Generasi Muda Diaspora Diminta untuk 'Pahami Sejarah dan Bersikap Kritis' di Tengah Gelombang Demonstrasi

Indonesia Protests Continue - 05 Sept 2025

A university student holds a placard during the demonstration called “National People’s Picnic: Deadline Day for 17+8 Demands!” in front of the parliament building. The demonstrators demanded accountability from the government on 17 immediate demands that are due on September 5, and eight others by Aug 31, 2026, these include; investigations into protest violence, the release of detained activists, an end to police brutality, scrapping parliamentary allowance plans, state institutional reforms, and passing an asset confiscation bill against corruption. Source: SIPA USA / Risa Krisadhi/SOPA Images/Sipa USA/AAP Image

Pengamat politik Indonesia yang telah 50 tahun di Australia ini memberikan pesan khusus bagi anak muda agar tetap menjaga persatuan Indonesia di tengah gelombang demonstrasi.


Sedang terjadi gelombang demonstrasi di Indonesia yang dipicu kenaikan gaji anggota DPR yang sekarang sudah diturunkan. Kemudian, telah terjadi perusakan fasilitas umum seperti gedung-gedung DPRD dan ada laporan penjarahan di rumah sejumlah anggota DPR dan menteri.

Untuk mengetahui apakah ada kecemasan dari diaspora Indonesia di Australia terhadap situasi di tanah air, SBS Indonesian berbincang dengan tiga warga Australia yang punya kedekatan dengan Indonesia.

Michael Raditya mengungkapkan kekhawatirannya berdasarkan pengalaman traumatis pada 1998. Meski demikian, Michael merasa optimis melihat gerakan "warga jaga warga" di media sosial, namun tetap bersiap-siap dengan menyiapkan visa untuk keluarganya jika situasi memburuk.
[Saya] tidak menyalahkan pendemo, tapi provokator.
Victoria Winata
Victoria Winata menyampaikan kekhawatiran serupa, meski demikian, ia menilai masyarakat Indonesia tidak mudah terprovokasi dan tetap mampu saling melindungi.

Dr. Siauw Tiong Djin, pengamat politik Indonesia di Australia, mengatakan anak muda dapat berkontribusi menjaga persatuan Indonesia. Kunci utamanya adalah memahami sejarah dengan baik dan selalu bersikap kritis terhadap informasi yang diterima, terutama di era informasi dimana penyebaran berita salah gampang terjadi, ujar Dr. Tiong Djin.
Dr Siauw Tiong Djin. Photo SBS Indonesian.jpeg
Dr Siauw Tiong Djin, an Indonesian political observer based in Australia. Credit: Supplied
Ketiga narasumber berharap situasi di Indonesia tidak terulang seperti masa lalu dan masyarakat dapat saling menjaga, termasuk melindungi kelompok minoritas.

Dengarkan podcast ini selengkapnya.


Dengarkan SBS Indonesian setiap hari Senin, Rabu, Jumat, dan Minggu jam 3 sore.
Ikuti kami di Facebook dan Instagram, serta jangan lewatkan podcast kami.

Share
Follow SBS Indonesian

Download our apps
SBS Audio
SBS On Demand

Listen to our podcasts
Independent news and stories connecting you to life in Australia and Indonesian-speaking Australians.
Ease into the English language and Australian culture. We make learning English convenient, fun and practical.
Get the latest with our exclusive in-language podcasts on your favourite podcast apps.

Watch on SBS
SBS Indonesian News

SBS Indonesian News

Watch it onDemand