
Pojok Budaya: Kerajinan Indonesia Ikut Pameran Material Intelligence di Sydney Craft Week Festival 2025

Jayanto Tan at ADC Ceng-Beng 2025 Credit: Australian Design Center with Sydney Craft Week / Jacquie Manning
Sydney Craft Week menekankan materialitas praktik kreatif di bidang kerajinan dan desain, serta bagaimana pembuat lokal menggunakan, memanipulasi, dan menginterogasi material dengan cara yang inovatif.

Pendengar bersama kami di jalur, seorang seniman dari Indonesia, Jayanto Tan,
berbincang dengan kami tentang pameran yang diikutinya di Sydney Craft Festival
baru-baru ini. Selamat siang, Jay. Terima kasih atas waktu yang diberikan.
-Selamat siang. -Kami mendengar bahwa Anda diundang untuk
berpartisipasi dalam Sydney Craft Festival baru-baru ini.
-Betul. -Nah, dapatkah anda memberi sedikit
-penjelasan tentang festival itu? -Jadi saya diundang di pameran di namanya
Australia Design Center
dengan juga kombinasi dengan eh para-para
partisipasi gitu dari dari ada dari Melbourne, dari Adelaide, dari Brisbane
juga begitu. Mungkin juga ada. Saya kurang jelas tapi kayaknya seluruh Australia
-gitu. -Festivalnya ini apakah diadakan setiap
-tahun? -Itu setahun sekali
eh Australian Design Center melakukan aktivitis atau
ya festival exhibition menggabungkan artis-artis melakukan aksi
pameran. Jadi tahun ini sepertinya sangat besar
karena mereka mengundang para seniman tidak hanya di Sydney juga ada
yang dari kayaknya seperti di regional gitu.
Jadi temanya apa ini yang akan dipamerkan?
Mereka tema itu katanya intelligent materials. Jadi saya pikir saya memamerkan
karya saya habis sekolah sampai saya sekarang sudah mempraktiskan sampai
sekarang gitu. Jadi seperti lima belas tahun gitu. Jadi skill-nya ini,
intelligent skill-nya ini adalah dari yang seperti orang bilang pemula sampai ahli
-gitu. -Dan apa latar belakang dari karya yang
-Anda pamerkan di situ? -Eh, family saya dari, bapaknya dari China
gitu. Jadi saya juga lagi belajar mendalamkan kebudayaan tradisi dari
China. Waktu saya kuliah master, esai saya ini tentang family, tradition dari
Sumatra. Jadi tema itu yang saya yang saya bahas kan itu adalah tentang offering.
Karena waktu saya waktu kecil itu saya nggak pernah lihat dengan ibu saya membuat
offering kepada bapak saya begitu. Jadi saya pikir kalau saya membuat karya ini
mungkin akan unik di Australia karena waktu itu saya lagi kuliah banyak murid
tidak betul-betul ngerti apa itu offering. Jadi menurut saya mungkin ini ide yang
bagus, mengaktifkan kembali sejarah keluarga yang saat ini saya lupakan.
Karena saya hanya membayang-bayangkan masa-masa kecil gitu. Jadi tim saya ini,
esai saya ini yang meluluskan saya dari master ini adalah timnya tuh saya tulis No
Friends But The Ghost. Jadi ada hubungannya dengan dunia musical tentang
hantu-hantu begitu. Jadi karena kan mereka nggak mengerti apa itu Seng Beng, saya
-jelaskan apa itu Seng Beng gitu. -Dari gambar-gambar yang saya lihat itu
karya yang Anda pamerkan berbentuk keramik ya. Bisa anda memberi penjelasan lebih
-detail tentang karya anda itu? -Yak. So, jadi itu keramiknya itu dari
tahun 2019 saya dapat rezeki. Saya-- karena saya itu di-funding sama dari
Art Australia. Itu domisilinya di Paramata. Jadi saya
di-dipamerkan juga di ...
waktu itu setelah masa pandemic
tahun 2021 karena saya dipamerkan di 4A itu Asian Australian Contemporary
Art. Jadi tahun 2019, tahun 2021
terus tahun 2025 saya diundang lagi katanya, "Oh, karena kamu tuh bagus itu.
Apakah mau jadi ongoing?" gitu. Jadi buat Seni Craft Festival ini saya gabungkan
dari tahun yang 2019 sampai tahun 2025 saya pilih yang topiknya masih,
apa namanya, masih hangat gitu seperti untuk tahun-tahun sekarang itu. Jadi
dalam pameran itu saya kombinasikan tradition yang Indonesia zaman-zaman dulu
itu, zaman-zaman ibu saya itu yang lagi
sangat suka membuat kue-kue tradition Indonesia itu dikeluarkan kembali jadi
digabungkan dengan tradisi Australian. Contohnya seperti Pandan Lamington karena
kan Lamington itu kan biasanya kan coklat. Jadi saya kasih warna hijau itu
flavor-nya jadi pandan. Jadi ada ada hubungannya, ada kaitan dengan Indonesia
dari North Sumatra di Australian Sydney sekarang itu. Terus ada juga Mooncake.
Karena Mooncake kan biasanya saat ini kan hanya one color gitu ya. Jadi saya buat
warna-warni Mooncake-nya gitu. Terus ada, di Australia kan tuh anak-anak tuh suka
tuh sama Fairy Bread. Terus saya buat juga Fairy Bread supaya ada kombinasinya. Ada
banyak warna-warninya, menunjukkan identitas saya saat ini yang diekspresikan
begitu. Terus ada Fortune Cookies, jadi kan menunjukkan keberuntungan buat semua
orang gitu. Ada Macaroon. Jadi sepertinya saya dalam pameran ini ingin
mengharmonikan segala bangsa dari Indonesia, ke Europe jadi ke Australia, ke
Amerika. Ada kayaknya ada donatnya juga deh. Kan donat kan selalu diasosiasikan
dengan American culture gitu ya. Jadi saya maksudnya itu kita bersama-sama
menunjukkan masa depan yang bahagia begitu, tanpa didiskriminasi.
Selain dari faktor keluarga itu, apakah ada latar belakang lain yang mempengaruhi
-Anda untuk memilih karya anda itu? -Kalau lebih gampang dimengerti kayaknya.
Saya juga tinggal di Bali dua tahun. Saya juga merasa, oh ini seperti yang kayak
family saya begitu. Karena ada incense-nya, ya. Ada bunga-bunganya
terkadang juga ada ini um, seperti kue-kue begitu di di di pinggir jalan begitu.
Jadi menurut saya ini seperti eh, inspirasi. Jadi saya memikirkan sepertinya
mirip-mirip banget nih, seperti eh, keluarga saya begitu yang selalu buat
offering. Eh, tidak, tidak tiap hari sih tapi kan dia mereka ada eh, ada
bulan-bulannya begitu. Tapi saya memfokuskan ke tradition dari, dari bapak
saya begitu. Jadi setiap tahun itu kayaknya kita tuh melakukan
aktivitas
atau melakukan hormat dengan leluhur begitu. Jadi ya saya pikir saya akan
membuatkan karya keramik saya yang theme nya seperti itu. Menghubungkan seperti
dari Sumatra ke Bali begitu. Ah, terus saya kira karena kan saya sekarang tinggal
di Australia. Jadi saya pikir saya menghubungkan tradisi yang di keluarga
saya yang tidak begitu saya pahami waktu kecil. Sekarang saya mau mencari
informasi
apa yang sama saya kecil itu yang tidak dibicarakan, saya mau membicarakan
sekarang begitu. Jadi
menurut saya mungkin ini menghubungkan mereka kembali yang di alam dialam yang
lain secara spiritual karena saya waktu kecil juga disarankan ibu saya tuh
-menghormati leluhur jadi -[tertawa]
Leluhur sudah enggak seperti kayak hantu begitu apa mungkin ya kan saya waktu kecil
kan sangat enggak enggak mengerti maksudnya apa cuma takut juga mana mungkin
dalam
hati saya begitu jadi sekarang udah mulai ya gimana ya udah mulai ngerti udah mulai
dewasa dan memahami tentang leluhur... keluarga.
Baiklah Mas Jayanto Tan, terima kasih atas informasinya.
Oke, makasih ya



