Youth Pledge Gen Z Version: Preserving Bahasa Indonesia abroad

Young Indonesian in celebration of the Independence Day

Sumpah Pemuda is commemorated every 28 October in Indonesia. Source: Moment RF / Afriandi/Getty Images

Despite living in Australia, Indonesian student M. Hafidz Al-Furqan (known as “dagucoklat” online) remains firmly connected to his heritage. The Bahasa Indonesia continues to be a source of comfort in his social life, while his local language dialects are essential for maintaining his core identity.


M. Hafidz Al-Furqan, a master’s student in Creative Industries and Media Communication at Macquarie University and National Communications Director of AIYA, says Sumpah Pemuda [Youth Pledge] still speaks to his generation, especially its call to uphold “the language of unity”.

To Hafidz, Indonesian is a language he chooses to deepen as part of his identity. Work he did in 2020, when he encountered equivalents like “lantatur” for “drive-thru”, opened up the richness of the language and encouraged further study. In Australia, he follows through by speaking Indonesian with fellow Indonesians and selecting the most fitting language for each context.

He also often shares Indonesian-language content on his social media because, he said, it helps keep his followers connected to the Indonesian language.
Indonesia has more than 700 local languages… if young people don’t get to know them, a few years from now they could disappear.
M. Hafidz Al-Furqan
M. Hafidz Al-Furqan
M. Hafidz Al-Furqan, master’s student in Creative Industries and Media Communication at Macquarie University and National Communications Director of AIYA. Credit: Supplied/M. Hafidz Al-Furqan
Hafidz boils his approach down to three pillars: preserve the local languages, prioritise the Indonesian language, and understand foreign languages. Local languages carry identity, Indonesian connects communities, and foreign languages open doors to represent Indonesia on the global stage.

To this Gen Z Indonesian, Sumpah Pemuda’s “one land” is less about where he lives and more about carrying Indonesia while overseas by staying active in the community, sharing culture and keeping the Indonesian language alive.

Listen to the full podcast.

Listen to SBS Indonesian on Mondays, Wednesdays, Fridays and Sundays at 3pm.
Follow us on Facebook and Instagram, and don't miss our podcasts.

Speaker 1

Sumpah pemuda menyebut berbahasa satu bahasa Indonesia. Lalu, ketika hidup di negara berbahasa Inggris, seperti apa rasanya menjaga makna berbahasa satu? Apakah jarak membuat kita melihat bahasa Indonesia dengan cara yang berbeda? Pendengar, bersama saya saat ini telah hadir seorang mahasiswa S2 di

Sydney. Halo Hafidz, apa kabar?

Speaker 2

Halo Kak, kabar baik.

Speaker 1

Baik, Hafidz. Bisa Anda memperkenalkan diri dulu kepada pendengar?

Speaker 2

Halo teman-teman semua, saya Muhammad Hafidz Al Furqan, atau bisa dipanggil Hafidz Saat ini sedang studi S2 di jurusan industri kreatif dan juga media komunikasi di Macquarie University, under scholarship dari Australia Awards. Juga sekarang aktif bikin-bikin konten di sosial media dengan nama Dagu

Coklat, dan ya, selamat kenal.

Speaker 1

Dan Hafidz juga berperan di AIYA Nasional, begitu ya?

Speaker 2

Benar banget, sebagai Director of Communication dari AIYA Nasional 2025-2027. Seperti itu.

Speaker 1

Baik, jadi langsung saja, karena topik kita kali ini Sumpah Pemuda berbahasa satu di tengah dominasi bahasa Inggris, begitu ya? Sebelum ke Australia, seberapa besar Anda memikirkan pentingnya bahasa Indonesia? Waktu itu, apakah Sumpah Pemuda terasa sangat relevan untuk Anda?

Speaker 2

Sebenarnya di tahun 2020, Hafidz itu dulu apply atau daftar Duta Bahasa Sumatera Selatan. Nah dari sana sebenarnya baru awal nih muncul kayak, oh ternyata banyak ya bahasa-bahasa yang ada di Indonesia, terus juga pelajaran-pelajaran tentang bahasa Indonesia yang saya sebagai anak muda pun kadang tak

tahu gitu, tidak tahu. Dari 2020 itulah akhirnya mulai sadar sih, Kak. Mulai sadar dengan pentingnya bahasa Indonesia untuk selalu kita gaungkan sebagai anak muda, ya. Seperti dulu tuh, kamu tahu nggak sih ternyata ada padanan istilah bahasa Indonesia dari Lantatur, gitu. Dari drive-thru. Apa?

Ternyata Lantatur. Itu kan sesuatu yang anak-anak muda mungkin secara gen Z seperti saya itu tidak tahu, ya. Bukan hanya itu aja sih. Banyak. Nah, dari situ akhirnya mulai sadar. Kayaknya saya harus lebih mendalami bahasa saya sendiri.

Speaker 1

Sangat menarik dimana Anda menyadari pentingnya untuk mendalami bahasa Indonesia ketika justru bingung dengan salah satu kosak kata bahasa Indonesia itu sendiri. Nah, sekarang Anda hidup di Australia dimana dalam sehari-harinya pastinya memakai bahasa Inggris seperti itu ya, misalnya seperti sedang

kuliah begitu. Tapi dalam praktik nyatanya, dalam sehari-hari, apakah saat bertemu teman lebih nyaman berbahasa Indonesia atau bagaimana ya?

Speaker 2

Keduanya nyaman, tetapi ketika ketemu dengan teman-teman Indonesia, ya tentu berbahasa Indonesia itu seperti sudah kayak otomatis. Karena mungkin di luar negeri rasa rindu rumah itu pasti ada. Dan ketika teman-teman mungkin disanalah cara kita untuk bisa mengekspresikan dengan ngomong, dengan

berbicara, berbahasa Indonesia. Seperti itu kan.

Speaker 1

Tadi Hafidz mengatakan kalau bertemu teman Indonesia, otomatis langsung berbincang dengan bahasa Indonesia begitu ya. Tapi ada tidak ya kayak seperti mencampur dengan bahasa Inggris dan kenapa gitu?

Speaker 2

Kalau dulu di Duta Bahasa, kita itu kan ada tiga terbangun bahasa. Salah satunya itu adalah utamakan bahasa Indonesia, lalu kuasai bahasa asing. Di sana itu sering banget kita itu diberitahu kalau misalnya kita dalam forum Indonesia atau ingin berbahasa Indonesia, cobalah menggunakan 100% bahasa

Indonesia. Kalau di forum bahasa Inggris, coba gunakan menggunakan 100% bahasa Inggris. Nah, di sini terkadang artis mencoba berusaha untuk menggunakan bahasa Indonesia yang bisa dibilang 100% lah ya, tidak dicampur-campur. Tapi, karena mungkin lingkungan dan juga ada sesuatu yang mungkin tidak bisa

diartikan dalam bahasa Indonesia, ya terkadang dicampur-campur juga sih ya. Tetapi itu membuat banyak pelajaran bagi teman-teman. Mungkin ada yang dari Indonesia, tapi tidak tahu maknanya dalam bahasa Indonesia. Tapi bukan hanya ketemu dengan orang-orang Indonesia sih, dengan orang-orang asing juga,

teman-teman internasional, terkadang mereka juga pengen tahu tentang bahasa Indonesia.

Speaker 1

Kalau dari sisi diaspora Indonesia, katakanlah pelajar Indonesia yang sedang belajar di Australia seperti anda ya, apakah berbahasa bercampur-campur itu berarti mengurangi semangat sumpah pemuda mereka?

Speaker 2

Menurut saya pribadi, justru itu adalah jembatan. Bagi teman-teman yang mungkin belum bisa berbahasa Indonesia, untuk lebih mengenal bahasa Indonesia. Sebagai contoh, ketika saya waktu beberapa bulan yang lalu berkesempatan untuk mengajar bahasa Indonesia di dua sekolah. Satu di MacArthur School,

satunya lagi di Port Lincoln di South Australia. Itu di program Indonesia Learning Language Ambassador. Nah, di situ, mau tidak mau, sebagai ambassador, sebagai pengajar, kita harus mencampur bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Karena audiensnya, teman-teman kita, masih belajar bahasa Indonesia

masih dasar. Kalau tidak, otomatis mereka akan kebingungan. Nah, menurut saya itu justru bisa menjadi jembatan untuk kita mengenalkan orang-orang akan bahasa Indonesia. Seperti itu, kan. Dan menurut Anda, berbahasa satu itu artinya apa untuk generasi yang hidup dengan dua bahasa? Oke, berbahasa yang

satu menurut saya itu adalah bagaimana kita bisa mengimplementasikan Trigatra Bangun Bahasa. Yang pertama, melestarikan bahasa daerah, mengutamakan bahasa Indonesia, dan kuasai bahasa asing. Jadi, ketiga poin inilah yang menurut hati sangat relevan saat ini bagi anak-anak Indonesia yang bisa

melestarikan bahasa daerahnya, terus mengutamakan bahasa Indonesia di mana pun, dan bisa menguasai bahasa asing apa pun. Sehingga ketika lagi di forum nasional, forum internasional, bertemu dengan teman-teman lainnya, itu bisa menjadi sosok juta bahasa Indonesia, dan juga bisa mengenalkan bahasa

Indonesia. Sehingga orang-orang bukan hanya tertarik dengan bahasa kita, namun juga dengan bangsa kita saat ini.

Speaker 1

Dan ini sangat menarik, mengapa menurut Hafidz dengan era globalisasi seperti ini melestarikan bahasa daerah itu sama pentingnya dengan menguasai bahasa Indonesia dan memahami dan menguasai bahasa asing?

Speaker 2

Karena itu adalah identitas dari kita. Bayangkan, anak-anak muda khususnya Indonesia mungkin sudah pada tahu datanya bahwa di Indonesia itu lebih dari 700 bahasa daerah yang ada di Indonesia. Nah, jika anak-anak muda tidak mencoba untuk mengenal identitasnya melalui bahasa daerah, maka beberapa

tahun kemudian bahasa daerah itu akan hilang. dan musnah. Terus, ketika bahasa itu hilang, identitas kita pun akan hilang. Makanya, ketika kita belajar suatu bahasa yang baru, jangan lupakan bahwa kita juga memiliki bahasa kita sendiri, bahasa ibu kita, dan bahasa daerah kita. Jadi, mengutamakan

bahasa Indonesia serta menguasai bahasa asing tanpa melupakan bahwa kita harus melestarikan bahasa daerah kita sendiri.

Speaker 1

Adakah cara Anda untuk tetap terhubung dengan bahasa Indonesia? Tadi memang sudah menyebutkan mengajar, bertemu dengan teman-teman. Tapi mungkin untuk kali ini saya ingin fokusnya di era digital ya. Itu apakah mengkonsumsi konten Indonesia atau Anda sendiri kan tadi sempat bilang membuat konten

begitu bagaimana ya?

Speaker 2

Tentu untuk terus menjaga bahwa kita bahasa Indonesia, terus mengkonsumsi tentang bahasa Indonesia, pasti itu akan terjadi di dunia digital ini ketika apa yang kita ikuti, apa yang kita suka, apa yang kita bagikan, baik di media sosial, di platform-platform digital, itu akan memengaruhi apa yang ada

dalam pikiran dan juga bahasa kita pada umumnya. Jadi, ketika teman-teman aktif di dunia digital, coba berikan porsi juga untuk konten-konten bahasa Indonesia, tentang informasi tentang budaya Indonesia dan lain-lain, sejarah Indonesia dan lain-lain. Karena kenapa? Karena algoritma akan membaca

bahwa teman-teman di dunia digital itu juga sedang konsentrasi juga, ingin fokus juga dengan bahasa Indonesia. Jadi, apapun konten yang teman-teman konsumsi, hobi apa di dunia digital, jangan lupakan bahwa kita juga harus mengutamakan Bahkan bahasa Indonesia dengan mengonsumsi konten-konten yang

berbahasa Indonesia, dan juga menjaga hubungan baik dengan teman-teman yang ada di Indonesia juga, sehingga kita bisa terus mengasah bahasa Indonesia kita. Dan tetap bertanya-tanya, ini apa ya? Mungkin kita sebagai anak Indonesia juga terkadang ingin mempelajari lebih dalam tentang identitas kita.

Speaker 1

Nah ngomong-ngomong ini kan Anda tinggal di luar negeri ya, di Australia. Ada juga nih seperti pandangan di media sosial bahwa orang Indonesia yang tinggal di luar negeri mungkin kurang nasionalis begitu ya. Itu yang saya baca-baca. tapi dari pengalaman apa nih yang sebenarnya orang tidak lihat dari

kehidupan mahasiswa Indonesia di luar negeri?

Speaker 2

Sebenarnya kalau menurut saya pribadi nasionalisme tidak bisa diukur dari lokasi karena ketika orang-orang berada di luar negeri seperti para mahasiswa dan teman-teman lainnya mereka juga bisa berkontribusi untuk negeri dan salah satu contohnya mungkin ini bisa saya sampaikan karena pas banget

kemarin gitu Kemarin di kampus saya itu ada kegiatan namanya Macquarie Unity. Nah, salah satunya itu ada asosiasi untuk Indonesian Student atau mahasiswa Indonesia. Kita di sana akan mengenalkan Indonesia kepada teman-teman di Australia, di Sydney. Seperti salah satunya yang kebetulan saya yang

bertanggung jawab untuk performance atau penampilan. Jadi saya mengundang ada tiga penampilan yang tampil. Pertama itu dari Rato, Jaro, Aceh, Sumatera, terus juga ada Jaipong dari Jawa, dan satu lagi dari Timur. Sehingga kita ingin mengenalkan Indonesia dengan dunia. Nah, itu adalah salah satu cara

nih yang bisa dilakukan oleh anak-anak mahasiswa yang ada di Australia. Mengenalkan Indonesia dengan produk, mengenalkan Indonesia dengan tarian, dengan bahasa, dengan hal apapun yang itu bisa mengundang mata dunia melihat kita adalah Indonesia. Jadi nasionalisme, menurut Hafidz pribadi, di luar

negeri itu banyak sekali anak-anak mahasiswa lakukan yang mungkin hanya terlihat di dalam negeri gitu ya. Padahal di luar negeri sini, bukan hanya di Australia saya yakin, itu mereka sedang berjuang untuk mengenalkan daerah serta identitas mereka sendiri.

Speaker 1

Baik, dan ini berarti mungkin bisa dibilang bahwa sumpah pemuda itu bukan hanya sekedar hari, tapi ini adalah seperti apa ya untuk Hafidz sendiri?

Speaker 2

Jadi Sumpah Pemuda untuk artis pribadi bukan hanya sebagai memperingati hari, tapi justru Sumpah Pemuda itu sebagai pengingat. Pengingat bahwa para anak-anak muda Indonesia, kita pernah bersumpah dengan negeri bahwa kita selalu ingin memberikan yang terbaik, salah satunya dengan mengutamakan bahasa

Indonesia. Dan ya, setiap tahunnya, kita memperingati Hari Sumpah Pemuda ini sebagai jeda dan sebagai pengingat kita. Kita bersama-sama kembali melihat, merenungkan kira-kira apa yang sudah kita perbuat dan apa yang sudah kita kontribusikan untuk daerah dan identitas kita sebagai bangsa Indonesia.

Speaker 1

Pendengar, itu tadi perbincangan kami. Hafidz, terima kasih ya.

Speaker 2

Terima kasih.

END OF TRANSCRIPT

Share
Follow SBS Indonesian

Download our apps
SBS Audio
SBS On Demand

Listen to our podcasts
Independent news and stories connecting you to life in Australia and Indonesian-speaking Australians.
Ease into the English language and Australian culture. We make learning English convenient, fun and practical.
Get the latest with our exclusive in-language podcasts on your favourite podcast apps.

Watch on SBS
SBS Indonesian News

SBS Indonesian News

Watch it onDemand