Pergulatan Jiwa Berbuah Karya: Kisah Ibu Muda di Bali Lalui Depresi Lewat Tari

Ade depression.jpg

Credit: SBS Indonesian/Ade Mardiyati

Ni Made Ari Yanti Putri Negara, perempuan asal Tabanan, Bali, sempat mengalami depresi berat pasca melahirkan putra semata wayangnya lima tahun yang lalu.


Peringatan: Artikel berikut ini mengandung konten yang dapat memicu orang-orang yang memiliki pemikiran atau keinginan untuk bunuh diri. Segera hubungi tenaga profesional kesehatan jiwa jika Anda memiliki pemikiran atau keinginan untuk bunuh diri.

Ni Made Ari Yanti Putri Negara perempuan asal Tabanan, Bali sempat mengalami depresi berat pasca melahirkan putra semata wayangnya yang kini berusia lima tahun. Kala itu, kata Ari, pandemi Covid-19 baru saja masuk ke wilayah Indonesia sehingga kegiatan sehari-hari menjadi terbatas karena adanya berbagai larangan.

Di saat yang sama, dirinya juga masih dalam masa penyesuaian dengan keluarga sang suami yang berkasta lebih tinggi. Sesuai dengan adat Bali, kasta Ari berubah naik sehingga berbagai kebiasaan atau tata cara baru harus dipelajari dan dijalankan.

Bagaimana perjuangannya melalui depresi berat hingga pada akhirnya ia bisa pulih?

“Saya merasa tertekan dari berbagai arah: status saya sebagai ibu baru, gerak terbatas sanggar tari Bali saya harus tutup karena Covid-19, dan juga penyesuaian di tengah-tengah keluarga suami. Saya merasa insecure dan tidak berharga,” ujar perempuan 29 tahun ini.
Hari-harinya terasa kosong dan sering dihabiskan dengan mengurung diri di dalam kamar bersama sang bayi.

Keadaan tersebut sudah pasti membuat sang suami khawatir dan mencoba menolongnya.

“Tapi saya denial,” ujarnya. Ia tidak menganggap ini masalah kesehatan mental yang harus ditangani.

Akhirnya, karena sudah menunjukkan gejala-gejala yang sangat mengkhawatirkan termasuk percobaan bunuh diri, Ari dibawa ke seorang psikiater.

“Lewat kakak sepupu yang tengah menempuh pendidikan spesialis kedokteran jiwa, saya dikenalkan kepada dosennya, seorang psikiater. Saya didiagnosa mengalami depresi berat,” paparnya.
Namun Ari menolak untuk menebus obat yang diresepkan untuknya dan memilih psikoterapi sebagai alternatif pengobatan yang juga merupakan opsi yang diberikan untuknya.

“Pada saat itu, karena percaya stigma, saya tidak mau dianggap sebagai ODGJ (orang dengan gangguan jiwa),” katanya.

Ari memilih psikoterapi lewat seni tari Bali, sesuai dengan bidang yang ia geluti serta passionnya dalam hidup. Melalui tari kreasinya, ia menuangkan segenap perasaan serta kegelisahan yang berkecamuk dalam dirinya setahun belakangan.

Setiap satu tahun sekali ia menghasilkan karya tari yang ia bagikan melalui kanal YouTube. Perlahan tapi pasti, dirinya merasa lebih baik dan mulai bisa mengubah cara pandangnya tentang hidup.

Di tahun ke lima, sang anak, Abi, yang selama beberapa tahun kerap ikut menari bersamanya, meminta agar diperbolehkan untuk menciptakan karyanya sendiri tanpa dibantu olehnya.

“Saya merasa seperti tidak ada beban lagi,” ujarnya.

Dengarkan podcast ini selengkapnya dan dengarkan laporan lainnya dari tanah air di sini.


Dengarkan SBS Indonesian setiap hari Senin, Rabu, Jumat, dan Minggu jam 3 sore.
Ikuti kami di Facebook dan Instagram, serta jangan lewatkan podcast kami.

Share
Follow SBS Indonesian

Download our apps
SBS Audio
SBS On Demand

Listen to our podcasts
Independent news and stories connecting you to life in Australia and Indonesian-speaking Australians.
Ease into the English language and Australian culture. We make learning English convenient, fun and practical.
Get the latest with our exclusive in-language podcasts on your favourite podcast apps.

Watch on SBS
SBS Indonesian News

SBS Indonesian News

Watch it onDemand