Dari Sumba ke Australia, 'Yohanna' Tayang Perdana di Adelaide Film Festival

Yohanna3.jpg

'Yohanna' is one of the Indonesian films premiered in Adelaide Film Festival 2025. Credit: Supplied/Razka Robby Ertanto

Memenangkan berbagai penghargaan film dan ditayangkan di beberapa festival internasional, kini 'Yohanna' untuk pertama kalinya ditayangkan di Australia.


Menyadari bahwa apa yang dilihatnya di Sumba merupakan isu sosial penting masa kini yang perlu disuarakan, Razka Robby Ertanto tergerak untuk memasukkan isu ini dalam sebuah karya film.

Meski dibalut dalam rupa fiksi, makna cerita dan gagasan dalam film ini berdasar pada riset yang ia lakukan di pulau yang merupakan wilayah dari povinsi Nusa Tenggara Timur ini sehingga bergaya dokumenter.

Tokoh utama dalam film ini, biarawati Katolik bernama Suster Yohanna, disebut Robby sebagai sosok yang nyata ditemui di masyarakat, yang menunjukkan bahwa keimanan bukan hanya sekadar teks tetapi memprioritaskan tindakan nyata.
Tidak hanya berdoa tetapi melakukan sesuatu untuk kehidupan, untuk orang banyak.
Razka Robby Ertanto, Sutradara 'Yohanna'
Razka Robby Ertanto.jpg
Sutradara film 'Yohanna', Razka Robby Ertanto, di Adelaide Film festival 2025. Credit: Supplied/Razka Robby Ertanto
Apa signifikansi kemunculan Yohanna di Adelaide Film Festival bagi Razka? Misi apa yang ingin disampaikannya melalui karyanya ini?

Dengarkan podcast ini selengkapnya.

Dengarkan SBS Indonesian setiap hari Senin, Rabu, Jumat, dan Minggu jam 3 sore.
Ikuti kami di Facebook dan Instagram, serta jangan lewatkan podcast kami.

Speaker 1

Pendengar, Adelaide Film Festival berlangsung dari tanggal 15 hingga 26 Oktober 2025. Dari sekian film luar biasa yang ditampilkan, salah satunya adalah film Indonesia berjudul Yohanna yang merupakan karya dari Razka Robby Ertanto. Terkait dengan keikutsertaan film ini dalam Adelaide Film Festival,

pendengar. Ini obrolan saya dengan Sang Sutradara. Mas Razka apa kabar?

Speaker 2

Kabar baik, Alhamdulillah.

Speaker 1

Selamat atas keterlibatan Yohanna dalam Adelaide Film Festival tahun ini. Boleh dong mas, berbagi cerita ini, bagaimana Yohanna bisa masuk dalam Adelaide Film Festival?

Speaker 2

Ya, tahun lalu kebetulan kita ketemu programmernya Adelaide Film Festival di JAFF. Indonesia punya festival terbesar namanya JAFF. Nah, dari JAFF itu kita ketemu sama programmernya Adelaide dan Yohanna kemarin memborong 5 piala di JAFF. Ada Best Director, Best Film, Best Script, dan Best Actor. Nah,

terus di-invite lah film kita ke Adelaide Film Festival. Kita dapet email dari Adelaide Film Festival bahwa film ini terseleksi di Adelaide Film Festival. Salah satu programmernya, dia bilang dia udah nonton di JAFF dan dia suka banget dan dia pengen banget invite film ini ke Adelaide Film Festival.

Waktu aku ketemu dia di closing acaranya JAFF.

Speaker 1

Berapa lama sejak pertemuanmu, kala itu, hingga akhirnya keikut sertaanmu dalam festival film ini?

Speaker 2

Ada dikabarin mungkin sekitar 4 bulan. Aku kayaknya terima emailnya itu di bulan Mei atau April gitu.

Speaker 1

Untuk Mas Razka kan mungkin bukan pertama kalinya ada undangan begitu ya untuk tampil di luar negeri. Kalau yang kesempatan kali ini Mas, apakah ada makna spesial atau makna khusus untukmu?

Speaker 2

Seneng banget ya, karena pasti setiap film itu misinya berbeda ya, isunya berbeda, jadi ketika film ini terbang begitu banyak tempat, jadi begitu banyak orang yang menyaksikan, jadi pasti seneng, antusias, walaupun ke beberapa festival sudah pernah kita lakuin, tapi pasti setiap kita dapat undangan

invitation di sebuah festival, pasti kita antusias banget, berarti film kita dihargain dan akan ditonton banyak orang, jadi sangat-sangat senang sekali.

Speaker 1

Kalau dalam film ini sendiri, keterlibatanmu ini lebih ke arah mana? Sutradara memang iya, tetapi kemudian dari sisi produsernya, penulis alur cerita, gimana nih?

Speaker 2

Keterlibatan dari awal, dari filmnya berbentuk ide, gitu gagasan, terus kita meyakini bahwa film ini harus disuarakan, film ini harus dibikin. Dari mulai itu sebagai produser menarik banyak pihak untuk bekerja sama agar sebuah gagasan ini terrealisasi. Setelah itu, sebagai scriptwriter dan director,

kita juga mereset bulat-balik Sumba, terus mencari pemain-pemain yang tepat, karena di film ini cuma ada dua aktor dari luar Sumba, yaitu Laura Basuki dan Yayang C. Noer Selebihnya adalah kita pakai warga Sumba. Semua anak-anak yang terlipat adalah anak-anak Sumba. Jadi excited banget melatih mereka

tampil di kamera dengan membiasakan diri beracting sesuai dengan realitas. Sebuah tantangan besar karena mereka semua adalah baru pertama kali ada di dalam film. Secara isu juga gagasannya kita mau bicara tentang Sumba hari ini. Di mana banyak anak-anak bekerja juga, selain bersekolah, tapi mereka

didik dari kecil sudah harus bekerja di pasar dan tempat-tempat umum lainnya.

Speaker 1

Kalau dibilang inspirasi cerita ini apa adanya, berarti apakah bisa dibilang kalau karya ini dokumenter begitu?

Speaker 2

Ini fiksi, tapi mungkin terlihat sangat real dan nyata, karena konsep kita adalah dokumenter style, tapi ini adalah sebuah film fiksi.

Speaker 1

Boleh bocoran dong mas, ini ceritanya sebenarnya alurnya gimana?

Speaker 2

Cerita awalnya setelah balik Sumba kita melihat sesuatu keadaan dan ada satu romo di daerah Sumba, dia bercerita tentang kisah bagaimana dia menjadi pemuka agama di situ dan hubungannya dengan masyarakat. dari ceritanya ini, sebagian besar rohannya sangat-sangat relate dari cerita dia dan kita

masukin ke arah fiksi gitu itu sih berawalnya cerita ini memperkuat cerita dari Roma ini memperkuat gagasan yang udah kita punya

Speaker 1

Ini apakah isunya terlihat terlebih dahulu, kemudian sibuk mencari cerita pendukung? Atau gimana nih mas?

Speaker 2

Gak mencari-cari isu ya, tapi waktu kita beberapa kali punya pekerjaan di Sumba yang bentuknya adalah TVC. Terus kita main ke pasar, kita ngobrol sama anak-anak, bercerita dan lain-lain. Terus mendengarkan cerita Romo itu juga, kita jadi berpikir bahwa ada sesuatu yang harus kita suarakan dari

Sumba, gitu. Bahwa ketimpangan sosial di antara daerah-daerah Indonesia lainnya, terus kesempatan anak-anak untuk tumbuh sebagai anak-anak pada umumnya itu juga menjadi salah satu isu di dalam film ini terus lewat sosok tokoh utama Biarawati kita bicara dengan keimanan juga Keimanan bukan hanya

sekadar teks, tapi adalah hubungan kita dengan manusia, memprioritaskan aksi terhadap keyakinan diri kita sendiri, nggak hanya berdoa, tapi melakukan sesuatu untuk kehidupan, untuk orang banyak. Itu yang mau dibicarakan di Yohanna

Speaker 1

Pada saat awal membuat karya ini, apakah memang arahnya menyasar atau menarget festival film? Atau mungkin layar lebar Indonesia atau bagaimana?

Speaker 2

Setiap film saya bikin, saya punya prinsip bahwa saya harus bikin film yang terbaik. Yang terbaik dalam artian adalah film yang bermanfaat untuk orang banyak. Film yang bisa ditonton orang banyak. Makanya saya berpikir untuk saya bikin sesuai dengan hati yang jujur, terus tanpa ada... apa ya,

interpretasi bahwa oh ini film harus masuk festival atau ini film harus bagaimana, yang terbaik adalah saya harus berikan energi saya semaksimal mungkin dan akhirnya alhamdulillah kita punya first place tempat penayang di kompetisi Rotterdam Film Festival, gitu. Sesuatu yang di luar Dugaan kita

bahwa film ini diapresiasi sangat besar di sana Dan kita sebenarnya juga sedang menunggu tanggal tayang untuk hadir di bioskop.

Speaker 1

Kalau kita melihat Yohanna ini kan tadi disebut juga dia biarawati latar belakangnya agama yang bukan mayoritas di Indonesia Ada kekhawatiran tidak sih mas dari sisi ini?

Speaker 2

Nggak ada kekhawatiran ya, karena penonton Indonesia sekarang saat ini sudah cukup dewasa dan sudah menerima semua genre dengan sangat baik. Mereka udah tahu mana film yang harus mereka tonton dengan hadir, dengan baik gitu. Jadi saya sih cukup optimis dan kita juga udah lolos dari lembaga sensor.

Kita dapat untuk semua umur bisa menyaksikan film ini. Jadi cukup optimis untuk Indonesia.

Speaker 1

Pertanyaannya menyangkut personal sedikit, tapi Mas Razka bukan Kristiani, betul ya?

Speaker 2

Iya, saya Islam. Tapi ini film kedua saya tentang Kristen. Saya sebelumnya bikin Afimarium juga kan. Jadi, kenapa saya bikin film dengan bergenre yang orang sering ngaitin kan bukan agamanya gitu. Tapi buat saya adalah, sinema Indonesia butuh keberagaman gitu. Dan Indonesia adalah negara yang sangat

beragam gitu. Kita memang mayoritasnya Islam. Beberapa agama lain juga dan berhidup berdampingan dan hidup perhukun, damai. Dan sinema harus mengapresiasi itu, gitu. Dan ini mungkin akan menjadi keberagaman yang baik buat perjalanan film Indonesia, gitu sih. Itu yang hal utama yang men-trigger saya

untuk membuat film ini.

Speaker 1

Mungkin masyarakatnya sih terbuka, Mas. Tapi mungkin ada pihak-pihak lain yang belum gitu? Sudah ada blowback nggak?

Speaker 2

Belum ada sama sekali, tapi setiap kita posting tentang film ini di sosial media, tanggapannya positif banget sampai ratusan ribu orang like dan mengapresiasi. Media juga membantu banget menyebarkan berita baiknya, semuanya. Belum... Alhamdulillah sih belum ada yang mengkritisi atau bagaimana ya.

Mereka alhamdulillah sampai saat ini support semua.

Speaker 1

Kalau melihat karakter Suster ini sendiri, tapi nyatakah di Sumba?

Speaker 2

Ya, hampir kita temuin ya, nggak hanya di Sumba, tapi di seluruh Indonesia Suster-Suster, karena sebelumnya kita syuting di Semarang juga ya, Ave Mariam. Suster-suster memiliki hati yang sangat tulus ya. Suster adalah manusia biasa, dia juga bukan malaikat ya Jadi dia memang banyak bekerja dan

menghadirkan dirinya kepada hal-hal kemanusiaan Dan keimanan seseorang, bukan hanya suster, tapi orang biasa juga kadangkan kita ada fase naik dan turunnya. Hal ini mencerminkan bahwa inilah kehidupan manusia yang real. Tapi dari balik semua fase itu, saya pribadi melihat suster selalu hadir dengan

tulus kepada hal-hal baik dan kemanusiaan itu sendiri.

Speaker 1

Jadi ada tidak ni karakter nyata dari suster Yohanna ini?

Speaker 2

Ada. Jadi dari cerita Romo atau Semarang ada gitu, tapi kita kayak berpikir bahwa itu fase kehidupan ya, kadang-kadang kita bertanya atas keyakinan kita gitu, apakah akan terus hidup dalam selibat atau atau apapun itu gitu, itu kadang-kadang ada pertanyaan, tapi ada satu nasehat dari suster kepala

bahwa makanya dia memberikan tugas Yohanna ke daerah Sumba untuk melihat lebih jelas dimana ketika dia melihat situasi itu, keimanannya justru malah bertambah bahwa hidup kita bukan hanya tentang diri kita, tapi dimana kita bisa berbagi dengan orang banyak itu adalah keimanan yang hakiki sebenarnya,

yang membantu dan menolong orang

Speaker 1

Dalam kaitannya dengan Adelaide Film Festival, Mas, harapanmu apa khususnya dari keikutsertaanmu ini? Apakah kemudian mungkin untuk bisa mempercepat kemunculan film ini di bioskop-bioskop di Indonesia begitu?

Speaker 2

Iya, adalah film festival adalah satu festival buat saya yang sangat penting di Australia. Dan ketalibannya sih saya pengen sekali berjejaring juga dengan bertemu banyak filmmaker lagi gitu. Karena setiap festival adalah lebarannya orang film gitu, bisa berjejaring. Harapannya bisa terjadi

co-production dengan Australia dan negara lain gitu.

Speaker 1

Memang kita lagi membahas film Yohanna mas, tapi mungkin dirimu saking kreatifnya begitu kan, apakah sudah ada rencana untuk proyek berikutnya mas? Boleh kasih bocorannya juga?

Speaker 2

Ya, kita lagi mempersiapkan film Rose Pandanwangi tentang penyanyi seriosa Indonesia tahun 1950-an. Di film itu kita mau meng-capture peristiwa sejarah kejayaan Indonesia di dunia seriosa. Terus juga kita pernah menang di Bukares tahun 1953 di mana Indonesia mengirimkan delegasi itu untuk memberi

tahu kepada dunia bahwa kita sudah merdeka dan berdaulat pada saat itu. Itu yang lagi kami persiapkan. Rencana rilis sih 2026. Bismillah.

Speaker 1

Itu tadi Razka Robby Ertanto, pendengar sutradara dari film Yohanna yang tampil di Adelaide Film Festival tahun ini. Saya Tia Ardha, melaporkannya untuk SBS Indonesian.

END OF TRANSCRIPT

Share
Follow SBS Indonesian

Download our apps
SBS Audio
SBS On Demand

Listen to our podcasts
Independent news and stories connecting you to life in Australia and Indonesian-speaking Australians.
Ease into the English language and Australian culture. We make learning English convenient, fun and practical.
Get the latest with our exclusive in-language podcasts on your favourite podcast apps.

Watch on SBS
SBS Indonesian News

SBS Indonesian News

Watch it onDemand