesehatan mental yang meningkat.

Meski begitu, Newspoll terakhir menunjukkan Menteri Utama Daniel Andrews mendapat 62 persen dukungan. Meski ketidakpuasan pada penanganannya terhadap krisis meningkat dari 17 persen pada April menjadi sekitar 35 persen saat ini. 

Putusan

Kita sekarang berada pada titik di mana tindakan pemerintah untuk melindungi kita dari COVID-19 sedang ditimbang terhadap mata pencaharian yang dihancurkannya. Beberapa kelompok pinggiran anti-pemerintah menghitung biaya dari tindakan tersebut dan berunjuk rasa. Melakukan itu dalam lockdown jelas tidak benar dan kita tidak dapat mengabaikan fakta bahwa beberapa pengunjuk rasa bahkan berpikir COVID-19 tidak ada.

Tapi melihat bagaimana semua ini terjadi, tampaknya orang Victoria melakukan bagian mereka, dan pemerintahnya tidak.

Ada banyak alasan untuk marah tentang itu.


Warga kota metropolitan Melbourne adalah subjek dari pembatasan tingkat empat dan harus memenuhi aturan jam malam antara jam 9 malam hingga 5 pagi.

Selama jam malam, orang di Melbourne hanya boleh meninggalkan rumah untuk kerja, mendapat layanan kesehatan penting, perawatan, atau alasan keamanan.

Antara jam 5 pagi hingga 8 malam, orang di Melbourne bisa meninggalkan rumah untuk berolahraga, berbelanja barang dan jasa yang diperlukan, untuk bekerja, perawatan kesehatan, atau untuk merawat kerabat yang sakit atau lanjut usia.

Semua orang Victoria harus memakai penutup wajah ketika meninggalkan rumah, dimana pun mereka tinggal.

Orang di Australia harus menjaga jarak setidaknya 1.5 meter satu sama lain.

Ketahui pembatasan jumlah orang berkumpul di negara bagian Anda. Jika Anda mengalami demam, atau gejala flu, tinggal di rumah dan atur tes dengan menghubungi dokter Anda atau hubungi Coronavirus Health Information Hotline di 1800 020 080.

Berita dan informasi tentang corona tersedia dalam 63 bahasa di sbs.com.au/coronavirus


Share

Published

Updated

By Alice Matthews
Presented by SBS Indonesian
Source: SBS

Share this with family and friends


Follow SBS Indonesian

Download our apps
SBS Audio
SBS On Demand

Listen to our podcasts
Independent news and stories connecting you to life in Australia and Indonesian-speaking Australians.
Ease into the English language and Australian culture. We make learning English convenient, fun and practical.
Get the latest with our exclusive in-language podcasts on your favourite podcast apps.

Watch on SBS
SBS Indonesian News

SBS Indonesian News

Watch it onDemand