Makan Bergizi Gratis Indonesia: Program Mulia Penuh Persoalan

Protests erupt after food poisoning in Indonesia's Free Nutritious Meals program

A protester carries a placard reading 'Free Poisonous Meal' during a protest demanding the government to halt the Free Nutritious Meals (MBG) program, following food poisoning incidents, in Jakarta, Indonesia, 01 October 2025. The National Nutrition Agency (BGN) reported mass food safety incidents linked to the MBG meals since the program's launch in January 2025, affecting more than 5,900 beneficiaries. Source: EPA / MAST IRHAM/EPA/AAP Image

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi janji kampanye Presiden Prabowo Subiyanto benar-benar dilaksanakan mulai tahun ini. Namun, ada banyak persoalan mengikuti, termasuk yang paling parah adalah kasus keracunan anak-anak sekolah.


Laporan resmi pemerintah melalui Kementerian Kesehatan menyebut bahwa hingga 5 Oktober 2025, tercatat 11.660 kasus dugaan keracunan akibat program MBG di Indonesia, yang tersebar di 119 kejadian di 25 provinsi.

Ubaid Matraji, koordinator nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia menilai bahwa program MBG tidak layak dilaksanakan. Alasannya adalah karena anggarannya sangat besar tetapi tidak memiliki dasar hukum dan aturan pengelolaan.

Di lapangan, hal ini memang menjadi persoalan. Banyak beredar di media sosial, bagaimana kotornya kondisi dapur pembuat MBG, nampan makan dicuci dengan air kotor yang tidak steril, ditemukan ulat di menu makanan, hingga makanan yang busuk ketika sampai di meja anak-anak sekolah.
Indonesia: Food Poisoning MBG
Students receives treatment after suffering from food poisoning at Cisarua Junior High School in Bandung, West Java, Indonesia on October 15, 2025. Based on data from the Field Coordinator of the Cisarua Middle School Post, Aep Kunaefi, as of 14:22 WIB, there were 449 victims suspected of being poisoned by the government's free nutritious meal program. Source: SIPA USA / Dimas Rachmatsyah/Sipa USA/AAP Image
Program ini, kata Ubaid awalnya dilaksanakan dengan anggaran Rp. 71 triliun, dan presiden kemudian menambahnya dana cadangan Rp. 100 triliun. Tahun depan, anggarannya akan melonjak hingga Rp. 335 triliun. Namun sayangnya, kata Ubaid, penambahan anggaran itu diambil dari anggaran pendidikan yang besarnya 20 persen dari APBN. Padahal, Indonesia sangat membutuhkan anggaran pendidikan yang besar. Ubaid mengatakan, sekitar 60 persen sekolah di Indonesia berada alam kondisi rusak, belum termasuk lembaga pendidikan lain seperti pesantren.

Semestinya, anggaran pendidikan dipakai untuk membangun sektor pendidikan itu sendiri, dan bulan dialihkan untuk biaya makan siang siswa. Anggaran pendidikan besar itu dibutuhkan untuk mengurangi angka anak yang belum bisa sekolah atau putus sekolah, dimana di Indonesia jumlahnya mencapa 4,2 juta. Jutaan guru yang membutuhkan peningkatan kualitas melalui pelatihan. Sementara banyak juga guru honorer yang hanya digaji Rp200 ribu hingga Rp300 ribu perbulan, lanjut Ubaid.

Ubaid bahkan menyebut MBG adalah program yang melabrak konstitusi atau undang-undang dasar. Alasannya, anggaran yang begitu besar itu dibelanjakan tanpa dasar hukum. Padahal setiap bidang di Indonesia diatur melalui undang-undang, misalnya pendidikan yang dikelola melalui UU Sistem Pendidikan Nasional, guru sebagai pengajar juga memiliki perundang-undangan sendiri. Dia menilai, situasi ini bisa berjalan karena MBG merupakan perintah langsung presiden dan DPR yang seharusnya mengawasi penyelenggaraan program-program pemerintah, hanya diisi oleh kekuatan koalisi presiden sendiri.

Ubaid Matraji-Koordinator Nasional JPPI-foto dok pribadi.jpeg
Ubaid Matraji, National Coordinator of the Indonesian Education Monitoring Network (JPPI). Credit: Supplied/Ubaid Matraji

MBG sendiri pada prinsipnya program yang mulia. Negara memberikan makan siang bergizi bagi siswa-siswa sekolah, di mana Indonesia memang masih memiliki persoalan dengan hal ini. Tetapi semua seharusnya dilaksanakan dengan dasar data yang tepat. Ubaid memberi contoh, pemerintah harus melaksanakan MBG utamanya di daerah di mana siswa-siswa berasal dari keluarga sangat miskin yang benar-benar kesulitan dalam memenuhi kebutuhan makan.

Sayangnya karena tanpa data yang jelas, banyak sekolah di Jakarta yang siswanya berasal dari keluarga mampu justru telah menerima MBG. Sebaliknya, ribuan siswa dari daerah-daerah terpencil di Indonesia belum bisa menikmatinya.

Belum ada data pasti mengenai berapa jumlah siswa yang sudah menerima makan siang gratis di sekolah. Data Badan Gizi Nasional menyebut, pada Agustus setidaknya sudah ada 15 juta siswa penerima.

Melihat begitu banyak persoalan yang dihadapi dalam pelaksanaan MBG, Ubaid menekankan bahwa seharusnya program ini dihentikan terlebih dahulu secara nasional. Namun, langkah itu sepenuhnya tergantung pada presiden Prabowo. Jika dia melihat fakta kasus keracunan yang terus terjadi sepanjang waktu, seharusnya dia berani mengambil langkah penghentian itu untuk melakukan evaluasi menyeluruh.
Protest against the government’s free meals program in Indonesia MBG
Protesters hold placards reading ‘Stop the free nutritious meal program (MBG)’ during a protest against the government's free meals program outside the National Nutrition Agency building in Jakarta, Indonesia, 15 October 2025. Dozens of protesters staged a rally demanding the government stop the nutritious meals program following thousands of food poisoning cases linked to school lunches. Source: EPA / MAST IRHAM/EPA/AAP Image
Penutupan dapur produsen MBG penting, karena dari sanalah kualitas makanan dimulai. Kasus keracunan yang terus terjadi, dari satu sekolah ke sekolah yang lain, dari satu daerah ke daerah yang lain, membuktikan bahwa ada persoalan serius di tahap penyiapan makanan di dapur. Terbukti bahwa pemerintah sendiri mengatakan, mayoritas dapur MBG justru tidak memiliki sertifikat hieginitas, sebagai syarat utama beroperasinya sebuah dapur.

Tidak ada opsi lain, karena presiden tidak layak untuk bermain-main dengan nyawa anak. Keselamatan anak adalah nomor satu, lanjut Ubaid.

MBG, lanjut Ubaid, sebenarnya adalah program mulia, namun saat ini menjadi problematik karena dikooptasi oleh politisi dan orang-orang yang tidak berkompeten di dalamnya. Polisi dan TNI juga mengoperasikan dapur MBG. Hal ini saja sudah menjadi persoalan, karena ketika terjadi pelanggaran hukum di fasilitas-fasilitas mereka, sulit untuk berharap bahwa akan ada upaya penegakan hukum.

Jika tidak ditangani dengan baik, Indonesia berpotensi kehilangan dana Rp300 triliun lebih tahun depan, dan menguap hanya untuk makan siang yang penuh persoalan. Sementara sektor pendidikan sendiri justru kehilangan anggaran, karena dananya dipakai untuk mendukung program tersebut.

Dengarkan podcast ini selengkapnya dan dengarkan laporan lainnya dari tanah air di sini.


Dengarkan SBS Indonesian setiap hari Senin, Rabu, Jumat, dan Minggu jam 3 sore.
Ikuti kami di Facebook dan Instagram, serta jangan lewatkan podcast kami.

Share
Follow SBS Indonesian

Download our apps
SBS Audio
SBS On Demand

Listen to our podcasts
Independent news and stories connecting you to life in Australia and Indonesian-speaking Australians.
Ease into the English language and Australian culture. We make learning English convenient, fun and practical.
Get the latest with our exclusive in-language podcasts on your favourite podcast apps.

Watch on SBS
SBS Indonesian News

SBS Indonesian News

Watch it onDemand