Indonesian Art at Material Intelligence exhibition at Sydney Craft Week Festival 2025

Jayanto Tan at ADC Ceng-Beng 2025

Jayanto Tan at ADC Ceng-Beng 2025 Credit: Australian Design Center with Sydney Craft Week / Jacquie Manning

Each year, the Sydney Craft Festival celebrates the tactile world of design, exploring how local makers push the boundaries of their materials.


Among the featured talent is Indonesian artist Jayanto Tan, invited by the non-profit Australian Design Centre to showcase his unique perspective at the festival.

Jayanto’s ceramic collection, titled No Friends But The Ghost (Ceng Beng), is very different from the transformative qualities of other ceramics being dispalyed at ADC's Object Space window gallery on William Street, from 10 October until 19 November 2025.
Jay Ceramic
Ceramic collection Jayanto Tan Credit: Australian Desian Centre / Jacquie Manning
His work-in-progress, titled Ceng Beng, embraces the quiet power and solemn duty of honouring one’s elders.

Tan’s practice bridges his past and present through material exploration.

By combining earthenware clay with intricate embroidery on found fabrics, he creates a visual dialogue between his birth and his current life in Sydney.

As explained in his recent interview with SBS Indonesian, the collection serves as a vessel for his experiences and his cultural background.

Listen to SBS Indonesian every Monday, Wednesday, Friday and Sunday at 3pm.
Follow us on Facebook and Instagram, and don't miss our podcasts.

Pendengar bersama kami di jalur, seorang seniman dari Indonesia, Jayanto Tan,

berbincang dengan kami tentang pameran yang diikutinya di Sydney Craft Festival

baru-baru ini. Selamat siang, Jay. Terima kasih atas waktu yang diberikan.

-Selamat siang. -Kami mendengar bahwa Anda diundang untuk

berpartisipasi dalam Sydney Craft Festival baru-baru ini.

-Betul. -Nah, dapatkah anda memberi sedikit

-penjelasan tentang festival itu? -Jadi saya diundang di pameran di namanya

Australia Design Center

dengan juga kombinasi dengan eh para-para

partisipasi gitu dari dari ada dari Melbourne, dari Adelaide, dari Brisbane

juga begitu. Mungkin juga ada. Saya kurang jelas tapi kayaknya seluruh Australia

-gitu. -Festivalnya ini apakah diadakan setiap

-tahun? -Itu setahun sekali

eh Australian Design Center melakukan aktivitis atau

ya festival exhibition menggabungkan artis-artis melakukan aksi

pameran. Jadi tahun ini sepertinya sangat besar

karena mereka mengundang para seniman tidak hanya di Sydney juga ada

yang dari kayaknya seperti di regional gitu.

Jadi temanya apa ini yang akan dipamerkan?

Mereka tema itu katanya intelligent materials. Jadi saya pikir saya memamerkan

karya saya habis sekolah sampai saya sekarang sudah mempraktiskan sampai

sekarang gitu. Jadi seperti lima belas tahun gitu. Jadi skill-nya ini,

intelligent skill-nya ini adalah dari yang seperti orang bilang pemula sampai ahli

-gitu. -Dan apa latar belakang dari karya yang

-Anda pamerkan di situ? -Eh, family saya dari, bapaknya dari China

gitu. Jadi saya juga lagi belajar mendalamkan kebudayaan tradisi dari

China. Waktu saya kuliah master, esai saya ini tentang family, tradition dari

Sumatra. Jadi tema itu yang saya yang saya bahas kan itu adalah tentang offering.

Karena waktu saya waktu kecil itu saya nggak pernah lihat dengan ibu saya membuat

offering kepada bapak saya begitu. Jadi saya pikir kalau saya membuat karya ini

mungkin akan unik di Australia karena waktu itu saya lagi kuliah banyak murid

tidak betul-betul ngerti apa itu offering. Jadi menurut saya mungkin ini ide yang

bagus, mengaktifkan kembali sejarah keluarga yang saat ini saya lupakan.

Karena saya hanya membayang-bayangkan masa-masa kecil gitu. Jadi tim saya ini,

esai saya ini yang meluluskan saya dari master ini adalah timnya tuh saya tulis No

Friends But The Ghost. Jadi ada hubungannya dengan dunia musical tentang

hantu-hantu begitu. Jadi karena kan mereka nggak mengerti apa itu Seng Beng, saya

-jelaskan apa itu Seng Beng gitu. -Dari gambar-gambar yang saya lihat itu

karya yang Anda pamerkan berbentuk keramik ya. Bisa anda memberi penjelasan lebih

-detail tentang karya anda itu? -Yak. So, jadi itu keramiknya itu dari

tahun 2019 saya dapat rezeki. Saya-- karena saya itu di-funding sama dari

Art Australia. Itu domisilinya di Paramata. Jadi saya

di-dipamerkan juga di ...

waktu itu setelah masa pandemic

tahun 2021 karena saya dipamerkan di 4A itu Asian Australian Contemporary

Art. Jadi tahun 2019, tahun 2021

terus tahun 2025 saya diundang lagi katanya, "Oh, karena kamu tuh bagus itu.

Apakah mau jadi ongoing?" gitu. Jadi buat Seni Craft Festival ini saya gabungkan

dari tahun yang 2019 sampai tahun 2025 saya pilih yang topiknya masih,

apa namanya, masih hangat gitu seperti untuk tahun-tahun sekarang itu. Jadi

dalam pameran itu saya kombinasikan tradition yang Indonesia zaman-zaman dulu

itu, zaman-zaman ibu saya itu yang lagi

sangat suka membuat kue-kue tradition Indonesia itu dikeluarkan kembali jadi

digabungkan dengan tradisi Australian. Contohnya seperti Pandan Lamington karena

kan Lamington itu kan biasanya kan coklat. Jadi saya kasih warna hijau itu

flavor-nya jadi pandan. Jadi ada ada hubungannya, ada kaitan dengan Indonesia

dari North Sumatra di Australian Sydney sekarang itu. Terus ada juga Mooncake.

Karena Mooncake kan biasanya saat ini kan hanya one color gitu ya. Jadi saya buat

warna-warni Mooncake-nya gitu. Terus ada, di Australia kan tuh anak-anak tuh suka

tuh sama Fairy Bread. Terus saya buat juga Fairy Bread supaya ada kombinasinya. Ada

banyak warna-warninya, menunjukkan identitas saya saat ini yang diekspresikan

begitu. Terus ada Fortune Cookies, jadi kan menunjukkan keberuntungan buat semua

orang gitu. Ada Macaroon. Jadi sepertinya saya dalam pameran ini ingin

mengharmonikan segala bangsa dari Indonesia, ke Europe jadi ke Australia, ke

Amerika. Ada kayaknya ada donatnya juga deh. Kan donat kan selalu diasosiasikan

dengan American culture gitu ya. Jadi saya maksudnya itu kita bersama-sama

menunjukkan masa depan yang bahagia begitu, tanpa didiskriminasi.

Selain dari faktor keluarga itu, apakah ada latar belakang lain yang mempengaruhi

-Anda untuk memilih karya anda itu? -Kalau lebih gampang dimengerti kayaknya.

Saya juga tinggal di Bali dua tahun. Saya juga merasa, oh ini seperti yang kayak

family saya begitu. Karena ada incense-nya, ya. Ada bunga-bunganya

terkadang juga ada ini um, seperti kue-kue begitu di di di pinggir jalan begitu.

Jadi menurut saya ini seperti eh, inspirasi. Jadi saya memikirkan sepertinya

mirip-mirip banget nih, seperti eh, keluarga saya begitu yang selalu buat

offering. Eh, tidak, tidak tiap hari sih tapi kan dia mereka ada eh, ada

bulan-bulannya begitu. Tapi saya memfokuskan ke tradition dari, dari bapak

saya begitu. Jadi setiap tahun itu kayaknya kita tuh melakukan

aktivitas

atau melakukan hormat dengan leluhur begitu. Jadi ya saya pikir saya akan

membuatkan karya keramik saya yang theme nya seperti itu. Menghubungkan seperti

dari Sumatra ke Bali begitu. Ah, terus saya kira karena kan saya sekarang tinggal

di Australia. Jadi saya pikir saya menghubungkan tradisi yang di keluarga

saya yang tidak begitu saya pahami waktu kecil. Sekarang saya mau mencari

informasi

apa yang sama saya kecil itu yang tidak dibicarakan, saya mau membicarakan

sekarang begitu. Jadi

menurut saya mungkin ini menghubungkan mereka kembali yang di alam dialam yang

lain secara spiritual karena saya waktu kecil juga disarankan ibu saya tuh

-menghormati leluhur jadi -[tertawa]

Leluhur sudah enggak seperti kayak hantu begitu apa mungkin ya kan saya waktu kecil

kan sangat enggak enggak mengerti maksudnya apa cuma takut juga mana mungkin

dalam

hati saya begitu jadi sekarang udah mulai ya gimana ya udah mulai ngerti udah mulai

dewasa dan memahami tentang leluhur... keluarga.

Baiklah Mas Jayanto Tan, terima kasih atas informasinya.

Oke, makasih ya

END OF TRANSCRIPT

Share
Follow SBS Indonesian

Download our apps
SBS Audio
SBS On Demand

Listen to our podcasts
Independent news and stories connecting you to life in Australia and Indonesian-speaking Australians.
Ease into the English language and Australian culture. We make learning English convenient, fun and practical.
Get the latest with our exclusive in-language podcasts on your favourite podcast apps.

Watch on SBS
SBS Indonesian News

SBS Indonesian News

Watch it onDemand