Penulis Asal Makassar Tampil di Emerging Writers’ Festival di Australia, Bicara tentang Kecerdasan Buatan

Faisal Oddang, on the right, at the Australian Emerging Writers' Festival 2025. Photo_ Supplied_Faisal Oddang.jpg

Faisal Oddang, on the right, at the Australian Emerging Writers' Festival 2025. Credit: Supplied/Faisal Oddang

Faisal Oddang, penulis dan dosen sastra dari Makassar, tampil sebagai pembicara di the Emerging Writers’ Festival (EWF) 2025 di Melbourne, berbagi perspektif tentang tantangan penulis pemula dan peran kecerdasan buatan (AI) dalam dunia kepenulisan.


EWF 2025, yang berlangsung dari 11 hingga 18 September, adalah festival tahunan untuk para penulis baru dan berkembang. Festival ini menghadirkan berbagai kegiatan
seperti lokakarya penulisan, panel diskusi, dan sesi pendampingan bagi penulis muda.

Faisal Oddang berpartisipasi sebagai pembicara dalam panel diskusi yang berjudul "NWC Fanning the Flame" dan membacakan esai dalam sesi "Writers vs AI".

Kehadirannya merupakan bagian dari program Manajemen Talent Nasional Indonesia yang mengirim penulis-penulis Indonesia untuk tampil di berbagai festival internasional.

Dalam panel "NWC Fanning the Flame", Oddang membahas cara menghadapi penolakan karya bagi penulis pemula. "Penolakan tidak melulu karena kualitas tulisan kita buruk, bisa jadi karena segmen media yang menerbitkannya berbeda dengan tulisan kita," jelasnya.
Dalam sesi "Writers vs AI", Oddang menyampaikan pandangannya tentang kecerdasan buatan.

"AI mungkin––secara garis besar––bisa menjadi, menggantikan kita sebagai penulis.

Tapi memori kultural yang kita bangun secara kolektif dari kecil sampai sekarang sebagai penulis itu tidak bisa dijangkaunya," ujar Oddang. "Saya merasa manusia juga akan tetap bekerja sebagai penulis meskipun ada AI."

Sebagai penulis berlatar budaya Bugis, Oddang menjelaskan bahwa keragaman bahasa, dialek, dan nuansa lokal menjadi kekuatan yang tidak dapat ditiru oleh kecerdasan buatan. Meski begitu, ia mengakui manfaat kecerdasan buatan sebagai "teman diskusi" untuk memetakan ide sebelum menulis.

Oddang, yang pernah tampil di London Book Fair dan mengikuti Iowa International Writing Program, melihat sastra sebagai jembatan budaya antarnegara.
"Dengan berinteraksi dengan penulis-penulis lain dengan latar belakang sosial dan budaya yang berbeda, itu jelas memperkaya pengalaman [sendiri]," ujar Oddang. "Juga bisa belajar banyak tentang ekosistem sastra dan penulisan di negara masing-masing."

Bagaimana pandangan lengkap Oddang tentang masa depan penulis di era AI?

Bagaimana pengalamannya di festival internasional membentuk visinya tentang sastra Indonesia?

Dengarkan podcast ini selengkapnya.


Dengarkan SBS Indonesian setiap hari Senin, Rabu, Jumat, dan Minggu jam 3 sore.
Ikuti kami di Facebook dan Instagram, serta jangan lewatkan podcast kami.

Share
Follow SBS Indonesian

Download our apps
SBS Audio
SBS On Demand

Listen to our podcasts
Independent news and stories connecting you to life in Australia and Indonesian-speaking Australians.
Ease into the English language and Australian culture. We make learning English convenient, fun and practical.
Get the latest with our exclusive in-language podcasts on your favourite podcast apps.

Watch on SBS
SBS Indonesian News

SBS Indonesian News

Watch it onDemand