'Kami Tidak Khawatir': Bagaimana Orang Tua Anak Autis Melihat Masa Depan di Australia

Dimas.png

Yuli Rindyawati (R) with his autistic son Dimas. Credit: Supplied/Yuli Rindyawati

Sempat ditolak pengajuan tinggal tetapnya di Australia karena anaknya yang autis, bagaimana kehidupan keluarga Dr Yuli Rindyawati sekarang?


Pada akhir tahun 2019, Dr Yuli Rindyawati dan keluarganya memperoleh status kependudukan tetap di Australia.

Sebelum itu, keluarga Indonesia yang tinggal di Canberra ini beberapa kali mengalami penolakan permohonan tinggal tetap mereka hingga harus maju ke tingkat Ministrial Intervention.

Putranya yang autistik, Dimas, disebut menjadi penyebab penolakan ini.
Dimas
Dimas was first diagnosed with autism at the age of five when he was about to enrol in school in Australia. [Dimas then (L) and now]. Credit: Supplied/Dr Yuli Rindyawati
Enam tahun berlalu, bagaimana perkembangan Dimas yang kini berusia 20 tahun?

Mrs Rindyawati menyampaikan bahwa program-program dari pemerintah Australia sangat membantu perkembangan putranya untuk menjadi mandiri.

"Pembayaran pajak saya ini diputar lagi untuk kesejahteraan anak-anak yang berkebutuhan khusus melalui program NDIS," jelasnya.
Tapi waktu saya di Indonesia, saya punya perasaan yang sangat, sangat khawatir terhadap anak saya kalau sampai saya kenapa-kenapa, sakit atau kenapa.
Dr Yuli Rindyawati
Dengarkan podcast ini selengkapnya.


Dengarkan SBS Indonesian setiap hari Senin, Rabu, Jumat, dan Minggu jam 3 sore.
Ikuti kami di Facebook dan Instagram, serta jangan lewatkan podcast kami.

Share
Follow SBS Indonesian

Download our apps
SBS Audio
SBS On Demand

Listen to our podcasts
Independent news and stories connecting you to life in Australia and Indonesian-speaking Australians.
Ease into the English language and Australian culture. We make learning English convenient, fun and practical.
Get the latest with our exclusive in-language podcasts on your favourite podcast apps.

Watch on SBS
SBS Indonesian News

SBS Indonesian News

Watch it onDemand