Eventually [Muhibah Angklung's members] could be a “game changer” for their family.Maulana Syuhada, Founder of Muhibah Angklung
'Not just cultural promotion but youth development': Behind Muhibah Angklung's performance around the world

Maulana M. Syuhada (front, right) at an event held by Indonesian Community Council di Sydney in 2025. He aspires for personal growth of the members of Muhibah Angklung group. Credit: SBS Indonesian
The Bandung's group Muhibah Angklung is on their mission of performing around the world. This is their story.
Ini kan
-kalau melihat backgroundnya bukan kesenian, begitu -ya? -Betul, background saya teknik industri. -Kenapa kemudian
-menjadi pendiri grup Muhibah ini? Apa ceritanya? S -ingkat, boleh. -Ceritanya dulu saya pernah
S2 di Jerman. Kemudian waktu itu ada International Evening, terus student
harus perform dari negaranya. Waktu itu saya belum pernah main angklung sama sekali. Terus kemudian kita
bawain apa ya di Indonesia yang gampang gitu karena enggak ada yang bisa nari, enggak ada yang bisa music gitu. Akhirnya udah kita main
angklung aja. Nah itu untuk pertama kalinya saya main angklung
di luar negeri dan waktu itu sambutannya luar biasa gitu. Jadi waktu itu mungkin untuk pertama kalinya saya
diberikan standing applause sama penonton itu seumur hidup. Ya akhirnya itu terasa sampai sekarang, gitu.
-Sehingga dari situ kemudian tergerak untuk -membentuk kelompok ini? Bagaimana tuh? -Iya, jadi saya
merasakan, ee, pertama mungkin belum pernah ya diapresiasi oleh begitu banyak penonton. Ee, kemudian
juga-- kita juga menjalani latihannya menyenangkan. Jadi menyenangkan buat kita, menyenangkan buat penonton. Dan mungkin untuk pertama
kalinya saya bisa bilang I
-did something for my country, gitu. Walaupun -sedikit tapi kita bisa promosiin Indonesia, -begitu. -Kemudian akhirnya
-membentuklah kelompok ini yang terdengar cukup -besar sebenarnya anggotanya. Gimana tuh? -Ya jadi waktu itu,
ee, saya sempat, ee, melakukan istilahnya namanya journey misi budaya. Saya waktu itu sempat
membantu teman-teman tim angklung dari Bandung, ee, Keluarga Paduan Angklung SMA 3. Saya ke
beberapa festival di sana dan saya banyak belajar dan saya inspire gitu. Oh,
ternyata ini banyak merubah bukan cuma kita promosi Indonesia tapi juga youth development
gitu. Jadi temen-temen itu banyak, ee, mendapatkan pelajaran pengalaman berharga yang kalau mereka mungkin
tidak pernah promosikan angklung ke luar negeri, mungkin mere-- mereka tidak akan berkembang seperti sekarang ini, begitu.
-Berarti bisa dibilangkah secara spesifik memang -tujuannya adalah untuk promosi luar negeri? -Eh, betul,
jadi saya ngeliat, ee...
perjalanan luar negeri itu punya dampak yang besar ya bagi anak-anak muda. Makanya saya selalu berusaha kalau saya
diminta advice untuk anak muda, harus pergi keluar, harus ngeliat dunia. Dan itu banyak sekali anak-anak yang
berubah. Jadi sebetulnya selain tadi promosi budaya Indonesia, promosi kultur Indonesia, tapi juga itu self
development buat mereka. Membuka wawasan cakrawala sehingga mereka kembali ke Indonesia jadi
seseorang yang baru, yang lebih luas wawasannya, lebih kaya, lebih punya cita-cita, banyak inspirasi yang
-bisa dibagi ke teman-teman di Indonesia gitu. -Mulia sekali tujuannya tapi harus, pasti tanya, -dana dari mana?
Nah, ini yang selalu jadi kendala ya dari
satu misi budaya ke misi budaya lainnya. Jujur aja waktu ki-- kita juga di sini lagi kesulitan sebenarnya.
Jadi dari sekian dana mungkin yang baru masuk baru setengahnya
tapi waktu itu ya saya nggak mungkin nggak berangkat karena sudah dijadwalkan di sini di Sydney kemudian di
Brisbane, di Brisbane Festival juga itu largest international art festival di Australia, kemudian oleh Pak Dubes di
Albert Hall. Jadi waktu itu saya, uang gak ada udah saya beli tiket one way. Jadi kita belum punya tiket
-pulang. -Sampai sekarang? -Sekarang akhirnya kita mendapatkan pinjaman
yang harus kita bayar gitu ya. Tapi minimal waktu itu anak-anak berangkat dulu
terus, ee, kemudian ya udahlah sampai sini dulu terus kemudian kita cari travel agent yang bisa
covering. Akhirnya ada yang mau cuman di DP satu juta, saya berterima kasih katanya udah nanti sisanya setelah pulang aja. Nah,
-saya sekarang lagi masih mencari nih, masih -mencari gimana nutupin itu semua gitu. -Apa yang mengerakkanmu Mas?
Maksudnya bukan perjalanan yang mudah ya kan, ee, misi budaya kemudian untuk pemberdayaan anak kemudian
untuk pengembangan untuk self development tentu semuanya mulia gitu ya tanda kutip ya. Tapi kan kemudian kita juga
ditubruk oleh realita seperti misalnya tadi yang disebut dananya dari mana nih gitu kan ya? Jadi kalau dipikir pikir pikir
lagi sebenarnya ngapain gitu kan Kang Maulana repot banget gitu?
Iya jadi mungkin salah satu-- itu pertanyaan banyak orang sebetulnya apalagi background saya juga engineering sebetulnya. Jadi sebenarnya yang
membuat saya tetap di sini itu saya itu sangat bahagia melihat anak-anak itu berkembang, anak-anak itu
tumbuh. Yang tadinya, apa namanya pemalu, pendiam, nggak punya public speaking, nggak
bisa berorgi-- organisasi atau bahkan anak-anak yang tadinya abis SMA tuh mau langsung
kerja atau anak-anak yang tadinya tidak punya sejarah jadi sarjana atau kuliah di keluarganya.
Jadi begitu mereka masuk, ee, ke mana, ke tim Muhibah ini
mereka jadi lihat dunia gitu. Yang pulang-pulang itu yang tadinya mungkin habis SMA udah
saya mau kerja apa. Nggak, itu, "Kang, saya mau jadi diplomat. Saya pengen S2 di Berlin." Padahal tadinya S1 aja nggak kepikir gitu kan
dan itu kejadian gitu. Akhirnya selama satu, dua, tiga, pulang. Akhirnya masuk ke kampus-kampus yang bagus
dan akhirnya bisa kerja dan bisa jadi game changer buat keluarganya gitu. Bahkan beberapa itu
mereka itu sarjana pertama di keluarganya gitu yang tadinya mungkin gak ada kultur itu gitu dan yang bikin itu adalah
angklung gitu. Jadi sebetulnya angklung itu cuman alat aja sih sebenarnya tapi dibalik itu saya melihat
angklung itu bisa merubah hidup seseorang dan itu kebahagiaan yang saya tidak bisa lukiskan dengan kata-kata walaupun saya harus
bersusah-susah sekarang tapi kalau ingat pengalaman itu oke.Hahaha. Semua terbayarkan.
Harus tanya juga tapi karena kan nggak punya background seni begitu kan ya apalagi angklung gitu kan. Berarti temen-temen ini dilatihnya oleh
-siapa? -Jadi saya
harus kerjasama gitu ya sama, ee, temen-temen yang ahli lah ya. Jadi waktu itu saya sih cuma punya passionnya gitu
ya. Angklung bisa main sedikit-sedikit. Dulu saya-- kalau saya mendirikan di luar negeri ya, dulu saya memang pelatihnya
juga gitu ya konduktornya juga, tapi itu aliran-aliran yang mungkin ya istilahnya otodidak lah. Tapi
sampai di Bandung saya ketemu dengan Teh Irma,
dulunya senior saya di SMA 3 dan di ITB juga. Beliau pengalamannya udah dua puluh lima tahun
lebih, salah satu female a
ngklung prominence-lah di
Jawa Barat. Alhamdulillah dia bersedia untuk gabung di tim Muhibah dan sampai sekarang tadi masih jadi konduktor
dia yang istilahnya mentraining
anak-anak ini bahkan konduktor-konduktor baru. Juga saya yang ngeguide temen-temen dari seni tari UPI untuk bergabung jadi
itu juga temen-temen dari UPI dulu yang mengajarkan mereka dan Alhamdulillah anak-anak ini banyak yang
masuk seni tari UPI, seni musik UPI jadi berkelanjutan gitu dan akhirnya sekarang lumayan udah bagus
-kaderisasinya gitu. -Jadi kalau untuk Kang Maulana ini kan full time -job atau sampingan atau casual
gimana?
Sejujurnya, ee, ini secara status saya ini dosen. Dosen Teknik
Industri di pascasarjana Universitas Pasundan. Cuman, ee, de facto ini
jauh lebih menyita waktu saya gitu ya, ee, dibanding dengan mungkin saya ngajar atau apapun gitu, ya kan. Seperti
kemarin, ee, saya lagi pentas di Brisbane hari Jumat, saya juga harus ngajar juga via zoom gitu ya,
anak-anak-- mahasiswa S2 gitu kan istilahnya.
Tapi ya tadi, ee, apa-- saya pikir karena mungkin, ya, ini sesuatu yang buat
saya meaningful buat saya impactful dan itu bikin kebahagiaan tersendiri lah. Dan
-itu pastinya majority of my time spend, ee, there, -gitu. -Kampus menyetujui? Tahu ya? -Kampus
tahu, ee, menyetujui kampus juga-- saya juga kalau bikin visa harus ada surat dari Pak Direktur, jadi Pak Direktur
tau dan mereka juga support gitu ya. Bahkan juga kita pernah tampil juga di
-ulang tahun yayasan nya, begitu. -Berarti kalau pertanyaan terakhir nih, -ke depannya, harapan, gong
terbesarnya untuk Muhibah, apa?
Sebenarnya Muhibbah itu satu, ee, tentu pengen punya, ee, financial sustainability gitu.
Jadi
kalau bisa perjalanan itu jangan terus berdarah-darah, jangan terus ini ya istilahnya kesulitan gitu ya.
Udah sepuluh tahun kita-- tapi kita masih belum bisa punya
sistem bisnis yang bisa membiayai diri sendiri. Mungkin saya juga
kurang dari sisi bisnisnya mudah-mudahan bisa berpartner dengan siapa yang lebih mengerti bisnis. Jadi Muhibah itu sustain juga secara finansial
seperti itu. Mudah-mudahan juga bisa punya tempat sendiri, bisa punya Angklung Centre sendiri. Kalau sekarang kan masih
ngontrak, masih dikejar-kejar sana-sini dan mudah-mudahan juga, ee, temen-temen yang masuk Muhibah juga, ee, bisa dapat
beasiswa gitu. Kita sekarang mungkin baru sekitar yah mungkin sepuluh dua puluh persen, kita kasih temen-temen yang
mahasiswa beasiswa. Impian saya sih semua temen-temen yang masuk Muhibah
karena mereka adalah anak-anak terpilih dan banyak berkorban itu se-sebenernya semuanya harus dapet beasiswa begitu masuk.


