Di dapurnya di Jakarta, Michelle Santoso membuat video dirinya yang sedang memasak makanan Palestina. Sambil memasak, dia menceritakan sejarah makanan tersebut atau kisah dari orang yang memberikan resep kepadanya.
Sebelum terjun ke dunia masakan Palestina, Santoso, 37 tahun, mengaku minim pengetahuan tentang negara tersebut. Kemudian, sambil mendalami resep, Santoso pun mendalami sejarah Palestina.
Kepada SBS Indonesian, Santoso mengatakan bahwa ia pun memutuskan untuk menggunakan media sosial dan keahlian memasaknya untuk menunjukkan sisi budaya Palestina yang jarang tersorot––tradisi, perayaan, dan ketangguhan.
Saya ingin orang memahami bahwa orang Palestina lebih dari sekadar penderitaan mereka.Chef Michelle Santoso
Masakan seperti maqluba dan kibbeh yang dia buat menggunakan resep dari diaspora Palestina yang membagikan warisan keluarga mereka.
Sebagai keturunan Tionghoa-Indonesia, Santoso merasa bisa memahami pengalaman diaspora. Menurutnya, inilah yang membuatnya merasa terhubung dengan orang Palestina di diaspora. Bedanya, dia masih bisa mengunjungi tanah leluhur, sementara banyak diaspora Palestina tidak.
Lewat media sosial, beberapa orang sempat mengkritik Santoso dan menganggap bahwa ia, bukan orang Arab, tidak berhak menceritakan budaya Arab. Namun dia tetap melanjutkan misinya, dengan keyakinan bahwa mendalami sejarah makanan adalah bentuk penghormatan terhadap budaya.
Namun selain budaya Palestina, Santoso juga berbagi cerita budaya lain, termasuk budayanya sendiri. Di media sosialnya, dia juga mengangkat hidangan khas China dan Indonesia.
"Makanan Palestina memberikan saya pemahaman bahwa budaya itu penting. Begitu juga dengan budaya saya sendiri dan budaya lainnya," katanya.
Dengarkan podcast ini selengkapnya.