Meskipun jumlah pengungsi Rohingya di Indonesia tidak terlalu banyak, yaitu sekitar 2,600 pada bulan Mei 2025 namun dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi beberapa insiden yang mengindikasikan adanya hubungan tidak harmonis antara penduduk lokal dan para pengungsi Rohingya di dekat mereka.
Tahun 2023 lalu, misalnya, terjadi pengusiran paksa para pengungsi Rohingya di Banda Aceh. Di ranah media sosial saat ini pun kerap terlihat komentar yang kurang bersahabat dari pengguna sosial media Indonesia tentang para pengungsi tersebut hingga hari ini. Salah satunya di media sosial milik jaringan Rohingya Women Collaborative Network.
Noor Azizah, co-executive Rohingya Women Collaborative Network berkata bahwa saat ia melihat komentar tidak mengenakkan tentang pengungsi Rohingya yang datang dari komunitas Indonesia, Malaysia dan sebagainya, ia menanggapi dengan asumsi bahwa komentar-komentar pedas itu datang dari ketidaktahuan, lalu mencoba membawa pembicaraan di ranah tersebut ke sudut pandang kemanusiaan.
Ia dan rekan-rekannya di jaringan tersebut menyempatkan ke Indonesia untuk menemui para pengungsi dan juga berbagai organisasi Indonesia untuk bertukar budaya dan pengetahuan.
SBS Indonesian juga berbincang dengan Azharul Husna dari Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan atau (KontraS) Aceh dan Annabella Arawinda dari SUAKA tentang interaksi warga lokal dan pengungsi serta motivasi dibalik kekerasan dan ungkapan kebencian terhadap pengungsi.
Dengarkan podcast ini selengkapnya.




