Protes yang terjadi di Jakarta pada akhir Agustus dipicu oleh beberapa hal, termasuk rencana kenaikan tunjangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan kematian pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, yang dilindas kendaraan taktis polisi.
Toku Naufal dan Michael HB Raditya, yang ikut hadir di aksi protes pada 28 dan 29 Agustus di Jakarta, menyampaikan hal-hal apa yang disuarakan saat unjuk rasa. SBS Indonesian juga berbincang dengan Dr. Elizabeth Kramer, Senior Lecturer di School of Social Sciences, University of New South Wales (UNSW) Sydney, yang memiliki keahlian dalam studi Indonesia, khususnya kebijakan politik.
Dr. Elisabeth Kramer menilai bahwa kesenjangan gaji antara anggota DPR dengan rakyat biasa di Indonesia termasuk ekstrem dibandingkan negara lain. Berdasarkan penelitiannya, gaji anggota DPR di Australia hanya sekitar tiga kali gaji rata-rata nasional, begitu pula di Swedia.

Dr Elisabeth Kramer, a Senior Lecturer in the School of Social Sciences at UNSW. Credit: Supplied/Dr Elisabeth Kramer/UNSW website
"Kalau di Indonesia, gaji anggota DPR pada minimumnya, kalau dibandingkan dengan UMR Jakarta itu 20 kali lipat. Apalagi kalau di daerah-daerah lain di Indonesia, ada kesenjangan yang jauh lebih besar," ujar Dr. Kramer.
Meskipun DPR akhirnya membatalkan rencana tunjangan perumahan setelah protes, Dr. Kramer mengatakan bahwa perlunya perubahan yang lebih sistematis. Dr. Kramer juga menyoroti pentingnya komitmen untuk membuka jalur komunikasi dan melibatkan warga dalam mendengarkan aspirasi mereka.
Dengarkan podcast ini selengkapnya.