Buku-buku dari Indonesia yang hadir di Melbourne Art Book Fair 2025 di National Gallery of Victoria (NGV) memberikan wawasan tentang subkultur Jakarta yang jarang terekspos penerbit-penerbit buku besar. Itulah alasan mengapa pembaca Australia perlu membaca karya-karya ini, menurut Andreas Junus dari penerbit independen Binatang Press dari Jakarta, Indonesia.
Binatang Press membawa sekitar 15 hingga 20 buku ke pameran, termasuk "dari Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas" tentang sejarah musik Indonesia 1960-1969 dan "RM Surya Tak Pernah Tenggelam" yang mengangkat kisah restoran Padang legendaris di Ben Hill, Jakarta.
"Tahun ini kita mau coba bawa yang bahasa Indonesia juga, jadi bisa ngajak teman-teman di Australia yang orang Indonesia untuk bisa baca buku-buku bahasa Indonesia," tambah Junus, berbeda dengan tahun lalu yang hanya menampilkan buku berbahasa Inggris.
Stan lain yang menarik perhatian adalah Perspektif Magazine. Gina Susanto, Chief Operating Officer Perspektif Magazine, menjelaskan bahwa majalah yang dikelola mahasiswa Indonesia di University of Melbourne ini menawarkan perspektif unik tentang kehidupan dan budaya Indonesia, termasuk melalui mata mahasiswa Indonesia yang tinggal di Australia.
Para pengunjung memberikan respons positif. Penny Sanderson membeli flip book "Joy Land Jakarta 2024" karena tertarik dengan karya buku warna-warni tersebut. Sementara James, penduduk Melbourne yang pernah tinggal di Jakarta, membeli buku tentang RM Surya untuk mendukung penerbit independen.
Dengarkan podcast ini selengkapnya.