Mahasiswa Indonesia Kritisi Respons Pemerintah Terkait Aksi Demo

Indonesia Protests

Student protesters hold posters during a rally against corruption, politicization of law, and lavish allowances given to parliament members, outside the parliament building in Jakarta, Indonesia Thursday, Sept. 4, 2025. Writings on the posters read "Save Indonesia". Source: AP / Tatan Syuflana/AP Photo/AAP Image

Indonesia diguncang rangkaian aksi baik oleh kelompok mahasiswa, pengemudi daring atau ojek online, dan kelompok-kelompok masyarakat yang lain di seluruh tanah air di berbagai kota. Banyak aksi ini berujung pada kekerasan.


Sejak 25 Agustus hingga pekan pertama September, Indonesia diguncang rangkaian aksi baik oleh kelompok mahasiswa, pengemudi daring atau ojek online dan kelompok-kelompok masyarakat yang lain di seluruh tanah air di berbagai kota. Banyak aksi ini berujung pada kekerasan.

Tentu saja aksi-aksi yang berujung pada kekerasan itu bukan tujuan yang diskenariokan, terutama oleh kelompok mahasiswa.

Teo Ramadhan adalah Presiden Mahasiswa Universitas Bengkulu, sekaligus Humas Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI). BEM SI merupakan organisasi gabungan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) perguruan tinggi dari seluruh Indonesia.

Ketika ditanya tentang apa yang bisa direnungkan dari aksi demonstrasi dan tragedi yang mengiringinya, Teo mengajak untuk melihat apa yang terjadi di lapangan. Dia mengatakan, refleksi paling utama adalah bahwa mahasiswa melihat saat ini Indonesia harus berbenah. Beberapa hal yang menjadi prinsip pembenahan, lanjut Teo memberi contoh, misalnya bahwa yang seharusnya diberikan kesejahteraan bukanlah pejabat negara, tapi rakyatnya. Realitanya, saat ini semua bisa melihat bahwa mayoritas rakyat Indonesia sengsara, sementara para pejabatnya hidup sejahtera.
Indonesia Protests
Student protesters throw flowers during a rally against corruption, politicization of law, and lavish allowances given to parliament members, outside the parliament building in Jakarta, Indonesia Thursday, Sept. 4, 2025. (AP Photo/Tatan Syuflana) Source: AP / Tatan Syuflana/AP Photo/AAP Image
Situasi itu menjadi pemantik aksi berkelanjutan selama beberapa hari belakangan ini, kata teo, di mana rakyat merasa muak dengan apa yang terjadi di Indonesia.

“Karena mereka diamanahkan untuk menjadi wakil rakyat, yang tugasnya menyejahterakan rakyat, bukan malah mencari kekayaan dari rakyat itu sendiri,” ujar dia.

Mahasiswa, kelompok pengemudi ojek daring (Ojol) dan elemen masyarakat lain, menggelar berbagai aksi demonstrasi di banyak kota di Indonesia. Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Mataram, Medan, Pekanbaru, Bandarlampung, hingga Makassar menjadi saksi gerakan yang dimulai pada 25 Agustus ini. Aksi juga menjalar ke kota-kota kecil, terutama setelah salah satu Ojol meninggal dilindar kendaraan taktis kesatuan polisi Brigade Mobil (Brimob), pada 28 Agustus 2025. Gedung-gedung DPRD berbagai kota, gedung kantor pemerintah, pos-pos polisi dan markas polisi berbagai daerah di bakar nyaris serentak pada 29-31 Agustus. Hingga Kamis 4 September, setidaknya 11 orang dinyatakan tewas dan puluhan lainnya masih dirawat di rumah sakit di berbagai kota di Indonesia. Lebih 3 ribu orang juga ditangkap, meski sebagian besar kemudian dilepaskan kembali.

Menurut Teo, aksi yang digelar berhari-hari tanpa henti ini juga didorong oleh refleksi mahasiswa dan masyarakat, terhadap situasi yang menggambarkan kemerosotan demokrasi di Indonesia. Teo memberi contoh, bagaimana upaya pembungkaman diterapkan melalui berbagai cara, ketika mahasiswa maupun rakyat secara umum, ingin menyampaikan pendapat. Bentuknya bisa dengan pembatasan di media sosial, hingga represi di tengah aksi jalanan. Jika praktik ini terus berlanjut, kata dia, sulit untuk memastikan ke depan Indonesia masih menjadi negara demokratis atau tidak.
Bagi mahasiswa, sektor pendidikan juga patut menjadi bahan refleksi saat ini. Dimana sistem yang diterapkan pemerintah, fokus pada pencapaian nilai-nilai sekolah dan tidak dibarengi dengan pembentukan karakter. Sistem itu, lanjut Teo berorientasi pada hasil dan bukannya proses. Pendidikan Indonesia dinilai hanya menciptakan pekerja dan bukannya pemimpin masa depan.

Melihat respon pemerintah, khususnya yang disampaikan Presiden Prabowo Subianto melalui pernyataan-pernyataannya terkait aksi demonstrasi, Teo menilai presiden justru melindungi aparat hukum.
Teo mengaku kecewa karena mendengar pernyataan presiden, bahwa gerakan-gerakan aksi dalam beberapa hari terakhir, merupakan gerakan yang orientasinya makar. Padahal, kata dia, tujuan aksi adalah pembenahan Indonesia.

Dia mengingatkan bahwa pemantik dari semua aksi yang terjadi beberapa hari ini, adalah pidato kenegaraan Prabowo di DPR sehari sebelum perayaan kemerdekaan RI ke-80. Ketika itu, Prabowo berulang menjanjikan peningkatan pendapatan bagi pejabat negara, dan bukannya menyejahterakan rakyat. Pernyataan semacam itu yang menurut Teo membuat hati rakyat Indonesia terbakar dan amarah mereka memuncak.

Selain itu, Prabowo juga dinilai tidak menjawab substansi dari aksi mahasiswa karena dia lebih fokus pada hal-hal yang terjadi sepanjang aksi-aksi tersebut. Tuntutan mahasiswa dan rakyat yang digaungkan selama demonstrasi justru tidak memperoleh cukup tanggapan.
Teo Ramadhan.jpeg
Teo Ramadhan is the Student President of the University of Bengkulu and the Public Relations Officer of the Indonesian Student Executive Board (BEM SI). BEM SI is a joint organisation of Student Executive Boards (BEMs) from universities across Indonesia. Credit: Supplied/Teo Ramadhan
Terkait aksi kekerasan yang menjadi perhatian Prabowo, Teo melihat itu sebagai ekspresi rakyat meluapkan rasa marahnya

Namun dia mengingatkan, bagi mahasiswa kekerasan dan pembakaran tidak akan pernah menjadi tujuan aksi demonstrasi. Apa yang terjadi sepenuhnya akibat ulah segelintir oknum yang memanfaatkan gerakan rakyat.

BEM SI sendiri saat ini mencoba menetralisir apa yang terjadi, menjernihkan kembali situasi, dengan membuat tagar #selamatkanIndonesia. Mahasiswa ingin meyakinkan seluruh pihak, bahwa tujuan aksi mereka bukanlah menghancurkan Indonesia, tetapi justru membuat pembenahan.

Sementara ini, BEM SI memandang bahwa pihak-pihak yang dikritik telah memperlihatkan kemauannya untuk berbenah. Namun, masih butuh waktu panjang untuk melihat apakah ini akan berlanjut atau tidak.

BEM SI juga mengkritisi langkah aparat keamanan yang melakukan penangkapan terhadap sejumlah tokoh mahasiswa dan organiasi non-pemerintah. Langkah ini dinilai menjadi bagian dari upaya pembungkaman terhadap masyarakat sipil.

Dengarkan podcast ini selengkapnya.


Dengarkan SBS Indonesian setiap hari Senin, Rabu, Jumat, dan Minggu jam 3 sore.
Ikuti kami di Facebook dan Instagram, serta jangan lewatkan podcast kami.

Share
Follow SBS Indonesian

Download our apps
SBS Audio
SBS On Demand

Listen to our podcasts
Independent news and stories connecting you to life in Australia and Indonesian-speaking Australians.
Ease into the English language and Australian culture. We make learning English convenient, fun and practical.
Get the latest with our exclusive in-language podcasts on your favourite podcast apps.

Watch on SBS
SBS Indonesian News

SBS Indonesian News

Watch it onDemand