Mengemudi di Australia bisa menjadi tantangan bagi pendatang baru, termasuk mereka yang terbiasa dengan pola lalu lintas di Indonesia. Tantangannya bukan terletak pada kemampuan menyetir itu sendiri. Namun, peraturan lalu lintas di Australia lebih rumit daripada di Indonesia.
Dalam wawancara dengan SBS Bahasa Indonesia, Farida Simanjuntak, instruktur mengemudi berbasis di Melbourne dan pemilik Buida Driving School, membagikan panduan agar pengendara memahami hal-hal penting yang perlu diperhatikan demi keselamatan di jalan.
Menurutnya, salah satu kesalahan paling umum adalah terkait kecepatan.
"Kadang-kadang kita belum terbiasa. Kalau lihat jalan sepi, langsung tekan gas tanpa sadar ada kamera di depan," ujar Simanjuntak. "Kita drive harus mengikuti kecepatan yang ada di jalan, bukan feeling."
Ia juga mengatakan bahwa aturan give way di bundaran seringkali membingungkan pengemudi baru. "Give way to the right. Itu yang kadang belum terbiasa dan jadi penyebab kecelakaan," ujar Simanjuntak.
Sebagian besar rambu di Australia sebenarnya lebih jelas dibandingkan di Indonesia, ujar Simanjuntak. Namun jika tidak ada rambu kecepatan, pengemudi bisa menggunakan panduan jumlah lajur. "Kalau satu lajur, biasanya 50. Dua lajur 60. Tiga lajur 70. Itu patokan dasarnya," ujarnya.
Simanjuntak juga mengingatkan agar pengemudi memberikan prioritas kepada pengguna jalan lain.
"Give way ke pedestrian dulu, lalu pesepeda, baru bus. Pokoknya yang berkaitan dengan publik kita dahulukan," katanya.
Terkait ketersediaan informasi dalam Bahasa Indonesia, ia mengakui bahwa sejauh ini belum ada sistem resmi dalam bahasa tersebut. Namun, fasilitas penerjemah tersedia secara gratis bagi mereka yang membutuhkannya saat menjalani ujian atau pelatihan.
Pastikan Anda mengetahui informasi lengkap mengenai aturan mengemudi yang berlaku di negara bagian atau wilayah Anda.