Di tahun 1993, seorang mahasiswi asal Amerika Serikat, Kinari Webb, datang ke Taman Nasional Gunung Palung di Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat untuk mempelajari orangutan. Di sana ia malah menemukan maraknya praktik penebangan liar yang dilakukan oleh warga sekitar.
“Setelah ditelusuri, masyarakat sebenarnya punya pemahaman yang cukup baik dalam hal menjaga hutan, namun karena tidak punya pilihan lain, mereka terpaksa menebang pohon dan menjual kayu-kayunya untuk memenuhi akses pelayanan kesehatan,” ujar Indra, Direktur Yayasan ASRI Kalimantan.
Di tahun 2007, Klinik ASRI (Alam Sehat Lestari) resmi dibuka sehingga masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Palung bisa mendapatkan akses kesehatan.

Klinik ASRI in North Kayong Regency, West Kalimantan Credit: SBS Indonesian/Ade Mardiyati
Selain itu, Yayasan ASRI juga membuat skema diskon untuk biaya berobat.
“Syaratnya jika dalam satu dusun tidak terdapat aktivitas yang mengganggu kelestarian hutan, maka semua warganya bisa mendapat diskon 70 persen,” ujar Indra lagi.
Warga setempat, Mardalina atau Lena, pernah menyerahkan ribuan bibit pohon kepada Klinik ASRI untuk membayar biaya berobat serta gigi buatan yang ia butuhkan.

Local resident Mardalina (L) or Lena once handed over thousands of tree seedlings to the clinic to pay for medical expenses and the dental prosthetics she needed. Credit: SBS Indonesian/Ade Mardiyati
Salah seorang mantan penebang liar, Amirudin, kini menjadi peternak madu kelulut di dusunnya berkat program Chainsaw Buy Back dari Yayasan ASRI.
“Kami serahkan chainsaw, lalu kami dibantu modal usaha oleh ASRI,” kata laki-laki 35 tahun ini. “Meski pendapatannya tidak sebesar dari menebang kayu, hidup saya sekarang jauh lebih tenang.”
Dengarkan podcast ini selengkapnya.




